[36] Aku sekarat

857 132 16
                                    

Pasangan itu seolah ditakdirkan bersama, bahkan orang-orang yang sedang berjalan bersama kekasih mereka tidak bisa tidak merasa iri. Sang pria tinggi dan tampan dengan tubuh proporsional, wajahnya yang tanpa ekspresi membuatnya tampak dingin dan keren.

Sedangkan gadis di sampingnya hanya setinggi dada pria itu, wajahnya cantik dan imut secara bersamaan. Dengan senyum secerah matahari, gadis itu menggandeng tangan pria di sampingnya sembari bersenandung.

Kageyama hanya meliriknya. "Kamu senang?"

"Tentu saja!" Hinata tertawa. Matanya cerah. "Terimakasih Tobio! Pokoknya aku ingin mentraktirmu sesuatu, jangan menolaknya atau aku marah."

"En." Kageyama mengangguk.

Pasangan itu masuk ke sebuah kafe bercorak merah muda. Sejak awal mereka berencana berkencan hari ini, sebelum Kageyama tiba-tiba malah membawa Hinata ke Stadium Miyagi. Malam sebelum itu, Hinata banyak meneliti tempat-tempat kencan yang terkenal. Dan kafe ini adalah salah satunya.

Meskipun tempat ini agak memalukan untuknya yang dulunya seorang pria. Tapi karena ratingnya tampak bagus, maka dia tidak peduli.

Ketika mereka masuk, kafe itu penuh dengan orang. Seperti yang diharapkan tempat itu kebanyakan diisi gadis gadis yang nongkrong setelah pulang sekolah. Hinata merasa sedikit canggung, tapi dia sedikit lega karena menyadari sekarang dia perempuan. Tapi bagaimana dengan Kageyama....

Pasti memalukan pria besar sepertinya di tempat ini.

Hinata menoleh kearah Kageyama dan Kageyama menatapnya tanpa ekspresi. Setelah beberapa saat pria itu malah mengusap pipinya. "Apa ada kotoran di wajahku?"

Hinata. "..…......."

Percuma merasa bersalah padanya. Kageyama bukan orang yang menjaga imagenya sama sekali. Dia tidak akan peduli.

Yosh.

"Ayo cari kursi."

Beberapa gadis seketika menoleh pada mereka. Lebih tepatnya pada Kageyama. Wajah gadis gadis itu merona dan mereka saling berbisik sambil tertawa dengan teman-teman semeja mereka. Hinata bisa mendengar apa yang mereka katakan.

"Astaga keren sekalii!"

"Sangat tinggi! Dia tipeku!"

"Dari sekolah mana?"

"Tidak tahu, dia tidak mengenakan seragam sekolah."

"Aku merasa pernah melihatnya... Astaga dewa! Itu Kageyama-kun!"

"Siapa itu Kageyama?"

"Kamu tidak tahu? Dia pemain voli dari SMA Karasuno. Aku dengar dia sangat hebat dan akan jadi pemain Timnas tahun depan."

"Hebattt!!"

Hinata merasa hatinya panas dan tangannya tanpa sadar mencengkram lengan Kageyama. "Ayo cari kafe lain Tobio."

Kageyama bingung. "Hah? Bukankah kamu sendiri yang mau kesini boke!"

Hinata bergumam lalu menggeleng. "Aku tiba-tiba tidak ingin makan desert! Ayo pergi—"

Kageyama tidak bergerak sebaliknya memandangi papan menu dibelakang kasir. "Mereka menyediakan nasi juga."

Hinata meliriknya kesal. "Aku ingin ramen!"

Kageyama mengerutkan kening. "Tidak ada kedai ramen di sekitar sini."

"Pokoknya aku mau yang lain!"

Kageyama tidak menatapnya sebaliknya malah maju ke kasir sembari menatap gambar kare yang berkilauan di papan menu. "Aku mau kare itu. Yang jumbo!"

Love Sunshine (KageHina Fanfiction)Where stories live. Discover now