Chapter 6

90 7 0
                                    

"Yang barusan itu...."

Solaris tercengang ketika melihat ke langit malam. Duyung itu terdiam beberapa saat, tak bisa berkata-kata. Terkejut akan apa yang ia lihat di matanya saat ini, Solaris benar-benar kehilangan akal akan hal tak terduga yang ia temukan. Kegusaran pun tiba-tiba muncul di dalam hatinya, dan ia tak punya pilihan selain memastikan hal yang ia khawatirkan itu secara langsung.

Melewati jalur masuk yang biasa dilalui Arlunna, Solaris pun tiba di kediaman Hedros. Dirinya muncul di samping saudarinya, dan duduk di sebelahnya dengan raut wajah gelisah.

"Hedros!" Nada marah terdengar dari panggilan Solaris. "Yang tadi itu apa? Kenapa burung besar itu ada di langit? Siapa yang membuatnya begitu?"

"Kak Solaris.... Sebenarnya itu...." Arlunna mencoba menenangkan kakaknya, namun kata-kata yang hendak keluar tampak tercekat di tenggorokan dan susah keluar.

Hedros, yang sepertinya tahu dirinya akan ditanyai demikian, menghela nafas berat dan menggaruk belakang kepalanya yang tak gatal. "Itu ulah Allen."

"Allen? Apa maksudmu?" Alis Solaris naik satu, tak mengerti akan ucapan pria itu.

"Allen itu... Sang Pengguna Ulia."

Solaris terdiam sejenak, tak menyangka akan kata-kata yang ia dengar. Hedros memberi anggukan untuk meyakinkan Solaris akan ucapannya. Arlunna, di sisinya, tampak khawatir akan sesuatu. Suasana saat itu seketika terasa berat dan tegang. Dalam beberapa menit, tidak ada yang mau buka suara. Masing-masing dari mereka memikirkan sesuatu yang sulit diutarakan.

"Lalu," Solaris tiba-tiba memecah keheningan, menatap Hedros dengan tatapan serius. "Bagaimana keadaan Allen sekarang?"

"Dia baik-baik saja, sekarang sedang tidur."

"Begitu..."

"Aku..." Hedros tampak ragu untuk mengatakan sesuatu, ia menggantungkan kalimatnya sejenak dan menimang-nimang keputusan yang telah ia buat. Kemudian Hedros berjongkok di hadapan Arlunna, memegang bahu sang duyung dan menatapnya dalam-dalam. "Aku akan membawa pergi Allen dari sini, Lun."

"Tunggu—Apa?" Arlunna mengerjapkan matanya, hampir tak percaya. "Kenapa?"

"Tempat ini sudah tak aman lagi untuknya, dengan adanya kekuatan dari Buku Ulia itu, dia akan menjadi sasaran empuk orang-orang yang mengincarnya. Dia harus pergi, Lun. Aku tak bisa melindunginya seorang diri di sini."

"Tapi, Hedros... Bukankah justru lebih berbahaya ketika kau membawanya pergi? Kemana kau akan membawanya?"

"Justru karena itu, aku akan membawanya ke tempat yang tepat. Dia pasti terlindungi di sana, percayalah padaku." Senyum tipis mengembang di wajah Hedros demi meyakinkan Arlunna yang matanya telah berkaca-kaca. Arlunna mengerutkan keningnya, masih belum bisa menerima keputusan Hedros.

Tangan Solaris ia letakkan di kepala Arlunna, menepuk-nepuknya pelan. "Hedros benar, kita tak bisa melindungi Allen di sini. Dia juga butuh seseorang untuk mengendalikan kekuatannya itu. Makanya percayalah dengan Hedros, Allen pasti baik-baik saja."

Kepala Arlunna tertunduk, masih sulit menerima saran dari Hedros dan saudarinya. Tak ia sangka, dirinya harus berpisah dengan Allenzel secepat ini. Tak ia sangka anak manusia yang ia rawat itu sedang dalam bahaya. Fakta-fakta baru yang ia ketahui masih banyak yang tak bisa ia terima sepenuhnya.

Arlunna mengakui bahwa ia tak tahu apa-apa tentang dunia manusia. Kemana Hedros akan membawanya, siapa saja yang bisa ia percayai selain Hedros, apakah Allenzel memang harus terpisah darinya atau tidak, Arlunna tak tahu akan semua itu. Ketakutan menyelimuti dirinya, kekhawatiran menggerogoti hatinya, dan kepalanya tak bisa berpikir jernih. Hal yang paling tak ia inginkan, tak ia sangka justru terjadi sekarang. Di saat ia berpikir bisa melindungi anak manusia itu, nyatanya ia masih belum mampu melakukan apa-apa.

Deep Sea MermaidWhere stories live. Discover now