--59. Malam Puncak--

172 26 4
                                    

Pagi itu Yerina berlarian tanpa mengindahkan panggilan beberapa orang. Rambutnya yang sengaja dikuncir ekor kuda bergerak aktif terkibas kanan kiri. Napasnya terengah. Baru tahu jika jarak gerbang depan ke lobi akan sejauh itu.

Alasannya berlari adalah, karena semalam ia bergadang bersama beberapa rekannya untuk membahas masalah teknis puncak festival hari ini. Bersama Boban dan Haikal dari tim radio. Lalu ada Jingga, Doni, dan Bani dari tim acara.

Meeting mereka berakhir hampir pukul dua belas malam. Sebetulnya itu agak rusuh mengingat Haikal Raditya memang agak tidak tahu diri-- justru terus menerus terpesona dengan kekasihnya sendiri. Tidak salah sih.


Tapi akhirnya Yeri kesiangan hari ini. Mengakibatkan ia yang berniat ingin mengepang rambutnya lebih rapi-- kini justru hanya diikat seadanya.

Beruntung hari ini tidak ada pengurus osis menyebalkan yang menghadang seperti hari-hari biasanya. Mengingatkannya agar memakai Hasduk saat mengenakan seragam pramuka. Ataupun dasi ketika hari senin dan selasa.

Tidak ada guru piket dan BK yang senantiasa menangkapnya karena selalu ketinggalan barang sakral itu. Juga tidak ada Mark Endaru Gabriel yang saat ini menjadi kekasihnya. Pemuda itu sudah berangkat lebih pagi, karena beralasan dia tidak enak dengan yang lainnya.

Jadi, kini Yerina berdiri sendiri di lobi sekolah. Berdesakan dengan yang lainnya. Beberapa kali Yerina mendengus karena sengaja ditabrak manusia-manusia minus akhlaq seperti Ujin dan Praja, serta Yuvin yang tumben sekali hari ini klimis.

"Ish.. Pergi lo sana ah!" Yerina mendorong Ujin yang kemudian mereka rusuh lagi di lobi. Praja mulai mengikuti Faujin, menoel bahunya beberapa kali, lalu mengedipkan sebelah matanya dengan menjijikkan.

"Astaga!" masih pagi, dan Yerina sudah hampir kehabisan energi. Beruntung mereka segera ditarik paksa oleh Yena.


Gadis itu akan melangkah dengan sewot setelah melihat Faujin menyeringai lebar menunjukkan gigi gingsulnya. Apalagi cowok itu meninju lengannya beberapa kali sebelum benar-benar meninggalkannya sendiri.

Tapi, belum sempat ia melangkah lebih jauh. Seseorang tiba-tiba menariknya dari belakang. Membuatnya hampir sewot lagi-- jika tidak melihat seseorang itu adalah Mark Endaru.

Cowok dengan jas almamater warna navy itu tersenyum lebar. Membuat wajah Yerina yang siap meledak jadi menurun drastis. Gadis itu menghela napas panjang hampir menangis.

"Eh.. Kok nangis?" cowok itu memiringkan wajah. Mensejajarkan dengan wajah Yerina di depannya. "Kenapa?"

"Belum nangis. Tadi merasa terbully aja," ia menarik napas panjang. "Pengen ngabisin Ujin sama Praja. Gue bikin adonan donat juga lu berdua,"

Mark tertawa. Tangannya yang bebas bergerak mengacak puncak kepala Yerina. Sebelum akhirnya sadar dan segera merapikan helai rambut gadis itu yang agak menutupi wajahnya.

Poni Yerina kini lebih panjang, sengaja ia bawa ke belakang jadi ponytail. Meski beberapa masih keluar dari ikatan. Jadi, tangan Mark tidak bisa diam dan merapikan itu.

Yerina segera menarik tangan Mark. Karena keadaan loby makin sesak oleh anak-anak yang baru datang. Meski ini termasuk lebih pagi dari hari-hari biasanya Yerina berangkat sekolah. Semuanya seolah menyambut baik pembukaan puncak festival pensi pagi ini.

Laki-laki itu mensejajari langkah Yerina yang agak cepat. Meski beberapa kali agak khawatir sebab gadis itu betulan seperti dikejar deptcolector.

"Pelan aja sih, nanti juga sampe," Yerina hanya bergumam pelan.

Sebelum mereka menyeberangi lapangan utama yang hampir penuh stand Expo, Mark menarik tangan Yerina. Membuat gadis itu lantas berhenti, menoleh memandangi Mark dengan tatapan bingung.


Fur Eye ✓ [MARK | YERI] Where stories live. Discover now