Chapter 2

219 15 4
                                    

Sendirian, Hedros berjalan di jalan setapak sembari membawa sekeranjang buah apel merah yang masih segar.

Ada beberapa pohon apel miliknya yang sudah berbuah di dalam hutan, dan beruntung ia bisa memetik banyak sekali apel untuk hari ini. Tanaman-tanaman lainnya yang ia tanam sejak dulu juga sudah berbuah banyak, sehingga berjalan di dalam hutan membawa kepuasan tersendiri baginya. Hari ini pun, keadaan hutan dan lautan begitu tenang. Cuaca cerah tanpa ada badai besar menerpa, dan kedamaian yang ia rasakan adalah suatu berkah yang ia rasakan selama hidupnya. Hedros sempat berpikir, bahwa kehidupannya yang sekarang lebih baik daripada saat ia kecil dulu sewaktu ia masih tinggal di kota. Meski pemandangan yang ia temukan di hutan berbeda dengan kehidupan di kota, namun Hedros menemukan sesuatu yang tak ada di kota. Dan Hedros bisa belajar lebih banyak tentang alam yang belum ia ketahui. Mencari pengetahuan lebih adalah alasan kenapa ia rela ikut tinggal terpencil dan jauh dari pemukiman warga bersama seorang gurunya yang juga merupakan seorang penyihir. Tetapi kini, ia yang sudah berumur sekitaran 25 tahun harus bisa hidup mandiri setelah sang guru meninggal.

Jalan menurun yang ia ambil begitu sepi, hampir tak ada orang yang pernah melewati hutan tempat ia berada sekarang. Kalaupun ada, orang-orang akan mengambil jalanan menanjak menuju puncak bukit melewati jalan pintas yang lebih besar. Di atas puncak bukit, ada beberapa rumah tinggal entah milik siapa yang sepertinya masih dihuni. Setiap kali Hedros melewati puncak bukit, ia selalu menemukan beberapa pengantar barang menggunakan kuda dan gerobak yang mengantarkan barang ke sebuah rumah huni besar di sana. Kadang ia penasaran akan hal tersebut, tetapi Hedros lebih memilih untuk tak mencari tahu lebih banyak. Sehingga jika dikatakan ia adalah satu-satunya manusia yang hidup di hutan sendirian, nyatanya tak seperti itu. Hanya saja, ia lebih memilih untuk tak melakukan kontak dengan orang lainnya.

Drap! Drap! Drap!

Dari arah jalanan di bawah, Hedros mendengar langkah kaki kuda yang tak biasa ia dengar sebelumnya. Langkahnya sempat terhenti untuk memastikan bahwa derap kaki kuda yang ia dengar tidak salah seperti dugaannya. Hampir tak pernah kuda yang melintas di jalanan yang ia ambil, dan itu membuatnya heran sekaligus penasaran akan derap kaki yang semakin mendekat. Dan sesuai dugaannya, ada seekor kuda berlari kencang tepat menuju ke arahnya. Ditunggangi seorang pria berpakaian seragam—sepertinya seragam penjaga istana—melintasi hutan dengan kuda coklatnya tepat di samping Hedros. Kepala Hedros menoleh sekilas ke arah penunggang kuda yang fokus melihat ke depan. Sewaktu melihat pria itu, sepasang mata Hedros tak sengaja memandangi sepucuk surat yang ada di tangan sang penunggang kuda. Sebuah amplop putih dipegang di tangannya dengan stempel lambang sebuah kerajaan tercap dengan jelas di atasnya. Sebuah lambang bunga mawar berwarna tosca, yang dirasanya pernah melihat lambang itu di suatu tempat. Hanya beberapa detik saja ia dapat melihat kuda tersebut, setelahnya punggung sang penunggang beserta kudanya melesat jauh menuju puncak bukit.

Setelah beberapa detik ia terdiam dan pandangannya belum lepas dari puncak bukit, Hedros melanjutkan perjalanan pulangnya. Sesuatu sempat mengganggu pikirannya. Tapi ia berusaha untuk tak terlalu memerdulikan apapun. Hanya saja...

Itu... lambang Kerajaan Cesario, bukan?

Pikir Hedros sembari berjalan pulang, dan mengurung niatnya untuk mencaritahu lebih lanjut.


****

Sesampainya di rumah, keranjang berisi buah apel itupun diletakkannya di atas meja. Rasanya lumayan lelah karena harus menempuh jarak cukup jauh untuk sampai ke rumahnya. Hedros biasanya selalu pergi dengan kudanya, namun untuk hari ini saja ia memutuskan untuk berjalan kaki. Kadang kala kudanya ia gunakan untuk pergi ke pemukiman warga yang jaraknya jauh dari tempatnya tinggal. Pekerjaan Hedros kini hanyalah membuat ramuan atau obat, sehingga beberapa pesanan yang sudah ia siapkan harus ia antar ke desa atau bahkan kota. Pelajaran tentang sihir penyembuh yang ia dapatkan dari gurunya sangat berguna untuk dirinya dan orang-orang yang membutuhkan jasanya. Di dalam rumah peninggalan gurunya ini pun terdapat buku-buku mantra dan kesehatan yang tersusun rapi di rak-rak dan jumlahnya sangat banyak. Hedros sendiri memiliki sebuah ruangan belajar yang letaknya di lantai bawah, sedangkan lantai atas dari pintu masuk hanyalah perabotan rumah biasa seperti kursi sofa, meja makan, dan ruangan-ruangan yang terdapat pada rumah umumnya.

Deep Sea MermaidTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang