[12]

3.7K 511 16
                                    

Kageyama berjalan ringan disamping Hinata, pemuda itu sesekali menyesuaikan jarak karena perbedaan lebar langkah mereka. Iris blueberrynya bergerak gelisah, tangan kanannya sesekali menggaruk belakang kepala yang tidak gatal. Pesan dari Oikawa menginvasi pikiran Kageyama, membuat dadanya panas.

"Nah Hina.." ucap Kageyama memecah hening.

Gadis itu menoleh, "nani?"

"Kau lapar?" tanyanya.

Mata sewarna madu melebar, gadis itu terlihat terkejut. "Kau tahu darimana daritadi aku menahan lapar?" tanyanya.

"Kalau lapar seharusnya bilang boke!" ketus Kageyama kesal, pemuda itu membuang wajah, pipinya merona tipis, "ayo makan. Aku traktir." Ucapnya nyaris bergumam.

Hinata menaikan sebelah alis, "kau terlihat tidak tulus mau mentraktirku," celetuknya membuat Kageyama meringis.

"Aku tulus!" timpalnya, "cepat katakan kau mau makan dimana?"

Sepasang manik madu seketika berbinar, "sungguh?!" pekiknya dengan wajah berseri yang entah mengapa membuat dada Kageyama menghangat.

Kageyama mengangguk.

Hinata terdiam, ia mengusap dagu dan melihat kearah deretan toko dan cafe. Kageyama menyipitkan mata dan mengikuti arah pandang gadis itu. Diam-diam ia gugup, takut jika gadis itu malah memilih cafe mahal.

"Aku mau kesana!" sahut gadis itu dan menunjuk kearah restoran masakan italia yang terlihat lenggang.

Kageyama menelan ludah, dalam hati merapal doa karena restoran Italia sudah pasti makanannya diatas seribu yen per–porsi. "Restoran itu? B-baiklah ayo kesana?"

"Hah? Restoran?" Hinata memiringkan kepala bingung, membuat pemuda didepannya lebih bingung, "aku bukan mau ke restoran, aku mau ke kedai itu?" tunjuk Hinata lagi.

Kageyama menyipitkan mata lalu kembali mengikuti arah tunjukan sang gadis. Seketika hatinya diliputi rasa lega begitu menyadari gadis itu justru memilih kedai ramen kecil tepat disamping restoran Italia.

"Ah itu."

Hinata terkikik, "dingin-dingin seperti ini paling enak makan ramen Kageyama!" pekik gadis itu ceria, "ayo pergi." Hinata menarik tangan Kageyama dan melangkah memasuki kedai.

Kageyama terdiam dan mengekori si gadis orange melangkah memasuki kedai. Mereka memesan dua mangkok ramen, pemuda bermata gelap itu meringis melihat gadis didepannya makan dengan rakus.

"Kau seperti orang yang tidak makan bertahun-tahun."

Gadis itu mendongak, pipinya menggembung karena penuh, ia hanya menggeleng dan bergumam sesuatu yang tidak Kageyama pahami.

"Telan dulu makananmu, bodoh."

Hinata menelan ramennya, "ini porsi normal untukku."

"Kau sungguh gadis? Bukankah biasanya gadis tak mau makan makanan berminyak."

Hinata menggembungkan pipi, "tidak semua gadis seperti yang dipikirkan banyak orang, bukan?"

Mereka makan dalam diam, mereka hanyut dalam pikiran masing-masing. Kageyama melihat gadis orange sudah selesai memakan ramennya. Hinata bersendawa, membuat gadis itu terkejut dengan dirinya sendiri dan menutup mulutnya. Pipi gadis itu merona malu.

Kageyama entah sejak kapan tersenyum melihat tingkah si gadis senja. Baginya Hinata yang seperti itu beribu kali lebih menggemaskan dari biasanya.

"Hina–chan?"

Hinata menoleh begitu mendengar suara bariton pria memanggil namanya. Kageyama ikut menoleh dan melihat pemuda bersurai padi dengan wajah manis di meja dekat mereka.

Love Sunshine (KageHina Fanfiction)Where stories live. Discover now