૮₍'˶🩰 ׅ ׅ⸼ּ ݂݁Hαlαmαn 014⚶ִׁ

1.9K 74 5
                                    

Happy reading, luvv ... jangan ngilang, ya😭🏃‍♀️
maaf kalau updatenya sering kelamaan :(
...

𖥻14. (BUKAN) AKU KORBANNYA
________________________

Sargeo membalut tubuh Irish dengan selimut. Satu jam lamanya belum kunjung membuka suara, ada yang tidak beres antara Irish dan Sergio. Jika Irish mabuk-mabukan bakalan tercium hawa minuman beralkohol. Ini sama sekali enggak ada, Irish tidak senakal itu. Sargeo berani bersumpah.

"Dek, udah makan?" Irish bergeming, disingkirkannya secara kasar tangan Sargeo yang hendak menyentuh. Irish menciptakan jarak, ia tidak mau didekati siapapun termasuk Sargeo.

"Mana Irish? Mama mau ngomong sama dia."

"Irish bersama Sargeo," jawab Sergio sekenanya. Irish terisak menahan suara tangis. Saking tidak mau terdengar Irish menggigit bibir bawah sekuat-kuatnya.

Sargeo merampas ponsel dari genggaman Sergio. Dia tekan loudspeaker handphone.

"Irish baik-baik aja, dia gak jahat dia gak nakal." Sargeo sepenuhnya berada dipihak Irish. "Gio ngarang," katanya menyalahkan. Sargeo menarik dagu Irish lembut, ia terkejut mendapat jejak tamparan di pipi Irish. Spontan hp tersebut jatuh dari tangan, Sargeo menangkup wajah Irish.

Rahang Sergio mengepal erat, ditatapnya tajam gadis itu seolah tersirat ancaman.

"Bilang sama abang yang sebenarnya sekarang. Siapa yang ngelakuin ini semua ke kamu? Sergio bohong 'kan? Sebenarnya kamu itu korban, bukan pelaku!" Dada Sargeo bergemuruh, dunianya hancur seketika. Hal-hal negatif tinggal dalam benak, Sargeo merasa frustasi karena Irish tidak kunjung bersuara.

"Sargeo!"

Liam mengurut pangkal hidung pusing. Pernyataan mana yang harus ia dengar? Dari Sargeo atau Sergio, persetan dari mereka berdua. Liam ingin tahu bagaimana kondisi Irish sekarang, suara khawatir Sargeo membuat Liam tidak fokus dan tidak bisa berfikir jernih. Sekarang ia sedang berada di kantor menyelesaikan beberapa berkas yang harus ia tanda tangani.

"Pipi Irish ditampar, kalau dia pelaku kenapa dapat kekerasan?" bela Sargeo mengencangkan volume suara. Dibawanya Irish ke dalam dekapan guna menangkan. Bukannya diam, suara tangis Irish semakin menjadi-jadi.

Papa mengambil alih ponsel dari tangan Liam. Ia dekatkan ke telinga, suara keributan terdengar jelas. Untuk kali pertama Papa mendengar suara baku hantam yang si kembar ciptakan.

"Lo ngelakuin ini semua ke Irish 'kan, Anjing?" desis Sargeo menarik kerah kemeja Sergio, matanya menyala-nyala tajam, urat disekitar leher menonjol jelas. Sargeo tidak terima adiknya disakiti oleh siapapun termasuk Sergio adalah kembarannya.

Mama menyentuh pundak Papa penuh khawatir dan takut. Mama takut terjadi sesuatu pada anak perempuan satu-satunya. Mama syok mendapatkan kabar buruk dari Sergio, menjelaskan bahwa Irish adalah perempuan nakal pulang sekolah pergi keluyuran tanpa kabar, dan blablabla.

Sambungan telepon dimatikan sepihak. Papa menatap ponsel ditangannya.

"Jadi gimana, Pa? Perasaan mama gak enak," ungkap mama menatap papa. "Kita pulang?"

Papa menggeleng. "Kita dengar dulu penjelasan dari Sargeo."

"Mereka bertengkar, mama takut pa." Mama mendesak, netranya berkaca-kaca khawatir.

Liam mengepalkan kedua tangan, baru satu hari bagaimana bisa Irish sejahat itu? Keluyuran? Rasanya mustahil, ya, benar. Mungkin kita dengar dulu penjelasan dari pihak lain - Sargeo.

"Abang udah," lerai Irish menarik tangan Sargeo. Kepalanya menggeleng memohon agar aksi baku hantam berhenti.

Sargeo menggenggam tangan Irish. "Lo itu abangnya Irish, bajingan! Gak pantas lo ngelakuin hal keji kayak gini," desisnya diambang puncak emosi. 

Obsession Brother [ ON GOING ] Where stories live. Discover now