14. Jejaknya Menghilang

826 141 46
                                    

°°•°•°•°•°°
.
.
.
.
.

"How about we go to the coast of Dorset next week?" Haven memulai obrolan. Kelima sekawan itu makan siang bersama di kantin. Mereka baru menyelesaikan kelas.

"Didn't we camp a while ago there?" ujar Renjun.

Dahi Haven berkerut. "When are we there, bro?"

"Are you so senile that you can't remember it?" hardik Renjun. Arreta dan Daiki menoleh ke arahnya dari ujung meja. "Why? Don't you remember it either?"

"We haven't gone anywhere in a long time," sanggah Kayla.

Mata Renjun menyipit menatap teman-temannya. "Are you fuckin' kidding?!"

"Ka," tegur Kayla, menepuk pelan lengan Renjun.

"Kita pergi camping beberapa minggu lalu. Lo, gue, kita dan Haechan. Pergi dua mobil ke Dorset. Menginap di sana dengan tenda."

Kayla meremas lengan Renjun. "What you talking about?" tuntutnya. "Kapan kita pergi berkemah? Siapa Haechan?"

"Someone you call 'daddy'."

Kayla mendekat, mengamati Renjun dari dekat. "Are you okay?"

Alis Renjun bertaut. Matanya membalas tatapan Kayla dengan memicing. "Lo semua lagi ngerjain gue?"

"No!" tegas Kayla. "Who is Haechan?"

"Saat camping, dia minum sama Haven dan Arreta, lalu mabuk," tutur Renjun mengulang kejadian saat itu. "Dude, don't you remember when we were camping, you offered a drink to my friend?"

"When do we go camping?" ujar Haven. Mulai kesal. "And, your friend?Who is your friend besides us?"

Renjun terdiam. "Sumpah, ga lucu," ucapnya dingin.

"Ka, kami ga lagi becanda," ujar Kayla. "Siapa Haechan?"

"Dia orang yang menyapa saat lo jemput gue beberapa saat lalu. Dia mengenal lo dan tau masa lalu lo."

Kayla duduk tegak. Membuat jarak, bahkan terlihat menghindari Renjun. "Kayaknya, lo deh Ka yang lagi becanda."

Renjun terdiam.

"Selama ini gue jemput lo di flat, ga ada orang lain yang gue sapa selain lo. Siapa Haechan? Masa lalu gue? Ka, gue ga pernah cerita masa lalu ke siapa pun."

Renjun tertawa. "Ga lucu."

"No one's joking, Ka!" Kayla setengah membentak.

Renjun tidak marah. Dia beranjak dari kursinya, meninggalkan makan siang—disentuh pun belum, untuk mencari bukti siapa yang salah. Lucu sekali, bagaimana bisa teman-temannya melupakan kejadian beberapa saat lalu—tak sampai sebulan mereka pergi berkemah bersama. Dia mengangkut semua barangnya. Melangkah lebar menyusuri koridor. Menuruni tangga. Pergi ke parkiran. Sambil merogoh kantung kecil di tas tempat dia menaruh kunci mobil, kakinya dengan pasti menuju tempat terakhir dia memarkirkan mobil.

COMING AROUND [3rd Book]Where stories live. Discover now