08. Istikharah.

2.1K 213 8
                                    

Malam hari tepatnya dipesantren An-Nur, Gus Adzam tengah memanjatkan doa pada Sang Pencipta. Setelah selesai melaksanakan sholat tahajud, Gus Adzam melanjutkannya dengan sholat istikharah. Ia harap dalam sholatnya ini akan memberi petujuk, apakah ia akan menerima dan melanjutkan perjodohan ini dan menikah dengan gadis itu nantinya, atau malah menolak serta membatalkan perjodohan tersebut.

Ia harap akan ada jawaban cepat atau lambat. Dalam mulut serta pikirannya ia berharap dibatalkan saja perjodohannya, entah kenapa itu. Apa karena ia tidak pernah berdekatan dengan seorang wanita? Tapi dalam lubuk hatinya yang paling dalam, ada jiwa penasaran, apalagi saat Umminya berkata 'tidak akan menyesal jika kamu memperistri dia'.

Kata itu yang menjadi daya tarik untuknya dan juga menggoyahkan hatinya. Apalagi dengan rasa penasaran yang besar pada dirinya mengenai gadis itu.

Allahumma sholli 'ala sayyidina muhammad wa'ala ali sayyidina muhammad.

"Ya Allah, Ya Tuhanku. Tuhan yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Ampunilah segala dosa yang pernah hamba perbuat selama ini Ya Allah, baik itu dengan sadar maupun dengan ketidaksadaran hamba. Hamba hanyalah manusia biasa yang sering lalai dan lupa menjalankan perintahmu."

"Ya Allah Ya Tuhanku. Ampunilah segala dosa yang orang tau hamba perbuat semasa hidupnya. Lapangkanlah kuburnya serta berikan tempat yang terbaik disisi mu."

"Ya Allah berikanlah hamba petunjuk. Jika wanita yang ingin dijodohkan dengan hamba adalah jodoh yang sudah Engkau gariskan untuk hamba, maka dekatkanlah dan satukanlah kami dalam ikatan yang yang Engkau ridhoi. Namun, jika memang dia bukan jodoh hamba, berikan kami masing-masing jodoh yang terbaik nantinya."

"Ya Allah, jika kami berjodoh, permudahkanlah hamba untuk menuntun istri hamba pada jalan yang Engkau ridhoi. Hamba tidak menuntut bagaimana rupa maupun segalanya, hamba hanya ingin dia dapat menjadi pandamping yang baik serta seorang ibu dari anak-anak hamba nantinya. Dan hamba mohon bimbinglah kami nantinya."

Gus Adzam menutup doanya dengan membaca sholawat kembali.

Setelah berdoa Gus Adzam tidak langsung tidur, ia ingin sholat subuh berjamaah di masjid nanti. Gus Adzam bermurajaah untuk memperkuat hafalannya, ia tak ingin hafalan yang ia jaga selama ini akan hilang sia-sia, karena ia juga sulit untuk mendapatkannya dan sulit juga untuk memperjuangkannya.

*****

"Kakek, Hilyah berangkat dulu ya. Udah mau telat!" Hilyah panik karena jam sudah menujukkan pukul 06.45. Hari ini ia lagi malas menerima hukuman jadi ia upayakan untuk berangkat lebih awal.

Jarak antara rumah kakeknya dengan tempat ia menimba ilmu juga lumayan lebih jauh dari rumah Rina dan Reza. Jadi, Hilyah tekadkan untuk berangkat tepat waktu.

"Dihabiskan dulu Hilyah sarapannya."

"Tapi kakek, kalo Hilyah telat gimana? 15 menit lagi loh kek. Hilyah lagi males banget dihukum, makanya Hilyah mau berangkat pagi."

"Ya sudah kalo kamu maunya seperti itu," Arya merogoh saku celananya dan memberikan uang 100 ribu.

Hilyah menanggapinya dan membeberkan uangnya, "100 ribu kek, banyak banget loh."

Arya terkekeh, Arya memberikannya lagi uang 300 ribu pada cucunya. Hilyah mengerjap-mengerjapkan matanya. Perasaan ia bilang banyak, bukan kurang.

"Kakek ini kebanyakan loh."

"100 ribu buat saku kamu. 300 ribu nanti kamu beli obat buat luka kamu. Kasihan cucu kakek banyak lukanya, masa mau nikah banyak luka. Sana berangkat. Pak Asep sudah nunggu diluar, nanti keburu telat."

Our StoryWhere stories live. Discover now