03. Kenapa?

3.7K 255 14
                                    

Happy Reading.
_________________

Seorang pemuda berusia 22 tahun tengah berada disebuah dipemakaman keluarga. Gus Adzam melepas rindu yang sangat mendalam setelah hampir 4 tahun tidak bertemu karena dipisahkan oleh pendidikan.

Ia membersihkan daun-daun kering yang berjatuhan pada makam ketiganya.

Setelah bersih, ia menyiram makam tersebut.

"Alhamdulillah, rumah kalian sudah bersih," Gus Adzam tersenyum.

Kemudian ia mengelus serta mencium nisan ibunya, Azzahra Nindia Chalista. Wanita yang sangat ia cintai.

Walaupun Gus Adzam belum pernah sekalipun melihatnya secara langsung, rasa cintanya begitu nyata untuk sang ibu yang sudah mengandung dirinya.

"Assalamualaikum, Umma. Bagaimana kabar Umma disana? Adzam rindu sama kalian. 4 tahun bukan waktu yang cepat Umma. Adzam disana selalu teringat kalian. Alhamdulillah, Umma, sekarang Adzam sudah mendapatkan gelar sarjana. Kalau bukan karena Umma yang ingin anaknya menjadi sarjana dari Kairo, Adzam tidak mau sampai jauh-jauh dari kalian,"

"Andai Umma, Abi dan kakak bisa hadir saat wisuda, Adzam bisa dinobatkan jadi manusia yang paling bahagia di dunia," Gus Adzam menyeka air matanya yang menetes.

"Lihat Umma, Adzam nangis,"

Sedih? Tentu saja siapapun tidak akan kuat jika ditinggal oleh keluarganya, demikian juga dengan Gus Adzam. Pemuda yang ditinggal oleh orang tuanya beserta kakak satu-satunya, bahkan sebelum ia dilahirkan. Gus Adzam tidak dapat bertemu dengan keluarganya akibat dari kecelakaan pesawat 22 tahun yang lalu.

Walaupun demikian, ia sangat bersyukur karena banyak orang yang menyayangi dirinya dengan tulus. Entah bagaimana lagi cara berterima kasih pada Yang Maha Kuasa karena telah memberikan kehidupan yang sangat luar biasa ini.

"Walaupun Adzam belum pernah melihat kalian secara langsung, Adzam bersyukur karena kalian pernah hadir dalam mimpi Adzam. Umma cantik banget waktu dimimpi. Difoto juga cantik, dimimpi apalagi. Kalau Adzam bisa melihat secara langsung, pasti Umma jadi wanita yang paling cantik yang Adzam punya,"

"Umma, Adzam bukanlah anak yang kuat. Adzam juga butuh kalian ada dikehidupan Adzam. Cepat atau lambat Adzam akan bertemu dan berkumpul dengan kalian disana,"

Dirasa mengobrol dengan Ummanya selesai, Gus Adzam pamit untuk mendoakan makam disebelah Ummanya.

"Umma, Abi juga mau didoakan sama Adzam, Adzam ke makam Abi dulu ya, tenang makam Abi disebelah Umma kok," Gus Adzam mencium kembali nisan ibunya. Tetesan air mata juga kembali menetes dipipinya.

Gus Adzam beringsut menuju makam sebelahnya.

"Assalamualaikum, Abi,"

Gus Adzam memandangi sejenak pusara Abinya, Atthar Arazkha Dhiaulhaq.

"Abi, terima kasih sudah menurunkan pada Adzam jadi sosok yang kuat dan tangguh dalam menghadapi masalah yang ada pada kehidupan Adzam. Adzam tidak tau jika bukan Abi yang jadi ayahnya Adzam, bakal serapuh apa Adzam nanti,"

"Sama seperti Umma, Adzam rindu sama kalian. Sering-sering datang dimimpi Adzam ya,"

Setelah beberapa menit ia mengobrol pada pusara Abinya, ia kembali beralih ke pusara yang disebelah Abinya. Makam kakaknya, Haura.

"Assalamualaikum, Kakak Aura," walaupun kakaknya sudah meninggal, Gus Adzam tetap memanggil kakaknya dengan panggilan kesayangaan, yaitu Aura.

*****

Tringgg...

Bel pulang sekolah berbunyi.

Siwa dan siswi SMA Tunas Bakti, menyelesaikan belajarnya pada hari senin yang cukup berat ini. Apalagi kelas 12 IPA 1 yang setiap hari senin harus bersiap-siap mengorbankan otak dan pikirannya untuk mengadapi pelajaran yang... ah sudahlah.

Our StoryDonde viven las historias. Descúbrelo ahora