Chapter 22

1.5K 226 15
                                    

Hancur...

Semuanya hancur...

Hanya ada tangisan penyesalan dan teriakan histeris dari semua orang. Langit tak mampu membendung kesedihannya, air hujan terus menerus turun.

Kejadian...

Kejadian yang selama ini yang paling [Name] takuti dalam hidupnya. Gadis itu berdiri diatas tanah kuburan yang masih basah.

Biarlah air hujan menjadi saksi bisu antara [Name] dan Ray yang saling mencintai dalam diam.

Mengungkapkan perasaan??

Pernah!

Mereka pernah mengungkapkan perasaannya masing-masing... Namun takdir berkata lain...

Dua kepala keluarga tidak merestui hubungan mereka berdua, dan pada akhirnya... Mereka hanya saling memendam perasaannya masing-masing...

Lelaki berambut pirang dengan kumis kucing dua membawa payung hitam dan menyodorkannya kearah [Name].

Sorotan mata sapphire blue kini tidak bercahaya seperti biasanya.

Karna Matahari telah kehilangan Rembulan..

"Kalau kau begini terus...., kamu nanti akan sakit loh..." ucap Boruto menarik tangan [Name] untuk memegang payung.

[Name] menatap kosong sang kakak.

"Apa..., kamu pernah kehilangan seseorang dalam hidupmu?..." tanya [Name] pelan membuat Boruto menatapnya lekat.

".... Tidak, aku sama sekali belum pernah merasakan kehilangan orang berharga bagiku, dan aku harap aku tidak pernah merasakan hal itu."

[Name] tersenyum miring.

"Aku pernah,, "

"Aku kehilangan Papah dan Mamah dalam satu waktu,,," Boruto menatap tajam [Name].

"Orang tuamu masih hidup."

"Papah bilang dia akan menjemputku dalam waktu dekat...., tapi dia bohong, dia sampai sekarang belum menjemputku dan malahan Papah menjemput Ray untuk pergi duluan"

Semakin lama pembicaraan [Name] semakin tidak jelas.

Apa sesakit itu rasanya kehilangan seseorang??

Ray hanyalah orang luar bagi Boruto, dan mungkin itu bagi [Name]. Pikir Boruto.

"Dan Mama, Mama bilang dia akan selalu berada disampingku,,, tapi dia bohong, dia pergi meninggalkanku sendirian di dunia yang tidak aku ketahui ini"

"[Name], ayo pulang yang lain menunggumu"

"Dia berkata menyayangiku,, tapi mana ada seorang ibu pergi meninggalkan anaknya sendirian didunia yang keras ini..."

"[Name]..."

"Dia tahu kalau aku lemah,,, namun kenapa dia masih berharap kalau aku bisa melewati hal ini?"

"Uzumaki [Name]."

"Ray,,, dia yang paling aku benci..." bibir [Name] bergetar.

"Dia berkata akan selalu berada didekatku dan tidak akan pernah meninggalkanku sendirian..., tapi sekarang??"

"Dia pergi mendahuluiku.... Seorang Uchiha Ray yang sekalinya berjanji dan selalu menepati janjinya, namun sekarang?"

Boruto menundukkan kepalanya.

"Bagaimana bisa dia mengingkari janjinya padahal dia sendiri yang membuat janji itu ha?" [Name] mendongak dan menarik dagu Boruto agar mereka saling bertatapan.

"Nee,,, ini lelucon yang lucu bukan?" tanya [Name] meneteskan air matanya.

"Seseorang kalau sudah berjanji itu wajib ditepati bukan?.."

"Lalu bagaimana dengan orang yang mengingkari janjinya sendiri? Apa dia akan mendapatkan hukuman? Apa dia--"

Ucapan [Name] terpotong karna Boruto memeluknya erat. Lelaki itu mengelus-elus punggung [Name].

"Lepaskan,,, lepaskan saja kesedihanmu itu..., disini tidak ada yang melarangmu untuk menangis.."

Kekehan pelan keluar dari mulut [Name], ia mencoba untuk melepaskan pelukannya.

"Ha? Menangis? Seorang [Name]? Pfft guyonanmu itu tidak lucu tuan muda Uzumaki." [Name] menatap tajam Boruto.

"Orang sepertimu mana pernah rasanya kehilangan seseorang paling berharga dalam hidupmu bukan?.."

"Apa maksudmu [Name]!" tanya Boruto marah.

"Asal kamu tahu! Aku juga kehilangan Ray!--"

"Tapi kamu belum pernah rasanya ditinggal oleh orang tuamu bukan?!"

"Orang tuaku itu orang tuamu juga!"

"MEREKA BUKAN ORANG TUAKU!! MANA ADA ORANG TUA YANG MENGANGGAP BAHWA ANAK MEREKA TELAH MENINGGAL TANPA MENCARI BUKTI LEBIH LANJUT HAH???!!!"

"Ayah dan Ibu tidak bermaksud seperti itu! Mereka hanya sibuk-"

"MEREKA SIBUK MENGURUSI HIDUP KALIAN BEREMPAT KAN?!!"

Plak

Boruto menarik kerah baju [Name].

"APA MAKSUDMU?!! ASAL KAMU TAHU KALAU MEREKA JUGA MANUSIA! MEREKA JUGA BISA MERASAKAN LELAH DAN SAKIT!"

[Name] tertawa terbahak-bahak menertawakan ucapan Boruto. Ia menepis tangannya lalu menunjuk dirinya sendiri.

"Lalu bagaimana denganku?.."

"Bukankah aku juga manusia?..."

Nafas Boruto tercekat, mulutnya bungkam seribu bahasa.

"A-aku, aku juga manusia...., aku juga seorang anak, aku juga ingin rasanya memiliki keluarga utuh." ucapnya dengan nada bergetar.

"Dan aku juga! Aku juga mempunyai perasaan seperti kalian! Asal kalian tahu juga kami hanyalah anak yang dipaksa untuk bekerja dengan Jigen! Dan setiap hari kami harus merasakan bagaimana rasanya merasakan sakitnya menahan Karma dan pahitnya meminum obat-obatan yang bahkan kami tidak ketahui apa itu!!"

[Name] tertunduk lesu.

"Kami juga mau seperti anak pada umumnya..., merasakan rasanya bermain bola dengan teman sebaya, dirayakan ulang tahun oleh semua keluarga, dan kami juga mau rasanya dibacakan dongeng oleh kedua orangtua kami.."

Gadis itu terduduk lemas, tangannya menjambak rambut Indah miliknya.

"AAAAAAAAAAHHHHHKKKKKKKKK!!!!!!!"

"AKU MENYERAHHH!!! AKU MENYERAAHHHH!!!" teriak [Name] frustasi.

"MAMAHHH!!! PAPAHHHH!!! KENAPA KALIAN ENGGAK JEMPUT [NAME]?! PAPAHH!!!!!!!!! JEMPUT [NAME] CEPATTT!!!!!! [NAME] UDAH GAK TAHAN PAHH!" teriaknya sambil menatap langit.

Boruto tidak berkutik sama sekali, ia lalu memeluk [Name]. Wajahnya memerah menahan tangis.

"Huaaaaa Mamaaa!!! Papaaa!!! [Name] mau pulangggg, [Name] udah gak betah disini..."

"Dunia jahat sama [Name]! [Name]  benci itu!"






Tbc...

Hehehehe diisi rata-rata sama teriakan mbak nem, btw author nyelipin isi hati author disitu boleh kan? Hehehe gomen...🙏🙏

Boruto Twins! Boruto: Naruto Next Generation Where stories live. Discover now