Chapter 20

28 2 0
                                    

Solaris masih tidak bisa memercayainya.

Ini pertama kalinya ia mendengar sesuatu yang begitu konyol, dan itu dari ucapan para duyung yang sangat dihormati di kerajaan Lunarsella. Ia pikir ia akan dihukum karena lalai dalam menjaga saudarinya, Arlunna. Ia kira selama ini para Tetua tengah memikirkan cara untuk menyelamatkan adiknya itu. Namun apa yang ia dapatkan justru kebalikannya. Tak pernah terpikirkan olehnya, para Tetua tega 'membuang' seekor duyung yang harusnya menjadi tanggung jawab bersama. Yang mana biasanya, mereka memiliki sebuah kewajiban untuk saling menjaga satu sama lain.

Mungkin ini memang kesalahannya, atau mungkin ia sedang dikhianati...

Solaris menggelengkan kepalanya, berusaha bangkit. Pokoknya sekarang ia harus mencari cara lain untuk menyelamatkan Arlunna.

Namun untuk saat ini, ia berharap penuh pada Hedros yang menjadi harapan satu-satunya untuk urusan yang ada di permukaan.

+++

Dan di saat yang bersamaan, Hedros tengah memacu kudanya menyusuri jalanan di tengah-tengah hutan. Awan mendung yang begitu gelap menutupi sinar mentari, dan hujan lebat turun dengan derasnya. Dengan sehelai jubah tebal anti air, Hedros bertarung dengan udara dingin demi bisa sampai ke tempat tujuan. Meski ia harus berhati-hati agar kudanya tidak tergelincir, namun pria itu tidak bisa menunggu sampai hujan berhenti, ia sedang diburu waktu. Semakin lama ia menulusuri hutan, semakin tak tenang pula hatinya. Ada sesuatu yang mengganjal dalam hatinya yang membuat kekhawatirannya semakin menjadi-jadi, meski ia tak tahu apa yang menjadi sumber kekhawatirannya tersebut.

Semakin lama ia memacu kuda, semakin sulit ia berkonsentrasi. Entah itu karena hujan, atau karena pemikiran yang kabut. Semoga semuanya baik-baik saja... Hedros hanya bisa berdoa dalam hati.

Hingga akhirnya ia tiba di sebuah rumah yang ia tuju, Hedros segera memberhentikan kudanya dan turun. Namun kala ia melangkah maju untuk memeriksa situasi, alangkah terkejutnya ia melihat bercak darah menggenang di tanah yang basah. Segera ia langsung berlari, mengikuti jejak darah tersebut yang hampir disapu rintik hujan. Alangkah terkejutnya pria itu kala ia menemukan seorang wanita yang ia cari tengah terbaring di tanah dengan keadaan yang begitu parah. Luka di mana-mana, hingga ada bekas bakar di beberapa bagian.

"Nona Rianna!!" Hedros berteriak histeris, sembari pelan-pelan memangku Rianna di tangannya. "Nona! Apa anda baik-baik saja? Tolong sadarlah..."

"Hedros..." Dengan suara yang pelan dan serak, Rianna perlahan membuka matanya dan memanggil nama pria tersebut. Ia tampak kesulitan untuk bergerak dikarenakan lukanya yang sangat parah.

"Nona, apa yang terjadi?" Tanya Hedros dengan begitu khawatir, sembari menyembuhkan Rianna dengan sihirnya.

"Kita diserang..." Rianna membuka mulutnya, berusaha menjelaskan situasinya. "Mereka datang mengambil Allen."

Kala mendengar hal itu, kedua mata Hedros terbelalak kaget. "Allen... diculik? Tapi oleh siapa?"

Rianna hanya bisa menggelengkan kepalanya, "Aku tak tahu lebih tepatnya siapa yang bekerja sama dengan mereka, tapi yang menjemput paksa Allen ke sini adalah organisasi itu."

"Organisasi itu?"Hedros berpikir sejenak, mencoba memikirkan apa yang dimaksud oleh Rianna. "Tunggu, jangan-jangan maksud Anda "Black Sea"?! Organisasi yang bekerja sama dengan para bajak laut itu?"

Organisasi yang tak asing di telinganya, sebagai penyihir, tentulah nama Black Sea begitu familier dikalangan para ahli sihir. Terlebih ia sering mendengar nama organisasi tersebut dari gurunya terdahulu. Sebagai organisasi rahasia yang bekerja di balik kegelapan, tak banyak orang yang mengetahuinya. Namun di kalangan penyihir, organisasi tersebut selalu diwaspadai sebagai organisasi yang juga sesama pengguna sihir.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Mar 30, 2023 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Deep Sea MermaidWhere stories live. Discover now