02. Morning Talk

1K 153 26
                                    

"Kita berdua sama kesiksa"

°°•°•°•°•°°

.
.
.
.
.

"Mau apa?"

"Apa?" Renjun balik bertanya. Baru keluar dari kamar mandi ditanyai sesuatu tanpa konteks yang jelas.

"Sarapan," ujar Haechan. "Except hot chocolate," tambahnya.

Dahi Renjun berkerut. "Nanya, tapi melarang."

"Gue tau alasan lo ketagihan cokelat panas. Slowly stop, please. Bukan cokelat panasnya yang gue masalahin."

"Ya," jawab Renjun singkat, dia berlalu dari depan kamar mandi menuju rak pakaian. Melapisi celana pendeknya dengan jeans dan memilih kemeja berwarna maroon. Selesai berpakaian, dia duduk di balik meja belajarnya, menunggu sarapan buatan Haechan. Sambil menunggu dia memasukkan peralatannya ke dalam ransel.

"Kompres dulu mata lo sama ini." Dua sendok baru dikeluarkan dari freezer kulkas kecil di flat itu Haechan sodorkan.

"Biar apa?"

"Di kamar mandi lupa ngaca?" ujar Haechan. "Mata lo bengkak. Jangan bilang lo lupa kalau tadi malam lo nangis banget sebelum tidur."

Renjun menajamkan caranya menatap. "Gara-gara lo, bangsat!"

"Iya. Salah gue," sahut Haechan. "Makanya, dikompres dulu matanya." Tangannya membimbing Renjun memegang dua sendok itu, mengarahkan bagian cembung ke arah mata dan menempelkannya di sana.

"Emang ngaruh?"

"Ga tau," ujar Haechan. Dia kembali ke sisi dapur, spageti ala kadarnya yang dia masak perlu perhatian. "Dicoba aja." Selain membuat makanan menggunakan bahan-bahan yang ada di flat, dia juga membuat dua cangkir kopi instan.

"Ke kampus naik bus?" tanya Haechan. Sarapan berpindah ke meja belajar, mereka makan di sana, sambil menikmati langit pagi yang indah.

"Dijemput Kayla," jawab Renjun.

"Rumahnya dekat?"

Renjun menjauhkan sendok dari matanya, dingin pada logam itu sudah menghilang. "Lumayan." Dia menyambut piring yang disodorkan Haechan dan mulai sarapan.

"Tiap hari dijemput Kayla?"

"Kalau telat."

"Hari ini lo ga lagi telat, kok dijemput?"

Sambil menyuap spageti, manik Renjun melirik. Tidak langsung menjawab, dia lebih dulu menikmati makanan yang sedang dia kunyah terlebih dahulu. "Sejak semester baru dimulai, hampir tiap hari gue telat. Terus, jadi kebiasaan dijemput Kayla," beritahunya. Sangat pelan.

"Gara-gara ga bisa tidur?"

Kepala Renjun mengangguk samar.

"Sorry."

Suapan selanjutnya masuk ke mulut. Renjun mengunyah dan menikmati pemandangan secara bersamaan. "Sampai kapan lo terus meminta maaf?" tanyanya. "Kita berdua sama tersiksanya."

Haechan tersenyum. "Sorry."

"Stop say sorry," kata Renjun, melirik tajam.

"I love you."

Plak! Kontan lengan polos tak tertutup kaos Haechan menjadi landasan ternyaman tamparan Renjun.

"Lo kok suka mukul sih sekarang?!" protes Haechan.

COMING AROUND [3rd Book]Opowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz