[4]

4.4K 584 27
                                    

"Hina–chaaan!!"

Hinata berjengit begitu ia duduk di bangkunya, ia menoleh kearah Ryota yang berlari kearahnya. Pemuda itu tersenyum lebar dan memberikan selembar kertas yang membuat biner Hinata berbinar begitu melihatnya.

"Kau sudah mendapatkannya?"

Ryota mengangguk, "mudah sekali!"

Hinata tersenyum dan mengeluarkan penanya untuk mengisi formulir klub tersebut, Ryota menarik kursi dan duduk di seberang gadis itu. Hinata lagi menatapnya sinis.

"Kenapa kau duduk di sini?"

"Ayolah jangan dingin padaku Hina–chan," rengeknya, ia kembali memperhatikan kertas formulir yang diisi Hinata, "eeh, Hina–chan bermain voli sejak SMP, ya."

Hinata hanya mengangguk.

"Hina–chan suka sekali dengan voli?"

Yang ditanya mendongak, ekspresi sinisnya berubah antusias. "Sangat!"

"Aku ini kapten tim voli pria kita, loh!" sahutnya bangga sambil menunjuk dirinya sendiri.

Hinata terdiam, "jadi Kageyama sudah mengundurkan diri," gumamnya.

"Eh! Hina–chan kenal Kageyama senpai?!"

Gawat!

Reflek Hinata membungkam mulutnya sendiri, sedangkan pemuda didepannya menatapnya seakan minta penjelasan. Hinata tertawa canggung sambil memikirkan alasan. Ryota tertawa lalu menepuk pelan pundak gadis didepannya.

"Tentu saja Hina–chan kenal ya, dia kan sangat terkenal. Bahkan seluruh penggemar voli di Jepang juga pasti mengenalnya, dia dan Hinata senpai kan sudah menjadi kandidat tim nasional Jepang."

Hinata seketika menghela napas lega, "Syukurlah dia tipe pria berpemikiran pendek," batinnya.

"Tapi aku dengar Kageyama senpai mau mengundurkan diri dari tim nasional." Sambung pemuda itu seketika membuat mata sewarna madu melebar.

"Kenapa?" tanya Hinata lirih.

Ryota hanya menggedikan bahu, "aku tidak tahu pasti alasannya, tapi semenjak Hinata senpai meninggal dunia, dia jadi agak aneh. Dia jadi sering bolos klub. Memang sih dia sudah tidak punya kewajiban lagi mengingat Kageyama senpai juga sudah kelas tiga. Tapi, entah kenapa aku merasa," Ryota memberi jeda. "Kageyama senpai seperti tidak bersemangat lagi bermain voli."

Hinata tercekat, iris madunya seketika bergerak gelisah. "A-apa menurutmu ini ada hubungannya dengan meninggalnya Hinata?"

Mata Ryota melebar, ia menatap Hina–chan dan mengangguk, "Hina–chan juga berpikir seperti itu?!"

Gadis itu mengalihkan pandangan, "aku hanya dengar mereka selalu bekerja sama."

"Aku juga berpikir ini ada hubungannya dengan meninggalnya Hinata senpai. Ini hanya perasaanku saja, namun sepertinya Kageyama senpai merasa kesepian semenjak kepergian partnernya." Ryota mengusap dagunya, "apa mungkin karena tidak ada pemain lain yang bisa memukul umpan cepatnya selain Hinata–senpai makanya dia jadi kesepian."

Hinata tertegun, ia menunduk. Jemari lentiknya meremas permukaan rok, ini memang bukan salahnya. Namun, bila yang dikatakan Ryota benar. Ia tidak bisa merasa tidak bersalah. Apapun yang telah menimpa dirinya. Hinata selalu berharap Kageyama bisa bermain voli dengan semangat seperti biasa.

"Arigato Ryota."

Ryota menoleh dan memasang wajah bingung, "Untuk apa? Formulirnya?"

Bibir ranum gadis itu mengulas senyum membuat Ryota terpesona, "kau cukup asik diajak bicara ternyata."

Love Sunshine (KageHina Fanfiction)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang