06. Mama Say

823 158 29
                                    

"Bukan karena orang lain, tapi karena sifat kamu itu"
°°•°•°•°•°°
.
.
.
.
.

"Dude, are you okay?"

"I'm okay." Sebuah jawaban penuh kebohongan. Jauh dari apa yang terlihat: kakinya kotor berlari tanpa alas di atas rumput, rambutnya berantakan, dan sudut matanya mengeluarkan air mata. Bernapas saja masih tercekat. Dia tidak baik-baik saja.

"Mimpi buruk?" tebak Haechan.

Renjun melepaskan pelukan dan menghindari Haechan, dia duduk di kursi lipat. Meminum kopi pada gelas yang Haechan letakkan.

"Njun?" Haechan menarik pelan kepala Renjun untuk mendongak ke arahnya. Tatapannya menyuruh lelaki itu untuk memberinya jawaban.

Renjun menjawabnya dengan sorot mata sendu. Tanpa berkedip, seakan Haechan akan menghilang dari pandangan saat dia berkedip. Diambilnya tangan lelaki itu dari kepalanya, digenggam erat. Tidak ada suara, dia mengamati tangannya yang menggenggam tangan Haechan. Beberapa saat. Lalu, "All it's fine," ucapnya, kemudian membebaskan tangan itu.

"Are you okay?" Kali ini Haven yang bertanya.

"Mmm," gumam Renjun sambil tersenyum tipis, lalu menyembunyikan sebagian wajahnya di lingkaran gelas kopi, menyeruput sisa cairan hitam di dalamnya. "I'm just surprised everyone isn't in the tent."

Haven terkekeh. "You sleep very well,"beritahunya. "We tried to wake you up, but you didn't wake up."

Renjun menatap Haechan mencari tahu kebenaran ucapan Haven, lelaki itu mengangguk.

"How can you sleep comfortably?" tanya Daiki. Dia memijat leher dengan tangannya sendiri. "My neck is bent from lying on the ground."

Renjun diam. Suasana hatinya sedang menolak untuk bicara. Dia menginginkan ketenangan. Berharap tidak seorang pun mengajaknya bicara atau bertanya kenapa kepadanya. Dia ingin merenung di dalam pikirannya sendiri: tentang mimpi dan mengingat bagaiman rasa sesak paru-parunya. Sambil menerka-nerka arti dari mimpi buruknya, jarinya menari mengitari pinggiran gelas kopi di tangannya.

Diamnya Renjun membuat yang lain paham dia perlu sendiri. Dia diabaikan sementara yang lain sibuk menyiapkan makanan instan untuk sarapan.

"There is a pretty beach near the castle." Haven berbicara saat sarapan berlangsung. "Do you all want to go there?"

"Sure!" seru Arreta langsung setuju. "We're still on vacation."

"After today, we still have tomorrow to sleep all day in the flat,"kata Daiki. Besok adalah hari Minggu.

"Kayla?" tanya Haven kepada wanita berambut hitam itu.

"I'm in," gumam Kayla. Dia asik dengan sarapannya.

"You?"Haven menunjuk Renjun.

"I wanna go home," jawab Renjun.

Semua mata menatapnya, termasuk Haechan. "Lo sakit?" Tingkah Renjun membuat mereka khawatir. Lelaki itu menggeleng pelan. "Ga," jawabnya dan memaksa bibirnya tersenyum. "Gue mau pulang aja ke flat."

Tidak ada yang berani memaksa Renjun untuk ikut pergi ke tujuan selanjutnya melanjutkan acara berlibur singkat mereka. Usai membereskan tenda dan peralatan panggang, dua mobil itu berpisah berbeda tujuan.

Sepanjang perjalanan pulang Renjun memejamkan mata, hanya terpejam tanpa tertidur.

"Mau mampir beli makanan, ga?"

COMING AROUND [3rd Book]Where stories live. Discover now