૮₍'˶🩰 ׅ⸼ּ ݂݁Hαlαmαn 003⚶ִׁ

4.2K 140 16
                                    

𖥻03. MUSTAHIL TERJADI
_________________________

Sergio menggendong Irish ala brydal style, adik kesayangannya tertidur saat perjalanan pulang dari bandara usai salam perpisahan bersama mama dan papa. Lihatlah Irish begitu tenang dan kadar kecantikannya berkali-kali lipat bertambah ketika netra kecoklatan itu terpejam. Sergio tidak sabar memiliki Irish sepenuhnya.

Pemuda itu mengecup seluruh wajah Irish. Rumah sebesar ini hanya dihuni oleh dua orang bertolak belakang, Sergio berjanji akan membuat Irish nyaman dan Sergio memperlakukan Irish layaknya ratu nanti. Tampaknya Irish tidak terganggu dengan perlakuan Sergio hingga dipindahkan ke ranjang.

Ketika Sergio menegakkan tubuhnya, tangan mungil Irish menarik ujung baju pemuda itu.

"Jangan pergi...," katanya. Sergio menaikkan sebelah alisnya. What? Irish ngigau atau gengsi?

Baiklah, dengan senang hati menuruti permintaan ratunya. Mengambil posisi tidur di sebelah Irish, menarik tubuh adiknya lebih dekat untuk ia peluk erat. Sergio mencium singkat leher jenjang Irish, bagian tubuh favorit Irish yang paling Sergio sukai adalah bibir, leher dan ... buah dada mungkin?

Sergio adalah abang paling bahaya dan gila yang menyukai adiknya sendiri.  Sergio takut kehilangan Irish maka itu Sergio selalu mengekang Irish melalui peraturan dan fitnahnya agar Irish terjerat selalu dalam dunia Sergio.

Dulu Irish amat manja sebab dari umur 3 tahun Sergio-lah yang mengurus Irish mulai mengganti pakaian, memandikan, dan bermain bersama hingga sampai umur Irish saat ini, 17 tahun. Sergio mengecup pucuk kepala Irish.

"Bagi Kakak, kamu itu masih kecil."

Kebo? Tidak, Irish kecapekan mungkin karena ulah Sergio tadi padahal sentuhan abangnya sering Irish rasakan.

Drrt drrt

Ponsel dalam saku Sergio bergetar, segera diambilnya kemudian ia menatap nama seseorang.

Sindy.

Sergio mengernyitkan dahinya, tumben teman satu fakultas dan jurusan menelfonnya. Menggeser tombol hijau dan menempelkan di telinganya.

"Sergio, gue butuh bantuan lo!"

Nada suara perempuan itu terdengar panik dan nafasnya terengah-engah.

"Cuma lo yang bisa bantu gue, please."

"Kenapa?" Sergio bertanya.

"Tolong Gio..."

Sindy terisak, suara tangisannya semakin menjadi-jadi. Sergio merasa tidak hati pun mengangguk, ia tidak tahu kenapa Sindy menghubunginya dan meminta pertolongan.

"Lo di mana?"

"...."

"Lo tenangin diri dulu, gue ke sana." Mematikan sambungan sepihak, Sergio beberes pergi menghampiri Sindy tak lupa ia mencium pipi Irish.

"Kakak segera pulang." Apalah daya Sergio, ia sangat mencintai adiknya yang imut itu. Tapi urusannya dengan Sindy lebih penting sekarang. Dan jangan berfikir Irish dapat keluar bebas dari rumah ini tentunya Sergio akan mengurung Irish di kamar.

Pemuda itu memasuki mobil dan mulai menyetir kecepatan di atas rata-rata, meskipun Irish ia tinggali tetap saja tidak bisa berfikir tenang. Sindy adalah perempuan yang pernah menolongnya kala itu, jika bukan Sindy mungkin Sergio tidak akan hidup sampai detik ini.

Sergio menambah kecepatan, menyelip kendaraan satu persatu. Semoga Sindy baik-baik saja, perempuan itu tidak membicarakan apapun saat menelfon tadi.

Kurang lebih 15 menit Sergio pun sampai di alamat Sindy sebutkan. Pemuda itu turun dari mobil mewahnya dengan tergesa-gesa dan berlari kecil masuk ke dalam rumah bertingkat dua. Sindy bilang pintu tidak terkunci. Langkah kaki Sergio terhenti di depan pintu kala ia masuk, terkejut melihat keadaan berantakan  Sindy di sofa. Tangisnya, air mata dan pakaian yang robek.

Obsession Brother [ ON GOING ] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang