--29. Perang--

183 38 9
                                    

"Troy pulang? Kapan? Kok gue nggak tau?"


Mark menipiskan bibir. Menatap jengah pada sahabatnya yang justru tertarik pada pembahasan mengenai Troy yang pulang. Gerakan gadis itu yang menempelkan kapas jadi terhenti.

"Kapan Troy mau balik ke London lagi?"

"Lo harusnya peduli sama gue," Mark berdecih. Cowok itu menarik paksa kapas dalam genggaman gadis itu. Pada akhirnya ia memang harus mengobati sendiri luka-luka ini.

Gadis berpipi cubby di depan Mark lantas berlalu. Ia membawa secangkir teh hangat yang tadi di taruh atas etalase. Kemudian ia letakkan di atas nakas samping ranjang.


"Terus, alasan lo gini. Why?" Almina berangsur mengganti kapas dengan yang baru sebelum meneteskan alkohol di permukaannya.

Alih-alih menjawab, Mark justru melengos. Apalagi ketika melihat tatapan tajam Mina padanya. Gadis itu menekan permukaan lututnya yang luka agak keras. Membuatnya meringis dan segera menjauhkan kaki dari jangkauan gadis itu.

"Nggak pa-pa,"

"Mark. Gue tau ya, lo tuh nggak bakalan nembus hujan tanpa jas hujan. Seenggaknya, lo manusia paling hati-hati yang gue kenal selama ini,"


"Lebay," Mark terkekeh singkat. Tangannya menoyor kepala Mina pelan membuat gadis berpipi cubby itu mendelik setelahnya.

Mina harusnya tidak mengatakan apapun setelah itu. Tapi ia terlalu gatal untuk tidak mengomentari banyak hal tentang sahabatnya ini.

"Ini masalah Troy pulang, atau lo yang lagi marahan sama si anak TKR," gadis itu bertanya dengan nada rendah. Tidak menuntut jawaban, karena sepertinya ia benar-benar tahu jika temannya ini memang sedang memikirkan satu hal yang sama.



Lama tak mendapat jawaban, Mina mendesah berat. "Lo nggak mungkin diemin Troy kayak gitu Mark. Dia kakak lo,"

Mina menempelkan plester dengan hati-hati. Menekannya lembut hingga benar-benar menempel sempurna di atas kain kasa. Ia memilih mendudukkan diri di ranjang depan. Menghadap Mark yang masih sibuk menengadah.


Mark menarik napas panjang. Menatap gadis berambut panjang itu yang sibuk dengan hape setelah selesai mengobatinya. Gadis ini, manusia yang ia cari pertama kali sejak menginjakkan kaki di sekolah hari ini. Kebetulan-- hari ini Mina sedang mendapat jadwal menunggu UKS.


Mina memang sempat panik melihat kakinya yang luka-luka dengan baju basah kuyup. Sampai gadis itu berinisiatif membeli seragam baru untuk ia pakai.


Seandainya ia sedang tidak cek cok dengan Yeri, apakah gadis itu yang ada di posisi Mina saat ini?

"Lo udah nembak dia belum sih?" Mina menuntut dengan gemas. Hampir saja ingin menggaruk wajah Mark yang kini mulai berubah.

Mark menggaruk belakang kepalanya yang tak gatal. Seluruh tubuhnya terasa remuk bukan main. Kepalanya semakin berat ketika ia menengadah begini. Jadi, cowok itu memutuskan untuk berbaring.


"Ya belum,"


"Bodoh!" Mina menabok pelan lututnya. Membuatnya mengerang sekonyong ko nyong menjauhkan diri dari jangkauan gadis itu. "Kenapa belum ditembak sih? Lama amat,"

"Cewek tuh butuh kepastian!" nada bicaranya yang menggebu-gebu mungkin akan terdengar sampai depan. Tapi dia tidak peduli. Karena temannya ini terlalu bodoh masalah cewek.


"Nikung di pertigaan aja nggak jago. Gimana Nikung Yeri dari gebetannya yang banyak itu? Mana cakep-cakep lagi,"


"Ah. Berisik lo!" Mark berbalik memunggungi Mina. Menutup tubuhnya dengan selimut hingga kepala.


Fur Eye ✓ [MARK | YERI] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang