Chapter 25

1.4K 246 18
                                    

Bulan menghiasi langit malam dengan taburan Bintang yang Indah, malam yang sangat tidak bisa dilupakan oleh seorang lelaki yang berasal dari Uchiha.

Tangannya terangkat keatas, berusaha menggapai Bintang, tapi itu adalah hal yang sangat tidak mungkin. Ia menatap gelang pemberian seorang gadis.

Netra obsidian nya selalu menatap kearah gelang itu, gelang Yang, yang biasa diartikan sebagai matahari dan kehangatan.

Dan si gadis memakai gelang Yin, yang artinya bulan dan dingin, itu cukup aneh pikir Ray.

Karena biasanya yang memakai Yin itu dirinya, bukan [Name], dan kenapa tiba-tiba [Name] ingin bertukar gelang?

Ada apa?

"Lagi-lagi kau membuatku kecewa." ketus Sasuke yang berjalan kearahnya dengan rait datar namun terdapat kemarahan.

Ray lalu memposisikan dirinya menjadi duduk, ia lalu menatap hijaunya Padang rumput dan semilir angin membuat rambut Ray berkibar seperti bendera.

"Dia adikmu, [Name] hanyalah orang luar," ucap Sasuke membuat Ray menggeram kesal, ia masih menatap rerumputan. Tak lama ia smirk kecil.

"Oh ya? Rasanya tak pantas seseorang yang dipanggil 'AYAH' mengatakan hal keji seperti itu. Dan lagipula seorang 'AYAH' mana yang membiarkan anaknya diculik." ungkap Ray yang kemudian berdiri.

Lelaki itu kemudian menatap pria yang berada didepannya.

"Padahal aku sudah berusaha sekuatku untuk menerima kalian, tapi kalian sendiri yang membuatku ingin menjauh kan?"

"Apa maksudmu?" tanya Sasuke yang diam beberapa saat.

Sebuah senyuman terbit dari wajah tampan seorang lelaki bernama UCHIHA RAY. "Apakah aku menjawabnya? Sasuke-san?...."

"Terkadang orang tua sendiri yang membuat seorang anak tak nyaman berada didekat mereka, dan bisa jadi jika mereka yang menyebut dirinya sebagai ORANG TUA malah menganggap sang anak hanyalah benalu dalam kehidupan mereka,"

"Lebih parahnya mereka yang menganggap dirinya sebagai ORANG TUA hanya membanggakan satu orang anak saja, dan tidak tahu bagaimana proses anak yang lain berjuang sekuat tenaga."

Sasuke bungkam, ia tak tahu harus berkata apa, manik obsidian menatap lekat sang anak.

"Aku pikir kalau meminta maaf itu bukanlah hal yang memalukan, terlebih lagi menghilangkan harga diri orang tua," ucapnya sambil menutup matanya menggunakan satu tangan.

Ia terkekeh geli, "Tapi sepertinya pemikiranku itu salah besar yah?... Ayah.."

Sarada sejak tadi mendengarkan percakapan kedua orang itu hanya diam, lidahnya terasa kelu dan hatinya sangat sakit mendengar setiap kata yang terucap oleh mulut Ray.

"Pasti sulit yah, meminta maaf pada seorang anak yang baru saja menginjak usia 13 tahun?..." tanya Ray.

Ia lalu menatap kosong sang ayah.

"Sepertinya didalam keluarga, tampaknya hanya anak saja yang hanya meminta maaf ketika ia membuat kesalahan, tapi jika orang tua membuat kesalahan, mereka tidak meminta maaf." kata Ray menunduk.

"Dan bahkan mereka malah melampiaskan kemarahannya pada anaknya yang bahkan sang anak tidak tahu dimana letak kesalahannya." lanjutnya.

Ia berjalan mundur lalu membalikkan badannya, ia menyembunyikan tangannya di kantung celananya.

"Meminta maaf itu tidak menghilangkan harga diri seseorang ingat itu." ucapnya sambil melangkahkan kakinya pergi.




Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



Semilir angin menerpa wajah cantik gadis bermarga Uzumaki, ia memegang sebuah pensil dan kertas gambar.

Ia sedang menggambar langit malam yang indah, selain suka menggambar dan menghalu, dia juga suka kamu Azekkk~

G.cnd.

Seseorang memeluknya erat dari belakang, aroma parfum kopi hitam yang sangat familiar bagi dirinya. Tangan lentiknya mengelus rambut hitam milik Ray.

Tidak ada pembicaraan dan merekapun sepertinya tidak berniat untuk membuka pembicaraan, satu sama lain hanya memberikan kekuatan dengan cara diam atau melakukan pshycal touch.

Lelaki itu menghirup aroma parfum dibagian leher dari tubuh [Name], hal itu membuat si gadis merinding. "Jangan lakukan itu."

Meski tak mendapat jawaban, [Name] tetap memperingatinya.

Ahh, bahunya mulai basah.

"[Name]." panggil Ray dengan suara serak menahan tangis.

"Iya,"

"Tidak bisakah kita kembali seperti dulu lagi?.." tanyanya membuat [Name] diam beberapa saat lalu menjawab.

"Hee? Bukankah kamu lebih dulu ingin merasakan kebebasan?.."

"Bukan," Ray terdiam.

"Bukan kebebasan seperti ini,, melainkan bebas seperti yang kita inginkan dulu, hidup berdua tanpa adanya gangguan." ungkap Ray sambil mengerutkan keningnya menahan agar tidak menangis.

"Kita sejak dulu hanya hidup berdua, lalu tiba-tiba ada seseorang yang masuk tanpa kita tahu dan mereka menjawab dirinya adalah orang tua kita." [Name] hanya diam tidak membalas ucapan Ray.

Ia membalikkan badannya dan memperbaiki posisi peluk Ray, kini lelaki itu berada dipangkuan si gadis berambut merah.

Tangannya masih fokus mengelus rambut Ray yang lembut, memang benar apa yang Ray katakan, dirinya dan Ray hanya hidup berdua bahkan bertahan hidup berdua.

Lalu tiba-tiba seseorang datang mengaku sebagai Orang tua mereka, kalau boleh jujur... [Name] juga merasa tak nyaman.

"Bisakah kita tinggal berdua?... "











































"Maksudmu hanya kau dan aku?.."




































"Ya."

Tbc..




Boruto Twins! Boruto: Naruto Next Generation Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang