05. Kebenaran.

2.5K 244 6
                                    

Happy Reading.
_____________

Dara menghampiri ayah dan ibunya. Ia memberengut dan duduk ditengah-tengah antara keduanya. Rina dan Reza pun saling melemparkan pandangan satu sama lain karena anak kesayangannya ini baru saja datang dan langsung memasang wajah seperti itu.

"Kamu kenapa, Dar? Kok dateng-dateng gitu mukanya. Ada apa diluar?" tanya Rina, karena ia tadi melihat Dara ada diluar.

Dara melipat tangannya di depan dadanya, "Itu loh Bu, kak Hilyah, dia di depan lagi pacaran sama kak Rey. Ibu tau kan kalau aku suka sama kak Rey. Aku cemburu Bu, masa tiap aku deketin kak Rey, kak Rey malah cuek sama dingin ke aku. Tapi sama kak Hilyah di baik banget."

"Aku kesel, Bu. Bu, bantuin aku dong buat mereka jadi saling benci atau sekedar ada jarak biar aku bisa deketin kak Rey."

Rina mengelus kepala anaknya, "Apapun buat kamu sayang," Rina mencium kepala anaknya.

"Mas, kapan warisan dari orang tuanya Hilyah jatuh ke tangan kita. Kata kamu kalau anak sialan itu umur 18 tahun, sekarang udah 18 tahun, kok lama banget sih. Aku nggak sabar loh nikmatin semua hartanya."

Reza menghela napasnya berat, "Mas juga nggak tau kenapa bisa sesulit ini. Tapi kamu tenang saja, tinggal 70 persen lagi warisan itu akan menjadi milik kita seutuhnya  dan... kita sudah tidak membutuhkan anak sialan itu, kita bisa mengusirnya atau kita juga bisa menjadikannya pembantu. Bisa juga kita jual dia."

Dara mendengarkan dengan seksama orang tuanya berbicara. Ia sangat tau betul siapa Hilyah. Dan jika rencana itu berhasil, ia akan lebih mudah menyingkirkan Hilyah dari kehidupannya dan tidak ada lagi penghalang untuknya mendekati Rey.

"Bu, Ayah kok lama benget sih anak pungut itu kita usir. Dara udah muak tau lihat muka dia."

"Kalo hartanya sudah kita kuras habis, dia akan kita usir. Ayah juga muak lihat dia ada disini. Toh, dia juga bukan siapa-siapa kita."

"Seharusnya juga dia udah ikut orang tuanya mati."

Brugh...

Suara barang belanjaan terjatuh ke lantai. Hilyah menatap kosong ke depan serta air mata yang secara perlahan lolos dari pelupuk matanya. Tubuhnya melemas, lalu ia jatuh terduduk lantai menyusul barang belanjaan tadi.

Hilyah menggeleng-gelengkan kepalanya, ia harap yang orang tuanya ucapkan itu hanyalah sebuah candaan.

Bukannya kaget karena terbongkar, ketiga orang didepannya hanya menatapnya sekilas seolah terjadi apa-apa. Rina menghampiri Hilyah dan segera menarik lengannya agar terbangun.

"BANGUN KAMU!!!" Bentak Rina.

Rina mencengkram rahang Hilyah, kuku-kuku tajam menancap di rahangnya, bahkan hampir mengelupaskan kulit wajahnya.

"Kamu dengar apa tadi? JAWAB!!!"

Hilyah terisak menahan perih, "a-aku anak siapa, Bu?"

Rina melepaskan cengkramannya dengan kencang dan tertawa kencang layaknya iblis. Reza dan Dara menghampiri keduanya.

"A-aku bukan anak k-kalian kah?" tanya Hilyah sekali lagi.

Dara tersenyum miring, "lo itu cuma anak pungut yang diambil sama orang tua gue. Lagian orang tua lo udah mati."

Deg.

Mendengar pernyataan itu, seketika tibuh Hilyah membeku dan mulutnya terdiam. Ia yakin semuanya adalah omong kosong dari mereka karena mereka tidak ingin melihatnya.

Hilyah menggeleng-gelengkan kepalanya, "pasti kamu bohongkan."

"ORANG TUA LO UDAH MATI HILYAH, MATI!!!"

Our StoryWhere stories live. Discover now