24. Sampai kapan?

1.8K 245 26
                                    

ASSALAMU'ALAIKUM SEMUANYA.

*******

Hilyah memakan sarapan buatannya sendiri dengan hikmat. Entah kenapa ia juga membuatkan sarapan untuk sang suami. Semoga kali ini ia dihargai dengan cara dimakan olehnya, ia harap seperti itu.

Selesai sarapan Hilyah merapikan kembali kerudungnya. Alhamdulillah, sekarang ia bisa menggunakan kerudung segi empat dan bukan lagi kerudung instan.

"Gus, Hilyah berangkat sekolah dulu. Jangan lupa dimakan ya sarapannya, Hilyah udah siapin diatas meja makan. Assalamu'alaikum."

Hilyah langsung berangkat ke sekolah terburu-buru karena 10 menit lagi bel akan berbunyi. Yang biasanya ia sangat bersantai walaupun hampir telat bahkan sampai dihukum, namun sekarang Hilyah tidak ingin dihukum, lebih tepatnya malas.

"Assalamu'alaikum." ucap salam Hilyah saat memasuki kelas.

"Waalaikumsalam."

Gadis itu langsung mendudukkan diri pada kursi miliknya. Asya dan Syifa juga sudah datang, yang artinya ia punya teman mengobrol sekarang.

Teman-temannya disini juga kebanyakan enggan berteman dengannya, entah karena wajahnya yang kelewat judes dan jika bicara ketus, atau karena siswi tau jika ia tinggal di ndalem dan membuat mereka sungkan berteman dengannya. Entahlah hanya mereka dan Tuhan yang tau dan Hilyah tidak mau ambil pusing memikirkan semua itu.

Disini ia hanya ingin belajar dengan sebaik mungkin, masalah teman ia tidak perlu banyak. Ia juga paling benci jika banyak teman tetapi suka menusuk dari belakang. Didepan bersikap baik, dibelakang sebaliknya.

"Hilyah, kemarin kita berdua ada piket di ndalem, kok ndak lihat kamu ya disana?" tanya Asya.

Hilyah bingung mencari alasan. "A-ada kok, mungkin lo nggak lihat gue disana. Gue juga kemarin nggak keluar kamar didalam aja lagi mager juga."

Ya Allah maafin Hilyah, Hilyah terpaksa bohong. Malaikat jangan catet kebohongan Hikyah ya kali ini aja.

Mereka berduapun percaya-percaya saja dengan ucapannya. Hilyah akhirnya bisa bernapas lega.

"Oh iya, rumah milik Bu Nyai yang bertingkat itu ditempatin sama siapa ya?" tanya Asya.

"Iya, padahal rumahnya besar dan luas. Apalagi saat kita disuruh membersihkannya sama Gus Adzam, rumah idaman tau."

"Beberapa bulan atau beberapa tahun lagi juga kayaknya ditempatin Gus Adzam sama istrinya deh nanti. Secarakan Gus Adzam sudah dewasa ditambah ganteng. Bismillah nanti nikah sama aku dan tinggal bareng dirumah itu." ucap Asya.

Hilyah mendengus kesal. "Gue kan udah bilang, jangan kebanyakan halu. Kalau nanti Gus Adzam dapetin istri yang cantik, pinter kayak gue bisa mati berdiri kalian."

"Hilyah bisa halu juga ya ternyata. Aku pikir Hilyah itu nggak suka halu, eh, taunya juga suka ngehaluin Gus juga. Awas, Hil, nanti kamu sakit hati kalau aku yang jadi istrinya Gus Adzam." ujar Syifa sembari terkekeh.

"Awas Hilyah, Gus Adzam itu banyak yang suka. Bukan cuma kita berdua aja 'kan, Syif?"

Syifa menganggukinya. "Bener. Kita juga mau kok kalau ditawarin jadi istrinya Gus Adzam. Aku istri pertama, Asya istri kedua. Dan kalau ditambah sama kamu, kamu jadi istri yang ketiga."

Membayangkannya saja Hilyah tak sanggup apalagi sampai menjadi kenyataan. Lagi pula ia yakin, hanya dirinya yang akan jadi istri satu-satunya Gus Adzam tidak ada yang lain.

"Sya. Kata Gina si lambe turah pesantren, Ning Diba besok pulang ke sini."

"Serius? Aduh lupa kalau saingan kita juga sekelas ning."

Our StoryWhere stories live. Discover now