Chapter 19

19 2 1
                                    

"Allen, jangan lari-lari!" ucap Lacie, memperingati Allenzel yang baru selesai latihan menggambar, berlari ke sana kemari dengan mainan di tangan. Lacie sendiri tengah menyapu halaman dengan ditemani Allenzel yang sibuk bermain.

Pagi hari setelah sarapan, Lacie membuka toko dengan membersihkan segala tempat. Itu adalah kebiasaannya yang ia lakukan karena ia sangat suka bersih-bersih. Menyiapkan sarapan juga menjadi salah satu kebiasaannya yang lain. Rianna sampai menaikkan gajinya karena ketekunannya dalam bekerja, bahkan melewati ekspektasi wanita itu. Namun Lacie menolak dengan alasan bahwa ia melakukan semuanya dengan sukarela.

Setelah selesai menggambar bersama Allenzel, Rianna pun berpamitan pada mereka berdua untuk pergi ke suatu tempat. Wanita itu hendak mengambil bahan obat-obatan yang baru saja sampai yang dibawa oleh pedagang karavan. Menitipkan toko nya pada Lacie dan memintanya menjaga Allenzel sementara dirinya pergi, Lacie memulai kegiatan bersih-bersihnya sembari mengawasi Allenzel.

Setelah selesai menyapu, Lacie lalu melanjutkan dengan menyiram dan merawat tanaman. Pemandangan di halaman depan toko harus sempurna jika ingin menarik pelanggan. Sekalipun bunga yang ada di halaman sedikit, setidaknya memberi kesan menyegarkan kepada pasien yang datang.

"Ah, ternyata ini tempatnya."

Kala Lacie tengah asyik menyiram tanaman, dari kejauhan ia mendengar suara seorang pria dari kejauhan yang semakin lama tampat semakin mendekat. Ketika ia mendongakkan kepalanya, terlihat seorang pria jangkung berjubah hitam dengan seorang lelaki agak pendek darinya yang mengenakan jubah hitam pula, seperti berkunjung ke toko itu. Lacie lalu segera menegakkan tubuhnya, bersiap menyambut tamu yang datang.

"Selamat datang," Lacie menunduk sedikit pada mereka. "Apa ada yang bisa saya bantu?"

"Permisi, apakah benar ini kediaman dokter Rianna?" tanya pria misterius itu dengan ramah sembari tersenyum.

"Ah, iya. Benar. Maaf sebelumnya tapi nona Rianna sedang pergi keluar, jadi saat ini saya yang akan menggantikan beliau. Silahkan masuk saja dulu, akan saya dengarkan apa keluhan yang anda miliki." Lacie berbalik, hendak membuka pintu. Namun pria itu langsung menghentikannya.

"Tidak, tidak usah. Saya bukan punya urusan dengan nona Rianna, jadi tak perlu serepot itu."

"Eh, lalu siapa yang ingin anda cari?"

Semakin Lacie tatap, senyum yang terlukis di bibir pria itu tampak semakin mencurigakan. Namun sebisa mungkin ia tenang, tak panik akan situasi yang sedikit tak mengenakkan itu.

Begitu ia melihat gadis muda itu mulai ketakutan, bukannya berusaha menenangkannya, pria itu justru membuat suasana semakin mencekam. "Kalau begitu langsung saja saya katakan, ya. Dimana kau menyimpan anak kecil pengguna Kitab Ulia itu?"

Deg!

Tiba-tiba jantung Lacie berdegup kencang, dan wajahnya seketika pucat. Sebisa mungkin ia mengeluarkan suara yang terdengar tenang, namun nyatanya tangannya sendiri mulai bergetar karena panik. "A-Apa maksud Anda? S-Saya tidak paham..."

"Saya tahu anak itu ada di sini. Jadi daripada nona sendiri kesulitan, lebih baik nona serahkan anak itu baik-baik kepada kami, lalu kami akan segera menyelesaikan tugas kami disini."

"Seperti yang Anda ketahui, anak yang Anda cari tidak ada disini. Jadi saya permisi dulu—"

"Tunggu, kucing!!"

Baru saja Lacie hendak berbalik dan membawa Allenzel masuk ke rumah secepat mungkin, tak lama terdengar suara tawa anak kecil yang begitu riang tak jauh dari tempat mereka berada. Hal itu spontan membuat pria misterius itu berbalik ke sumber suara, terlihat tertarik.

Deep Sea MermaidWhere stories live. Discover now