18 Niat Terselubung

757 164 24
                                    


°°•°•°•°•°°
.
.
.
.
.

"Haechan pulang ke Indo, ekspresi lo kok semringah gitu?" selidik Kayla. Renjun masuk ke dalam mobil kecilnya. Mereka baru menyelesaikan kelas terakhir dan berniat pergi ke London.

Senyuman Renjun masih terlihat saat dia memasang seatbelt. "Kenapa gue harus sedih?"

"Kak?!" seru Kayla. "Gue masih ingat, ya, gimana kondisi lo saat berantem dengan Haechan beberapa waktu lalu."

Kedua alis Renjun diangkat dan menciptakan garis kerutan di dahinya, bibirnya tersenyum tipis. Yang dikatakan Kayla memang benar, tapi kali ini kepergian Haechan semacam berita baik.

"Lo udah ga cinta sama Haechan?" tukas Kayla.

"Sembarangan,"sergah Renjun detik itu juga. "Gue pikir, kali ini sangat bagus kalau dia ga ada di London. Tanpa dia kerjaan gue bisa diselesaikan secara diam-diam."

"Jadi, Haechan ga tau tentang lukisan dan rencana lo?"

Senyum Renjun memudar. Matanya menyipit saat menoleh ke arah Kayla. "Gue rasa, lo sering banget nyebut nama Haechan."

Alis Kayla bertaut. "Ga boleh?"

Renjun menggaruk bagian belakang kupingnya. Tidak langsung menjawab, manik matanya bergerak selama memikirkan jawaban.

"Should I call him 'daddy'?" tanya Kayla tajam. "Not Haechan?"

Renjun mengedikkan bahu.

"Lo beneran gila," desis Kayla. Menyimpulkan sendiri jawaban yang akan dia dengar dari Renjun. Lelaki itu tak senang nama kekasihnya sering keluar dari mulut orang lain. Benar-benar gila! Alasan cemburunya tak masuk akal. Kayla bergegas menyalakan mesin dan melajukan mobilnya.

Mereka ke London. Membeli beberapa kaleng cat dan kuas. Mereka ke studio tempat Haechan tinggal. Renjun memerlukan bantuan Kayla di beberapa bagian dalam rencananya melukis dinding.

Biru, putih, kuning, hijau, hitam dan merah. Ada beberapa warna yang harus dibeli berlipat ganda jumlah kalengnya.

"Wow!" Seruan Kayla lebih menyerupai memekik. Kaget sekaligus kagum pada ruangan itu.

"Di dinding ini," Renjun menunjuk dinding tanpa jendela kaca di dekat tempat tidur, memberitahu Kayla di mana mereka akan bekerja.

Kayla mengangguk. Punggungnya penat sehabis menyetir lama, melihat tempat tidur empuk di sudut ruangan, dia menghempaskan tubuhnya di sana.

"You can sit anywhere," kata Renjun, "But please, not in that place."

Dalam posisi telentang, Kayla mengangkat kepalanya, menatap Renjun. "Kenapa?" tanyanya ketus. "Apa karena tempat ini tempat kalian berdua?"

Renjun mengangguk sambil menggaruk ujung hidupnya.

"Fuck!" Kayla mengumpat. "Serius, Ka, lo gila." Dia bangun dan pergi dari tempat tidur. Menghampiri Renjun untuk melayangkan tinjunya, kesal pada lelaki itu.

Mereka akan bermalam di sana, jika Renjun tidak mengizinkan Kayla tidur di tempat tidur satu-satunya di ruangan itu, di mana wanita itu akan tidur?

"Gue tidur di lantai?" tanya Kayla.

Renjun diam.

"Oke," final Kayla. "Gue pergi ke apart keluarga gue aja nanti malam."

"Sorry," gumam Renjun.

"Lo gila!"

"Masih mau bantu, kan?"

"Gue udah di sini, Ka ...," geram Kayla.

COMING AROUND [3rd Book]Where stories live. Discover now