11. Khitbah.

2K 231 16
                                    

1 minggu kemudian.

Malam ini akan dilaksanakan pertemuan serta acara khitbah antara seorang Gus dengan seorang gadis cantik bernama Hilyah Nailatul Fairuzah.

Saat ini, Hilyah sedang berada didalam kamarnya sembari terus menggerutu tentang pakaiannya kali ini.

"Ribet banget sih pake baju gini. Enggak bisa apa pake celana atau minimal gaun pendek kek. Enggak kayak gini baju panjang banget udah mirip kaya orang mau kosidahan," kesal Hilyah pada saat tubuhnya berbalut dengan gamis berwarna sage green.

Hilyah membeberkan kain panjang penutup kepala, "ini lagi apaan. Kata Bi Asih dipake dikepala, tapi gue nggak tau gimana. Bi asih mana sih."

Hilyah mencoba mamakai kerudung pashminanya sendiri, ia sedikit tau tentang benda yang ada ditangannya ini walaupun tidak tau bagaimana cara memakainya, "orang kok cakep-cakep aja pake kain ginian. Lah, gue kok malah kayak DPO aja. Udah rambut pada keluar kemana-mana."

Karena kesal kerudungnya tidak jadi-jadi dan juga tidak sesuai dengan ekspektasinya, Hilyah membuang asal kerudung pashmina tersebut ke atas ranjangnya dengan perasaan kesal bercampur marah. Masa bodo jika Bi Asih datang dan ia belum menggunakannya.

Hilyah tiduran terlentang di pinggir pashmina yang ia buang tadi.

"Ya Allah, semoga yang mau dateng bukan aki-aki, minimal masih muda dan cakep, aamiin."

Ceklek.

Pintu terbuka, Bi Asih datang setelah menyiapkan minuman untuk para tamu.

Bi Asih menggeleng-gelengkan kepalanya saat melihat cucu majikannya. Wajahnya menunjukkan sedikit kekesalan.

"Non?" Hilyah menoleh saat namanya dipanggil.

"Belum dipake juga kerudungnya? Tamunya sudah datang, loh."

Hilyah bangkit, "gimana mau pake, caranya aja Hilyah nggak bisa, Bi. Tadi Hilyah udah coba berkali-kali hasilnya malah jelek, nggak cocok kayaknya Hilyah pake deh, Bi."

Bi Asih tersenyum dan segera memakaikan kerudung tersebut pada sang pemilik.

"Sini bibi pakaian. Nanti kamu inget-inget ya gimana pakainya."

Hilyah mengangguk malas.

Bi Asih memakaikan sebuah dalaman kerudung pada kepala Hilyah. Kemudian Bi Asih mulai memakaikan kerudung tersebut.

"Gimana bagus nggak."

Hilyah tercengang melihat hasil akhirnya.

"Gila, gue kaya lihat bidadari. Cakep banget."

Hilyah terus menatap wajahnya yang cantik pada cermin, melihat wajahnya dengan tatapan kagum. Mungkin, ini baru pertama kali juga ia memakai kerudung seperti ini.

"Ya sudah, sekarang ke bawah ayo. Tamunya sudah datang."

*****

Sebuah mobil baru saja sampai di depan rumah berwarna cream berlantai dua tersebut. Mereka segera turun dari mobilnya. Mereka sudah disambut oleh Arya beserta orang tua asuh Hilyah, Rina dan Reza.

Mau bagaimanapun mereka yang sudah mau membesarkan Hilyah, walaupun dengan perlakuan yang tidak bisa dibenarkan.

Setelah mengucapkan salam mereka duduk, Bi Asih memberikan minuman papa tamu majikannya.

"Semuanya, saya mau ke mobil dulu ada yang ketinggalan, Assalamualaikum," pamit seorang laki-laki yang mempunyai paras yang sangat tampan, kulit putih serta memiliki tinggi badan 180 cm.

Our StoryWhere stories live. Discover now