2. satu kamar?

2K 159 2
                                    

Saat Liona menuruni anak tangga dengan nafas tergesa-gesa, Arkan menatapnya heran, istrinya ini gak pernah gak heboh.

"Kenapa sayang?" Tanya Arkan saat Liona sudah ada di depannya.

Bukanya menjawab pertanyaan Arkan, Liona justru menatap Saga dan oliv dengan tatapan kesal.

"Kalian pisah kamar?" Oliv yg mendengarnya memejamkan matanya, meruntuki nasibnya, kenapa dia gak pindahin barangnya dulu ke kamar Saga, sedangkan Saga berfikir sejenak memikirkan sebuah alasan. "Kalian suami istri masak pisah sih!" Liona menatap Saga "Pokoknya kalian harus sekamar." Putusnya

Saga dan oliv mengelak cepat.
"Gak Bun!" Kata Olivia cepat. Saga menatap Olivia.

"Bunda gak jadi pulang, Bunda nginep disini." Final Liona gak mau kalah.

"Bun aku sama oliv butuh waktu sampai ke jenjang itu Bun." Bujuk Saga.

"Makanya kalian harus sekamar biar lebih Deket, kalo pisah kapan waktu kalian ngobrol dan pendekatan?" Arkan membuka suara.

"Kak?"lirih Olivia.

Saga menghela nafas.
"Okee,aku sama Olivia bakal sekamar." Finalnya, karna Saga sangat lelah mendengar rengekan Liona.


"Tenaga saja saya tidak akan Macam-macam." Kata Saga saat melihat Olivia jarak duduknya sangat jauh darinya.

Olivia mendelik menatap Saga.
"Gue juga ogah di apa-apain sama situ."

Saga menggelengkan kepalanya heran.
"Apakah kamu memiliki kepribadian ganda?" Tanya Saga heran, Olivia menatap Saga bingung." Tadi di depan Bunda kamu sangat lembut dan sopan."sambungnya lagi.

Oliv memutar bola matanya jengah.
"Ya masak gue kudu ngereog depan Bunda! Gue masih punya sopan santun btw."ucapannya kesal.

"Terserah lah saya capek."

Saga merebahkan tubuhnya di kasur dan hendak menyelimuti dirinya.

"Kak! Gue tidur dimana? Ishh." Wajah Oliv memerah karna kesal.

Saga menepuk sisa tempat yg ada di sebelahnya
"Sini" katanya memejamkan matanya.

"Seranjang!? Ogah gue mah. Nanti Lo hilaf." Tolak Oliv ngengas.

Saga kembali membuka matanya, menatap Oliv dan terkekeh.
"Kamu yakin modelan kayak kamu bisa bikin saya hilaf?" Pertanyaan Saga jelas saja memancing emosi Oliv.

"Maksud Lo gue jelek?!"

"Bukan saya yg mengatakannya, kamu mengatakannya sendiri." Saga berucap Santai,"sudah malam sebaiknya kamu tidur, tidak lelah ngomel terus?" Saga kembali menepuk Space di sampingnya.

"Kita suami istri, kalo terjadi apa-apa bukan masalah."

Oliv pasrah dengan kasar dia mendudukkan dirinya di kasur, menghela nafas gusar dan merebahkan dirinya.

Suasana amat hening, tidak ada percakapan ataupun perdebatan antara Saga dan oliv padahal mata mereka masih sama-sama melek.

Saga berdehem.
"Dari awal, saya tidak setuju dengan pernikahan ini." Ucap Saga memecah keheningan.

Oliv melirik Saga yg kembali terdiam.
"Lo pikir gue setuju sama pernikahan ini? Dan rela kehilangan masa remaja gue?" Saga masih tetap diam mendengarkan.

"Seharusnya sekarang masa dimana gue happy- happy layaknya remaja di luar sana, eh malah harus nikah sama Manusia kaku kayak Lo kak." Saga menoleh.

"Kenapa gak di tolak?" Saga Kemabli bersuara.

"Gue gak mau ngelawan papa,gue gak mau kehilangan seseorang yg gue sayang lagi karna kebodohan gue kak." Oliv tersenyum tipis, Saga yg melihatnya tertegun, ini senyuman pertama Oliv untuk Saga? Tapi kenapa banyak luka dibalik senyum tipis itu.

"Kehilangan seseorang? Papa gak mungkin ningalin kamu Liv" Saga mencoba mencairkan suasana.

"Gue harus nolak pernikahan ini? Kenapa gak Lo aja yg nolak? Kalo gue yg nolak itu sama aja membawa papa ke ajalnya." Oliv memiringkan posisi tidurnya menjadi menghadap Saga.

"Papa, sakit?" Dengan hati-hati Saga bertanya.

Oliv mengangguk dan berdehem
"Hmm, papa sakit jantung."

"Sorry saya tidak tau."

"Udahlah, udah terjadi juga, gue berusaha menjalani hidup ini walaupun berat, gue tau Lo ngerasain hal yg sama kak, apalagi Lo punya cewek kan."

"Ara, dia kekasih saya." Ucap Saga tiba-tiba.

Oliv terkekeh.
"Ngapain jadi perkenalan? Lo berharap gue cemburu?"

"Memang kamu cemburu?" Saga menaikkan satu alisnya.

"Dih! Ngapain banget! Gue udah mati rasa kak, buat apa cemburu." Kata Oliv dan kembali ke posisinya.

Saga ingin tau kenapa Olivia mati rasa, tapi dia menelan rasa ingin tahunya mentah-mentah, dia teringat akan perjanjian yg dia buat.

"Bisakah kamu berbicara sedikit sopan?" Oliv berdehem. "Saya suami kamu." Lanjutnya lagi

"Gue gak biasa bicara formal." Jawab Oliv seadanya.

"Kak, Lo sadar gak Lo tuh kaku banget, cara bicara kakak tuh terlalu formal, kaku banget kayak kanebo kering." Ledek Oliv. " Kok bisa cewek Lo betah sama Lo kak?"

"Saya seperti ini hanya dengan orang baru." Jelas Saga.

"Gue istri Lo, mulai besok bicara santai aja sama gue, jaman modern nih udah gak jaman bahasa formal, apalagi sama yg lebih muda kayak gue."

"Saya juga punya permintaan, jangan panggil saya dengan sebutan kakak." Pinta Saga.

"Tadi Lo bilang gue harus sopan, sekarang dilarang panggil kakak. Mau Lo apa si kak?" Heran Oliv ternyata Saga tidak konsisten dengan ucapannya.

"Oke, jangan panggil saya Kakak, cukup dengan Saga saja, dan juga jangan menggunakan lo-gue?" Pinta Saga ulang .

"Gue gk bisa kak, tetep aja Lo tuaan, kesannya nanti gue gak sopan."

"Kita hanya berjarak dua tahun Oliv."

Olivia mulai memejamkan matanya
"Liat aja besok." Katanya sebelum benar-benar menjelajahi dunia mimpinya.











Kependekan ya?
Makanya rame dong biar chapternya makin panjang.

Makasih untuk yg Udah mampir baca cerita ini✨🤗

Tunggu update terbaru ya, jangan lupa tinggalkan jejak.
Komen.
Vote.

Bye bye.

love story after marriage | YOSHI OF TREASURE| End ✅Where stories live. Discover now