[10]

3.9K 518 17
                                    

[Aku kalah Kageyama, gomene]


Tubuh Kageyama tersentak, kelopak matanya terbuka. Ia mendongak, memandang kelas yang sudah sepi. Ah, dia pasti tertidur lagi. Akhir-akhir ini jam tidurnya sangat buruk, pemuda itu kadang takut hanya untuk memejamkan mata. Bayangan kematian Hinata masih sering menghantui mimpinya.

Ia mengusap kasar wajah kuyunya dan bangkit, terpaan sinar matahari senja memasuki kaca jendela, tanda sekarang sudah jauh dari jam pulang sekolah.

Derap langkah terdengar dan pintu kelas digeser. Kageyama yang baru saja menyampirkan tasnya menoleh, ia mengernyit melihat Ryouta di daun pintu.

"Syukurlah kau belum pulang senpai."

"Ada apa?"

Ryouta mengatur napas sejenak. "Pelatih Ukai meminta kita semua berkumpul, para senpai juga."

Pemuda raven mengangguk lalu berjalan melewati Ryouta keluar kelas, "ayo pergi." Ucapnya datar. Ryouta mengangguk dan mengekor di belakang senpainya itu.

××××××

Pelatih Ukai menghembuskan asap rokok, matanya memandang kearah tiga pemain kelas tiga yang tersisa didepannya.

"Seperti yang kalian tahu, sebentar lagi pertandingan musim semi. Aku tidak memaksa kalian untuk ikut serta, tapi jujur. Tenaga kalian masih dibutuhkan disini."

Yamaguchi mengangkat tangan, ia tersenyum tipis dan melirik sekilas kearah Tsukishima disampingnya, "aku dan Tsukki tidak keberatan ikut bertanding lagi."

"Aku senang mendengarnya, lalu," sang pelatih mengalihkan pandangannya kearah Kageyama, sedangkan yang dipandang justru menundukkan kepala. Pelatih Ukai menghela napas, "aku sudah bilang aku tidak memaksa. Jika kau memang tidak mau bertanding, silahkan saja."

Kageyama mendongak, "aku masih ingin bermain voli. Hanya saja," jeda sejenak, "aku tidak yakin bisa maksimal mengingat ini pertama kalinya kita bermain tanpa Hinata. Ukai–san juga pasti sudah mengerti. Penyerang utama Karasuno tetaplah Hinata. Tiba-tiba merubah formasi membuatku sedikit bingung."

"Kau terlalu mengagungkan Hinata ou–sama, kita masih punya Ryouta sebagai pengganti ace, bukan?" timpal Tsukishima geram, "berhentilah bergantung pada orang yang sudah mati."

Kageyama mengatupkan bibir, sedangkan tangannya terkepal kuat. Tsukishima benar, ia merasa menjadi seorang pengecut. Hanya saja, tetap saja sepi rasanya dilapangan tanpa kehadiran sang partner.

"Sudahlah Tsukishima." Pelatih Ukai membuang napas, "ini memang sulit, tanpa Hinata kita pasti akan terdesak. Setter yang paling mengerti hal itu. Tapi jangan jadikan bencana sebagai alasan untuk menyerah. Kita hanya perlu berjuang sekuat tenaga. Posisi Hinata, aku ingin Ryouta yang menggantikannya."

Ryouta melebarkan mata, "tapi aku seorang wing spiker."

"Tubuhmu tinggi, aku ingin kau di baris depan sebagai starter. Berlatihlah block oleh Tsukishima. Kita punya banyak spiker bagus lainnya, namun kita kekurangan seorang blocker. Aku harap kau mengerti."

Pemuda pirang menghela napas kemudian mengangguk, "baik pelatih."

"Kageyama, jika kau memang tidak ingin bermain sebagai starter, aku akan meminta Akira sebagai setter, sedangkan kau sebagai di bangku cadangan sebagai pinch serve."

Love Sunshine (KageHina Fanfiction)Where stories live. Discover now