--43. Maaf, Yerina--

192 32 7
                                    

Napasnya tertahan selama beberapa detik. Sebelum dirinya menarik kaus belakang James dan bersembunyi di sana dengan suara mencicit kecil. Ia merutuk, kenapa tadi sampai bangkit dan mencari-cari di jendela kamar. Padahal cowok itu sudah ada di dalam rumahnya.

Tidak, harusnya ia masih kesal karena Mark terus menyembunyikan fakta itu. Dia paling tidak suka jika menjadi si paling tahu terakhir. Yerina Mauryn si biang gosip harusnya dapat info lebih cepat.


Tapi, ia jelas tidak bisa menembus circle osis dengan segala kerahasiaannya. Jadi kini ia membiarkan James beranjak menarik Gino keluar.


"Katanya mau di omelin? Omelin Noh!" Haikal menunjuk wajah Mark tanpa dosa. Ia bangkit berdiri menepuk pelan bahu Aldi. "Lo laper gak? Makan yok,"


"Entar aja,"

Reinaldi justru melipat kedua tangan di depan dada. Tahu bahwa mereka akan meninggalkan Yeri dan Mark berdua. Dia jelas tidak akan beranjak.


"Biarin berdua tuh manusia," Haikal masih membujuk, tapi alih-alih menurut untuk turun-- cowok itu hanya berdiri di ambang pintu.


"Macem-macem nanti mereka," ujarnya membuat James yang menggapai pegangan tangga jadi berhenti. Kemudian berbalik lagi. Kini bertiga dengan Gino saling berdiri di ambang pintu. Menatap Mark dan Yeri dari kejauhan.


Mark mendesah panjang. Ia jelas mendengar ucapan Aldi tadi. Ini lebih baik daripada dirinya ditolak mentah-mentah empat bocah itu. Tidak apa jika bocah-bocah itu masih ada di ambang pintu dengan mata nyaris melotot.


Yeri masih menatapnya kini lebih tajam. Bahkan ketika Mark mendekat dan merapikan poni gadis itu yang beku kering sepenuhnya-- Yeri masih geming.


"Maaf," ia berkata dengan lirih. Menarik napas panjang sekali lagi. "I know. Ini salah banget, tapi aku nggak bisa sembarang bocorin rahasia osis gitu aja,"

"Sembarang?" Yeri terkekeh kecil. "Aku bener-bener kayak orang lain ya?"



Gadis itu meneguk salivanya. Merasa tenggorokannya begitu kering tiba-tiba. Ia melengos ogah menatap kekasihnya. "Oh iya, aku si tukang bocorin informasi orang,"

Ada rasa sesak ketika mengakui kelakuannya sendiri. Tapi Yeri betulan tahu, bahwa predikat tukang gosip itu tidak akn bisa membuat orang-orang langsung percaya untuk membagi suatu rahasia pad dirinya.


Jadi tidak heran jika Mark tak langsung memberitahu. Jadi tidak heran jika kini ia harus memancing orang-orang agar mau mengaku. Sesulit itukah?


"Yer.."


Yeri melengos, ia bisa merasakan tangan dingin Mark menangkup tangannya yang hangat. Ia agak tersentak, sedikit khawatir sebab udara sehabis hujan pasti sangat dingin. Untuk manusia semacam dirinya dan Haikal-- pasti tidak akan bisa menahan diri untuk tidak bersin-bersin.


Yeri jadi agak melunak. Meski dongkolnya setengah mati.


"Susah banget ya ngomong kalo osis punya peraturan gitu? Susah banget ngomong sama aku-- kalo kalian putus bukan karena kemauan sendiri?"


Yeri benci jika keadaan kacaunya diketahui orang yang ia sukai. Tapi hari ini, dengan hidung memerah karena flu-- rambut setengah basah, ia justru meluncurkan setetes bening dari matanya.

"Maaf, Yerina,"


"Kalo aku nggak tanya sana sini dan Ajeng keceplosan. Kamu nggak akan pernah bilang kan? Terus kamu kira aku bisa diem gitu aja?"



Fur Eye ✓ [MARK | YERI] Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora