Chapter 17

61 5 1
                                    


Burung kecil yang dikirim oleh Hedros terbang tinggi di atas langit. Setelah cukup lama mengarungi lautan, akhirnya ia mendarat, perlahan terbang rendah ke wilayah istana Kerajaan Cesario. Setelah ia merasakan tak ada lagi sihir pelindung kuat yang menutupi istana, akhirnya burung kecil tersebut masuk, melesat dengan cepat ke taman istana.

Mengurangi kecepatannya, burung kecil itu terbang mengelilingi istana-istana yang ada di dalam wilayah kerajaan Cesario sembari mendekat ke jendela-jendela. Mencari siluet Arlunna yang sekiranya tampak dari jendela, burung kecil itu terus memerhatikan keadaan. Namun beberapa jendela yang ia lewati belum juga menemukan sosok Arlunna di manapun.

Mungkin karena wilayah kerajaan Cesario yang sangat luas sehingga pencarian Arlunna akan memakan waktu yang cukup banyak. Terlebih karena ada sebuah taman besar di mana-mana dan bangunan istana yang tergolong banyak, jika tak hati-hati maka akan tersesat.

Burung kecil itu pun memasuki sebuah koridor panjang yang menghubungkannya entah ke mana. Daripada berputar-putar tanpa arah, burung itu memutuskan untuk mengikuti beberapa orang pelayan yang sedang membawa sesuatu di tangan mereka yang tengah berjalan ke suatu tempat. Perlahan-lahan, burung itu mengikuti dari belakang hingga masuk ke sebuah aula. Aula besar itu tampak kosong, hanya ada tangga besar, dan patung-patung berlapis emas yang berjajar rapi. Begitu mendengar ada langkah kaki yang datang dari atas tangga, burung kecil itu pun langsung hinggap di jendela terdekat dan berhenti mengikuti.

"Ah, apakah itu hadiah baru yang dikirim untuk Pangeran?" ucap seorang pria berkacamata dengan tubuh yang cukup tinggi, memperhatikan kotak-kotak di genggaman tangan para pelayan.

"Benar Tuan Noez, ini hadiah yang baru tiba hari ini."

"Hadiah untuk Pangeran memang tak ada habisnya, ya. Kalau begitu kalian bisa letakkan di ruangan yang disediakan untuk mengumpulkan semua hadiahnya."

"Baik, Tuan." Para pelayan itu menunduk sedikit, lalu pergi ke ruangan yang dimaksud, meninggalkan Noez yang menuruni tangga setelah bercakap-cakap dengan mereka.

Seraya kakinya melangkah turun, tiba-tiba matanya tertuju pada salah satu jendela yang sedikit menarik perhatiannya. Dari sudut matanya, ia melihat seekor burung kecil hinggap di jendela. Namun baru saja ia meliriknya, burung tersebut langsung melesat pergi entah ke mana.

Terdiam sejenak, Noez pun mengangkat kedua bahunya dan tampak sedikit cuek. "Biarkan sajalah."


+++


Takut ketahuan, burung kecil itu lalu memutuskan untuk pergi ke bangunan lain yang jauh dari tempat tadi. Bangunan tersebut terletak berada di bagian paling belakang, dan pohon-pohon tinggi menjulang berdiri di halaman depan dan belakangnya. Namun belum tiba ia ke sana, lagi-lagi burung itu bertengger di atas sebuah ranting pohon yang cukup tinggi. Di bawah pohon itu tampak seorang pria berambut hijau tua dan memiliki mata berwarna coklat tengah bersandar ke pohon sembari berbicara dengan seorang wanita yang berbalut serba hitam dan memiliki rambut berwarna krim yang panjang.

Dengan suara yang sangat pelan—tampak seperti berbisik—keduanya tengah membicarakan sesuatu. Di tangan pria itu ada sebuah kertas. Ia membacanya dengan seksama sembari sesekali melihat ke wanita tersebut.

"Jadi begitu ya," pria itu menghela nafas sejenak. "Kau yakin hanya segini informasi yang baru didapat?"

"Benar, Tuan Frezel." Wanita itu mengangguk pelan. "Namun kami akan terus mencari lebih banyak lagi informasi tentang orang yang Anda maksud. Anda tak perlu khawatir."

"Aku menunggu hasil dari kalian selanjutnya." Frezel pun menyimpan kertas yang ia perhatikan tadi ke dalam saku celananya.

"Anda tak perlu khawatir, Tuan. Saya pastikan semuanya sesuai seperti yang Anda inginkan. Apapun perintah Anda akan selalu kami laksanakan."

Deep Sea Mermaidحيث تعيش القصص. اكتشف الآن