12. Bolak - Balik

741 144 43
                                    

°°•°•°•°•°°
.
.
.
.
.

Berselang dua hari, Renjun kembali pergi ke London. Mendatangi tempat tinggal Haechan yang disebut studio itu. Tanpa memberi kabar. Sepulang dari kelas terakhir di Kampus. Tibanya di London malam hari. Karena belum mengetahui angka dari password kunci keamanan di pintu studio, Renjun harus menggedor meminta dibukakan.

"Dude, ke sini ga bilang-bilang?!" kata Haechan menyapa sosok Renjun di balik pintu.

"Lama banget," ucap Renjun. Masuk ke dalam, mengabaikan mata Haechan yang melotot.

"Lo ga punya kesibukan sama Kayla atau yang lainnya? Kerjaan lo gimana?" Pertanyaan beruntun dari Haechan terdengar di belakang.

"Besok," sahut Renjun singkat. Dia berdiri di depan meja kerja Haechan, mengamati meja itu yang ternyata sudah penuh akan lembaran berkas.

"Ada kerjaan, kenapa ke sini?" ujar Haechan.

"Berkas lo dipinggirin dikit bisa, ga?" tanya Renjun.

"Njun!" seru Haechan.

"Gue mau buka laptop gue di sini, bisa?"

Haechan terpaksa mengalah. Berkas-berkas yang tadinya menyebar ke seluruh meja, dia rapikan menjadi dua tumpukan di sudut. Menyediakan ruangan untuk Renjun meletakkan laptop di depan laptopnya.

Renjun mengambil kursi kayu di sisi ruangan yang dijadikan dapur, membawanya ke meja kerja dan membuka laptopnya di sana, mulai bekerja.

"Besok balik ke Bournemouth?" Haechan pun kembali ke kursi kerjanya. Memperhatikan Renjun, lelaki itu seketika fokus pada monitor laptopnya.

"Mmm," gumam Renjun, mengangguk.

"Karena ada kerjaan bareng Kayla?"

"Mmm."

"Bolak-balik dong?"

"Apa lagi namanya selain bolak-balik?"

Haechan menutup Laptopnya. "Kenapa ga nunggu gue yang ke tempat lo?"

"Lama," kata Renjun. Wajah datarnya itu menguji kesabaran orang di depannya. "Lo kan sibuk."

"Gue bilang, kalau ke sini kasih kabar dulu."

"Lupa. Kelas gue selesainya sore banget. Gue buru-buru ke sini biar ga kemalaman."

"Dude," geram Haechan. "Gilanya dikurangi dikit, bisa?"

"Bisa diam, ga?!" Bukannya menjawab, Renjun justru memberi titah.

"Kalau mau ketemu, lo bisa manggil gue. Ga perlu lo yang bolak-balik kayak gini. Malam. Nyetir sendiri. Besoknya balik lagi ke Bournemouth."

"Jadinya, lo yang bolak-balik."

"Daripada lo yang bolak-balik?!" ujar Haechan setengah membentak. "Lo ngerti ga, gue khawatir."

Renjun melirik dari monitor. "Berisik," katanya.

"Njun!" Haechan menyatukan dua deretan giginya.

"Jangan melarang gue." Cara menatapnya terkesan sendu.

Haechan hafal cara menatap itu, Renjun sedang memohon. "Gue larang, lo bakal nurut ga?"

"Makanya, jangan melarang gue."

"Tapi, kan—"

"Gue janji ga bakal ngebut."

Sebelah alis Haechan terangkat. "Tumben negosiasi sama gue? Biasanya langsung nyolot adu argumen."

COMING AROUND [3rd Book]Where stories live. Discover now