08. Jarak yang Berdekatan

854 142 36
                                    

°°•°•°•°•°°
.
.
.
.
.

"Jadi, lo mau gue kasih kabar tiap hari?"

Renjun dan Haechan melanjutkan liburan akhir pekan di flat, menonton film menggunakan proyektor.

"Mmm," gumam Renjun.

Gendre film yang mereka tonton adalah thriller.

"Gue masuk kamar mandi lapor ke lo juga, ga?"

Renjun meraup popcorn dari mangkuk besar di pangkuan, menarik dagu Haechan hingga mulut lelaki itu terbuka dan memasukkan popcorn ke sana.

"Kasur lo jadi kotor!" seru Haechan. "Liat! Popcornnya ke mana-mana."

"Bisa diam ga?! Lo ngajak nonton film, gue yang nonton, lo nya sibuk ngoceh," omel Renjun.

"Ngajak nonton tuh buat pengalihan aja," ujar Haechan. Senyuman lebarnya membuat Renjun mencibir. "Aslinya, gue mau liat lo lagi serius aja. Lo menghindar dari gue mulu semenjak jujur mau gue kasih kabar tiap hari."

Renjun mendengus, harusnya dia sudah hafal dengan tingkah lelaki itu yang tujuannya menguji kesabaran saja. "Gue perlu kabar lo masih ada di bumi. Ga perlu tiap lo ngelakuin sesuatu lapor gue. Lo pikir kita anak SD lagi pacaran, harus ngasih kabar non-stop seharian? Baru bangun, lapor. Mau makan, lapor. Sampai mau tidur, juga lapor."

"Mau?"

"Ga!" tegas Renjun. "Kenapa malah ngobrol sih? Gue mau nonton."

"Terus, mau dikabarin kayak gimana?"

"Jangan menghilang kalau rindu," jawab Renjun pelan. Kemudian, mengunyah popcorn dan fokus menatap dinding tempat pantulan proyektor diarahkan.

"You want me to always be within your reach, right?" Di tengah hening-nya flat, Renjun bicara—adegan di dalam film pun sepi, pemeran utama sedang berjalan di tengah ladang tak berpenghuni. "Kalau gue lupa buat stay dalam radar lo, terlalu sibuk dengan urusan gue, dan kalau menurut lo pergi gue terlalu jauh, bikin lo ga nyaman, lo harusnya narik gue kembali ke posisi gue di dekat lo. Bukannya balas menghilang dan menyiksa diri."

"Chan," gumam Renjun. Dia tidak berani menoleh. "Kesan luar biasa diri lo bagi gue ga bakal berkurang cuma karena lo nunjukkin sisi lemah lo."

Haechan menatap.

"Rindu sisi lemah ga, sih?" tambah Renjun.

"Ternyata kita benar-benar semakin mirip," ucap Haechan pelan, lalu terkekeh. "Gue jadi lebih suka mikir dulu sebelum ngomong sesuatu ke lo. Ngomong rindu aja mikir seribu kali, takut lo ga nyaman dan menjauh dari gue."

"Takut peran lo ga se-wow SuperHero?" sela Renjun.

"Salah satunya," sahut Haechan.

"Gue bilang, gue ga peduli."

"Gue takut egois gue bikin lo ga nyaman."

"Dari awal, lo selalu bikin gue ga nyaman dengan egoisnya lo," beritahu Renjun. "Anehnya, setelah egois lo hilang, gue justru merasa ga nyaman."

"Really?"

Renjun mengangguk. "Dunia gue berasa sepi tanpa sikap posesif lo."

"Lo yakin, lo ngomong yang benar?" selidik Haechan.

"Aneh, kan?" ucap Renjun sambil terkekeh. "Gue aneh gara-gara suka sama lo."

"Nyesal jadi aneh, ga?" tanya Haechan, ikut terkekeh.

"Nyesal," cetus Renjun.

"Dude?!" ucap Haechan dingin.

"Diam! Ngomong mulu," gerutu Renjun. "Serius mau nonton ga sih?"

"Belokin aja terus kalau lagi ngomong serius," protes Haechan.

"Mau ngomong serius apa lagi? Capek. Gue ga suka ngomong banyak."

"Besok gue pergi ke London, loh," beritahu Haechan. Dan, Renjun langsung menoleh serta menunjukkan keterkejutannya. "Gue pindah ke Inggris ga semata-mata demi lo. Gue juga punya dunia sendiri selain dunia kita. Ada urusan yang harus gue selesaikan besok. Gue ga mungkin terus di flat lo meskipun gue belum puas ketemu, Njun."

Renjun mengerutkan dahinya.

"Jujur banget ekspresi lo, dude." Haechan tertawa. "Ga mau gue pergi?"

"Dunia kita ga harus lebih penting dari dunia lainnya, kan?" gumam Renjun. Meletakkan mangkuk popcorn ke atas nakas. Mengambil tangan Haechan dan dia genggam. "London-Bournemouth cuma dua jam setengah," tambahnya bicara pada diri sendiri.

"Gue janji bakal terus ngasih kabar, biar lo percaya gue ga tiba-tiba menghilang dari bumi," ujar Haechan.

Renjun mendengus mendengarnya, kalimat itu keluar dari mulut Haechan, terdengar seperti ejekan di telinganya.

"Mobil gue, gue kasih ke lo, boleh?" tanya Haechan. "Jangan marah. Gue ngasihnya minta izin dulu ke lo. Boleh ga?"

"Gue ga minta mobil."

"Lo emang ga pernah minta apa-apa ke gue," ujar Haechan. "Gue ngasih mobil biar lo mudah ketemu gue atau sebaliknya. Naik pesawat tiap rindu kan pemborosan biar pun dekat."

"Harus besok banget?" tanya Renjun.

"Sorry," ucap Haechan.

"Oke." Renjun mengangguk.

"Mau nerima mobil dari gue, kan?" tanya Haechan. "Biar ga usah nebeng Kayla kalau telat."

"Cemburu?" hardik Renjun.

"Dikit." Haechan mengakuinya. "Harus gue akui, Kayla cantik."

"Can I hug?" tanya Renjun pelan. Haechan merentangkan kedua tangan-nya, mengizinkan, tapi Renjun lebih dulu mendorong lelaki itu hingga berbaring, kemudian baru dia memeluk dengan separuh tubuh berada di atas lelaki itu.

"Lo marah?" Pelukan Renjun di lehernya begitu erat. Haechan dibuat susah bernapas.

"Karena lo bakal pergi besok," jawab Renjun.

Jantung Haechan memompa darah dua kali lebih cepat mendengar jawaban Renjun. Dia terkekeh, batal protes meminta dekapan dari lelaki itu dilepaskan. "Filmnya masih berlangsung, Njun."

"Masih penting?" sungut Renjun.

"Ga sih. Dari awal, nonton film cuma alasan."

🔖

"Lagi pula yang jadi masalah bukan jarak tempat, kan?"

Haechan melonggarkan pelukannya, ternyata Renjun belum tertidur.

"Kita hampir menjadi asing karena punya cara berbeda menyikapi perasaan kita, iya, kan?"

"Apa gue harus nunda urusan gue besok?" tanya Haechan khawatir. Baginya berat meninggalkan Renjun demi urusan kerja karena lelaki itu baru saja bermimpi buruk kehilangan dirinya.

"Ga perlu," tolak Renjun. "Sama kayak lo, gue juga ga mau rindu gue jadi penghalang. Sekarang gue punya mobil. Bournemouth-London cuma dua jaman. Lo ga ada kabar, gue bakal obrak-abrik London."

Ucapan Renjun menghangatkan hati Haechan, dia senang mendengar lelaki itu meracaukan isi hatinya. Bibirnya tersenyum. "Terima kasih," ucapnya.

"Buat apa?" heran Renjun.

"Everything." Haechan berterima kasih kepada mereka berdua yang semakin terbuka satu sama lain.

🔖







Sengaja sih, partnya dipisah kecil-kecil gitu

Tenang... ini bukan tentang LDR lagi

COMING AROUND [3rd Book]Where stories live. Discover now