--30. Mending Gini Aja--

200 39 8
                                    

"Mark, lo mau pesen apa?"

Gadis dengan rambut panjang itu sudah menghadap meja order. Memperhatikan menu dengan antusias. Sementara dirinya juga bertanya apa yang akan Mark pesan.

"Ah, smootie aja. Yang semangka," Mark mengatakan itu pada Arinda. Tapi matanya jelas tidak bisa lepas dari gadis lain yang duduk bersama dua temannya.

"Alpukat kocok dua, smootie semangka satu, satu lagi coklat panas ya mbak," karyawan kafe segera menulis pesanan mereka pada gelas gelas plastik yang ada. Kemudian membiarkan dua orang itu tetap diam.

"Mau duduk di mana?" Arin menoleh kanan kiri mencari kursi kosong diantara pengunjung yang lumayan ramai sore ini.

Tapi ia tidak pernah menyangka jika Mark justru berjalan lurus menuju kursi yang sudah terisi. Ada tiga orang dengan seragam yang sama seperti miliknya. Dua laki-laki dan satu gadis yang benar-benar tidak menoleh padanya.


Mark dengan tenang melangkah mendahului Arinda. Tersenyum kecil ketika James menoleh tepat padanya. Kemudian secara naluri jadi bergabung begitu saja.


"Boleh gabung nggak nih?" tanya cowok itu sebelum benar-benar duduk di sisi gadis berambut sebahu yang masih melengos.


"Oy.. Boleh boleh. Masih muat kok," James menyeringai lebar. "Mau beratus Mark juga boleh, tapi yang ada cuma satu yang nggak boleh rebutan ya,"


Aldi memutar bola matanya merasa jengah. Lalu melirik Yeri yang masih saja memandangi jalanan depan dengan tidak minat. Apalagi mendengarkan ocehan James ini.

Begitu pula dengan Mark yang hanya terkekeh canggung. Meski tidak bisa mengalihkan pandangan dari Yeri di sampingnya. Sengaja mengisi satu kursi kosong tepat di sebelah Yeri.


Membuat gadis itu ingin menggebrak meja dengan emosi. Bisa-bisanya cowok ini datang dengan si mantan pacar yang cantik dan primadona. Lalu duduk di sampingnya begini. Mark waras nggak sih?!


Cowok dengan seragam rapi itu berdeham. "Ey.. Gimana hari ini?"


Awalnya Aldi ikut mendongak, akan membuka mulutnya menjawab pertanyaan random itu. Tapi saat tahu Mark jelas menatap Yerina ia jadi bungkam begitu saja. Membiarkan dua manusia itu menyelesaikan salah paham yang membuatnya pusing sejak kemarin.


Mark menarik napas panjang. Menumpu kepala dengan tangan kiri. Memandangi gadis itu dengan senyum tertahan. "Yerina.."

"Apasih," Yeri justru mendengus. Tambah melengos meski tak bisa menahan debaran hangat ketika laki-laki itu memanggil namanya untuk kali kedua.


Mark menarik napas panjang. Menyentuh ujung hidungnya dengan agak gusar. Tangannya yang bebas perlahan bergerak mencari jemari gadis itu. Berusaha untuk menggenggamnya. Meski berakhir sia-sia karena Yeri menepisnya perlahan.


Gadis itu terlalu shock dengan sikap Mark yang tiba-tiba begini. Apakah cowok pengurus osis itu serandom ini?

Maksudnya, apa dia tidak pernah berpikir ulang untuk mengajak Arinda--mantannya ke dalam circle miliknya ini? Meski tidak ada Haikal yang usil, disini ada Reinaldi dengan mulut merconnya.


"Tumben banget ke Onemis barengan gini. Balikan kalian?"


Reinaldi dengan wajah datarnya bertanya seolah ini bukan hal krusial. Dengan gaya santai kembali memasukkan kentang goreng ke dalam mulut. Mengabaikan wajah Arin yang agak memerah. Sementara Mark yang jadi mendelik.



"Nggak--"


Yeri agak melirik Mark. Agak merasa lega tapi juga emosi. Bisa-bisanya Mark mengatakan dengan lantang sementara Arin mungkin saja sudah merasa melambung tinggi. Karena Yeri bisa melihat Arin tersenyum masam setelah mendengar penolakan Mark itu.


Fur Eye ✓ [MARK | YERI] Where stories live. Discover now