--51. Bimbel--

159 23 1
                                    

Mark baru saja menginjakkan kakinya di daun pintu kamar, sebelum dirinya menemukan seseorang berbaring dengan nyaman di sana. Sendal rumahnya tidak dilepaskan sementara seluruh tubuhnya sudah menempel bak magnet pada kasur.


Membuat Mark mendesah berat. Ingin menggeret manusia satu itu untuk enyah dari kamarnya.


Cowok itu mendengus, meletakkan tas ransel coklatnya di atas meja. Sementara dirinya duduk diam meski kakinya tak bisa demikian. Memilih menendang lengan yang terjulur di sisi kasurnya dengan sewot.


Si manusia dengan kaos hitam dan celana pendek putih di atas kasur melenguh. Menggerakkan kepala untuk melihat sosok yang duduk di atas kursi itu. Cowok sembilan belas tahun itu mengerjap lemah, meski tangannya sudah bergerak cepat mengusap ujung bibir.



"Get out!"

Troy bergerak lagi, kali ini lebih tenang dengan mata setengah terbuka. Mulutnya menguap lebar seraya mengatakan sesuatu dengan tidak jelasnya. "Ghue bhau tidhur."


Cowok itu mengubah posisi tidurnya jadi terlentang. Menatap plafon kamar Mark yang temaram.

"Mommy bilang lo mau ajuin buat beasiswa ke kampus gue?" Katanya setelah agak sadar. "Atau mau cari other university in Belanda? Cari yang sesuai passion lo aja,"

"Banyak kok yang cocok buat lo, nanti gue bantuin buat cari beasiswanya,"

"Atau mau ke Kanada aja?"


Sekali mengoceh, Troy bisa lupa bahwa si lawan bicara belum menjawab sama sekali. Mark hanya duduk diam dengan pandangan menerawang.

"Masih lama, Troy," Mark menarik napas panjang. "Gue masih kelas sebelas,"

Troy tertawa. "Lama apanya, lo udah ketinggalan start!" cowok itu menggeleng sewot. "Harusnya udah dari awal masuk SMA lo mulai ikut les,"


Mark mendengus. Pada akhirnya menghela napas panjang dan pasrah. "Okay! Entar gue cari tempat lesnya,"


Kali ini Troy mengangguk kecil. "Tapi lo harus persiapan dari sekarang," ia terkekeh kecil. "Ujian masuknya pasti lo tau sesulit apa,"


"Udah dapet tempat bimbel belum?" Mark hanya menggeleng kecil. "Di tempat gue dulu aja. Lo bisa dapet diskon karena jadi adek gue, Congratulation brother!"

Mark memutar bola matanya jengah. Kali ini tidak ingin menanggapi ocehan kakaknya lebih lanjut, jadi ia memilih bangkit. Melepas kemeja putih identitasnya menyisakan kaus abu-abu.


Ia hampir menggapai knop pintu kamar mandi ketika Troy kembali bersuara.

"Kalo lo punya pendapat lain, mending rundingan dari sekarang," Troy mendesah berat. "Lo tau gimana Mommy,"


Mark hanya berdiri geming ketika Troy terkekeh dan bergelung di bawah selimutnya. Lalu tak ada suara, sampai akhirnya ia ikut mendesah berat.


Semua tes ribet yang Troy lalui mungkin akan sulit, tapi Mark bisa melalui itu seperti kakaknya. Yang paling sulit di dunia ini hanya menghadapi Mommy dan segala alurnya.



🍉🍉Fur Eye🍦🍦



Yerina menarik napas panjang. Ini adalah sore pertama yang akan ia habiskan di tempat yang beberapa kali memang ia datangi ketika masa ujian tiba.


Iya. Yerina hanya rajin mengikuti bimbel di masa-masa tertentu. Selebihnya, gadis itu lebih suka berkeliling sekolah dengan sejuta tingkah laku nya yang menyerupai kutu lompat-- kalau kata James.


Fur Eye ✓ [MARK | YERI] Where stories live. Discover now