--60. Be With You--

174 21 12
                                    

Bibir bawahnya seolah lima senti lebih maju. Menahan diri yang sedari tadi memang sudah menangis. Yerina tidak merasa sesakit itu akibat jatuh tadi, tetapi lebih kepada perhatian Mark Endaru padanya.

Cowok itu ternyata selalu mengawasinya. Terlihat dari siapa yang datang pertama kali, jelas-jelas cowok itu bukan hanya tidak sengaja lewat. Tetapi memang mengikuti arah pergi Yerina.

Yerina tidak bisa membayangkan bagaimana jika Mark tidak segera datang. Udara malam semakin dingin, sementara dress miliknya terlalu tipis untuk menghalau rasa dingin itu.

Gadis itu terus menggigit bibirnya. Tetap mengalungkan tangan pada leher Mark yang berjalan tenang dengan tatapan lurus.

"Mina udah nunggu di UKS. Bentar lagi sampe kok," ujar cowok itu dengan tenang. Agak menunduk memastikan Yeri masih bisa menahan rasa sakitnya.

Yeri merasa, bukan hanya lututnya yang memar dan memerah. Tapi juga wajahnya, ia tahu wajahnya sudah semerah apa. Mark Endaru tanpa rasa manis itu bullshit. Cowok itu terlalu manis, sampai rasanya Yerina siap diabetes untuk menampung semua rasa manis itu.

"Sorry ya.. Kamu pasti lagi dicariin sekarang," Yerina mencicit lirih, dan memang suaranya teredam suara band dari lapangan utama yang menggema.

"Sebenernya udah bebas tugas sih. Cuma mastiin semuanya baik-baik aja," Mark tersenyum tipis. "Kamu nih bandel banget kemana-mana sendiri, kan bisa minta tolong aku buat nemenin,"

Yeri mendengus kecil. "Pasti berat banget ya menanggung beban gini,"

Mark terkekeh kecil. Kini keduanya sudah lebih dekat dengan uks. Setelah menaiki beberapa anak tangga, Mark melonggarkan tangannya, membuat Yeri langsung memeluk leher Mark lebih kuat.

"IHHH!!" lagi-lagi Mark tertawa. "Kalo jatuh beneran gimana?!"

"Ya kan tinggal ditolongin lagi,"

Hanya beberapa langkah kemudian. Mereka benar-benar sampai di uks. Pintunya terbuka separuh, membuat Yerina menarik paksa agar terbuka lebih lebar yang kemudian pintu kaca itu tertutup dengan sendirinya.

Almina mungkin sudah pergi. Terbukti hanya ada kunci uks yang gadis itu letakkan di atas meja.

Lalu dengan segera Mark meletakkan Yerina dengan hati-hati di atas ranjang uks. Gadis itu sudah tidak mencicit kesakitan lagi. Ia memandangi bagaimana lututnya terbuka dengan beberapa goresan mengeluarkan darah.

Hanya sedikit, tidak separah saat ia terjatuh di lapangan basket beberapa bulan lalu. Tapi Mark Endaru dengan segala kekhawatirannya meributkan hal itu.

Cowok itu sudah siap membersihkan luka Yeri. Menarik salah satu kursi terdekat dan duduk di depan kekasihnya itu.

"Lain kali bilang kalo mau pergi," Mark berujar dengan tenang. Sembari membersihkan luka Yeri. "Kalo nggak ada yang ngikutin kamu mau gimana? Ngesot ke backstage?"

Gadis itu melengos. Ya tidak akan sampai Ngesot juga. Itu hanya segores luka kecil. Dan Mark Endaru jelas lebay sekali menganggap luka ini bisa membuat kakinya lumpuh.

"Ini nggak separah waktu di lapangan basket kok," bibir Yerina mencuat lagi.

Ia mengelak bahwa lukanya cukup parah. Meski kini ia merasa pergelangan kakinya agak membengkak dan nyeri. Tidak bisa dibayangkan jika Mark Endaru tahu hal itu. Akan sepanjang apa rentetan ucapannya?

"Iya nggak separah waktu itu. Tapi yang nggak kelihatan pasti lebih sakit,"

Seolah tahu, Mark menekan kecil pergelangan kaki Yeri. Membuat gadis itu meringis. Yang kemudian ia mendesah berat.

Fur Eye ✓ [MARK | YERI] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang