Chapter 7

102 6 1
                                    


"Jangan lupa untuk minum obatnya, ya. Nanti tak bisa sembuh, lho." Rianna mengusap-usap kepala bocah di hadapannya tersebut dengan pelan. Senyum hangat yang menghiasi wajahnya berhasil membuat kegelisahan di diri anak tersebut hilang. Melihat anak itu menganggukkan kepalanya, Rianna pun ikut senang. Lalu wanita tersebut pun berdiri, menghadap ibu anak itu yang telah mengeluarkan beberapa uang koin. "Dia jadi lebih baik dari sebelumnya. Aku turut senang melihat perkembangannya."

"Semua ini berkat Anda, Nona Rianna. Pengobatan dari Anda benar-benar berhasil membuat anakku sembuh." Puji sang ibu, yang dibalas dengan gelengan pelan dari Rianna.

"Bukan hanya aku, tapi kemauannya untuk sembuh juga mendorong semua itu."

"Iya, dia bilang dia ingin cepat-cepat bisa bermain dengan yang teman-temannya lagi. Makanya dia begitu rajin meminum obatnya."

"Ahahaha," Rianna terkekeh pelan. "Aku senang mendengar semangatnya kembali lagi."

Seorang gadis yang lebih muda dari Rianna tiba-tiba datang menghampiri ibu itu, sembari membawa nampan dengan sebuah bungkusan dari kertas di atasnya. "Ini obatnya. Ada teh herbal juga di dalamnya." Ucapnya seraya menyerahkan bungkusan itu kepada sang ibu. Setelahnya ia mengusap-usap kepala anak itu yang tengah berdiri di belakang ibunya dengan lembut. "Syukurlah kau jadi lebih baik, sebentar lagi kita bisa main sama-sama lagi, ya."

"Terima kasih, kak!" Anak itu tersenyum lebar.

"Kalau begitu kami pamit dulu, ya. Terima kasih atas obatnya." Sang ibu lalu berjalan keluar bersama anaknya, meninggalkan Rianna beserta asistennya yang tengah berdiri sembari melambai-lambaikan tangan pada mereka.

Baru saja Rianna berbalik hendak kembali ke ruangannya, suara pintu yang terbuka pun menghentikan langkah kakinya. Suara seorang anak lelakilah yang pertama kali ia dengar sebelum sempat melihat siapa yang datang. Suara yang ceria dan cukup dikenal Rianna membuat wanita itu spontan tersenyum.

"Kami pulang!"

"Oh, Allen. Bagaimana jalan-jalannya? Menyenangkan?" Rianna sedikit menundukkan tubuhnya, untuk menyamakan tingginya dengan Allenzel.

Mendengar pertanyaan Rianna, Allenzel lantas mengangguk dengan semangat. "Sangat menyenangkan! Tadi kami melihat ada pelangi!" Allenzel mengangkat kedua tangannya, memberi gestur berupa setengah lingkaran sebagai perumpamaan pelangi yang ia lihat.

"Wah, benarkah? Bagaimana pelanginya? Bagus?"

"Bagus! Cantik sekali! Warnanya banyak!"

Rianna yang tak tahan untuk tertawa melihat tingkah lucu Allenzel, lantas melepas kekehan dan mencubit pipinya pelan. Sedangkan yang dicubit, hanya tertawa lalu berlari masuk ke dalam dengan riang.

"Nona Rianna, ini bahan-bahan yang Anda minta." Selang beberapa lama setelah Allenzel pergi, tampaklah Hedros yang membuka pintu sembari menyerahkan sebuah kantong kertas yang cukup besar kepada Rianna.

"Oh, terima kasih. Kalian perginya cukup lama, ya? Jalan-jalan dulu?"

"Ahaha, hanya singgah ke beberapa tempat."

Hedros kemudian mengikuti Allenzel masuk ke dalam, sementara Rianna membuka bungkusan tersebut, meletakkannya ke dalam rak.


***


"Allen! Ayo kita makan dulu." Hedros memanggil anak kecil itu dari dalam kamarnya di lantai dua. Setelah Allenzel keluar, Hedros mengekor dari belakang, memperhatikan Allenzel yang turun tangga dengan sangat hati-hati. Hingga kaki Allenzel mendarat ke lantai terbawah dengan sempurna, barulah Hedros mengikuti lelaki kecil itu.

Deep Sea MermaidWhere stories live. Discover now