13. Pernikahan.

2.4K 248 102
                                    

2 minggu kemudian.

Hari ini adalah hari yang mungkin bersejarah untuk calon pasangan suami istri ini. Pernikahan yang digelar tertutup karena keinginan dari seorang pengantin wanita.

Hilyah meminta pernikahannya digelar tertutup dan hanya dihadiri oleh keluarga inti saja. Dan Hilyah mengundang seorang sahabatnya yaitu Rey. Sekaligus juga perpisahan untuknya dan sang sahabat.

Dara menatap sinis sang kakak, mungkin bisa dibilang iri dengan wajah kakaknya yang sangat cantik. Karena malas melihat wajah pangling Hilyah, Dara menghampiri pemuda yang selama ini ia cintai.

"Kak Rey..." Rey hanya menatapnya sekilas dan kembali bermain handphone kembali, ia paling malas jika sudah berhadapan dengan orang ini, ditambah lagi dengan cerita Hilyah tentang Dara, membuat ia ingin menenggelamkannya saja. Muak juga saat mendengar panggilan menggelikan itu.

"Kak Rey, kok Dara di diemin aja sih," Dara menggandeng lengan Rey dan langsung di hempaskan kasar oleh sang pemilik.

"Gak usah deket-deket bisa gak sih lo! Jadi cewek nggak usah kegatelan bisa, kayak gak punya harga diri aja lo!!!" sentaknya, untung saja tidak ada orang yang disekitarnya dan ia bisa mencaci maki wanita didepannya ini dengan sepuas hati.

Hitung-hitung bisa membalaskan semua perlakuan Dara pada Hilyah yang mungkin tidak akan menghapus luka yang sudah terukir dalam itu.

"Kak Rey kok gitu. Aku tau loh kak Rey itu suka sama kak Hilyah dari sikap kakak aja udah ketahuan. Dan sekarang kak Hilyah udah mau nikah, jadi kak Rey sama aku aja. Aku juga nggak kalah cantik dari kak Hilyah, malah lebih cantikan aku," Dara tersenyum manis.

Dalam pandangan Rey, Dara bukan tersenyum manis, tapi seperti suatu hal yang sangatlah menjijikan.

Cih.

Mendengar ucapan orang yang paling memuakkan, membuat dirinya ingin muntah. Ada ya orang memuji dirinya sendiri, pikirnya.

"Gak salahkan gue bilang kayak tadi," gumamnya dan langsung pergi menghindari hama didepannya.

Melihat Rey pergi, Dara mengikutinya dari belakang.

*****

Karena ayah Hilyah sudah meninggal lama dan tak mungkin juga yang menjadi walinya adalah Reza, kalaupun boleh Hìlyah tidak mau. Akhirnya sang kakek lah yang menjadi walinya. Dan itu pula yang membuat Gus Adzam sedikit kebingungan.

Didepannya sudah ada Arya yang sedang menatapnya dengan raut wajah yang serius.

"Jangan pernah sakiti cucu saya, dia sudah banyak menderita selama ini. Jika kamu tidak bisa menjaganya dan memperlakukannya dengan baik, kembalikan ke saya. Saya yang akan membawanya pulang. Walaupun saya hanya sekedar kakek untuknya, saya sangat menyayangi cucu saya lebih dari segalanya. Karena dia sangat penting untuk hidup saya."

"Dia seorang gadis yang mempunyai banyak topeng, Adzam. Hatinya sering bersedih tapi ia tutup dengan beribu topeng di wajahnya. Jangan sesekali kamu membentak serta melukai fisik maupun batinnya, jika kamu melakukannya saya tidak bisa menjamin jika dia akan kembali bersamamu lagi."

"Saya sebagai kakeknya hanya bisa berpesan itu pada kamu. Bimbing dia untuk mendekatkan diri pada Allah. Jika di akhirat nanti cucu saya masuk dalam neraka karena kamu tidak dapat membimbing cucu saya dengan baik, wallahi saya akan tuntut pertanggung jawaban kamu sebagai seorang suami di persidangan akhir kelak."

Gus Adzam melihat mata Arya yang menampakkan keseriusan dalam ucapannya.

"Saya bukanlah laki-laki yang sempurna. Tapi saya berjanji akan membimbing istri saya dan membawanya sampai jannah nanti."

Our StoryWhere stories live. Discover now