[1]

7.1K 749 73
                                    

Peluit panjang berbunyi, semua orang terdiam sejenak hingga kemudian pecah suara sorak dan teriakan. Para gagak Karasuno berlari ke tengah lapangan, memeluk teman-teman seperjuangan yang telah berjuang di garis depan.

Mereka berpelukan membuat euforia panggung nasional semakin semarak, pendukung Karasuno bersorak mengumandangkan ucapan selamat. Para adik kelas berkumpul, mengangkat tubuh pria mungil bersurai jingga yang telah berhasil memasukkan spike terakhir.

Mereka angkat tubuh mungil itu kemudian mereka lambungkan ke atas, berulang-ulang membuat pria yang diangkat tertawa lebar.

"Hei hentikan aku pusing!" pekiknya.

Kemenangan 3-2 atas Karasuno melawan Itachiyama gakuen, membuat mereka akhirnya berhasil menyabet gelar juara nasional setelah
tahun terakhir hanya mampu menjadi runner up.

Sang umpan Karasuno menatap partnernya dengan mata berbinar dan berlinang air mata.

"Kita berhasil Kageyama!"

Kageyama mengulum senyum, matanya sama berairnya dengan Hinata. Bahkan pria berwajah seram itu kini tidak mampu membendung air matanya lagi. Ia mengangguk keras.

"Benar, kita berhasil."

"Kita juara Nasional! Kita akan pergi ke panggung dunia."

Kageyama merinding, bahunya gemetar. Air mata pria itu kembali jatuh, ia mengangguk.

"Benar!"

Hinata mendekati partnernya itu, memeluknya erat, menumpahkan rasa bahagia yang meluap. Kageyama tidak memukul, tidak pula menendang seperti biasa. Pria itu justru balas memeluk partnernya. Ikut menangis bahagia bersamanya.

Aku bersyukur bertemu denganmu, Hinata.

Suara tawa dan alunan lagu terdengar dari ruangan kedap suara di salah satu tempat karaoke Tokyo. Sebelum pulang ke Miyagi, mereka menyempatkan diri untuk menikmati kota Tokyo sekaligus merayakan kemenangan mereka.

Pelatih Ukai tidak ikut, ia sudah tepar lebih dulu di penginapan setelah minum sake berbotol-botol. Takeda sensei juga tidak ikut, tentu saja karena tidak mau meninggalkan sang coach mengamuk sendirian di penginapan.

"Kageyama senpai dan Hinata senpai hebat sekali! Kami tidak bisa membayangkan nasib klub tanpa serangan cepat kalian." Ucap salah seorang kouhai membuat kouhai lainnya ikut tertunduk sedih.

Tsukkishima yang sedari tadi diam menghela napas. "Jangan terlalu bergantung pada mereka. Nekoma tidak punya banyak spiker ace, setter mereka yang sekarang pun tidak bisa disebut jenius, anggotanya juga tidak terlalu tinggi. Dengan semua itu, mereka masih bisa menjadi best four di turnamen." Pria itu membenarkan letak kacamatanya kemudian memicing membuat semua kouhainya bergidik, "jangan bilang kalian tidak mampu tanpa kami."

"Kalian tidak akan menang jika kalian tidak percaya diri," timpal Kageyama, "itu yang dikatakan mantan kapten kita Sawamura senpai. Aku bersyukur masuk ke Karasuno. Tim volinya hebat, aku ingin kalian meneruskannya. Jangan sampai julukan tobenai karasu kembali. Pertahankan gelar juara tahun depan."

Para kouhai memandang Kageyama takjub kemudian mengangguk serempak, "Hai' captain!"

"Tumben kau mengatakan hal yang hebat, Kageyama," celetuk Hinata membuatnya mendapat remasan cinta di kepala dari sang partner.

"Kau bilang apa boke?!"

"T-tidak ada, lepaskan Kageyama!" rintihnya membuat para anggota klub tertawa melihat dua sahabat itu.

Love Sunshine (KageHina Fanfiction)Where stories live. Discover now