Prolog

207 15 1
                                    

"Maa!!!!" rengek Ami yang sudah mulai sesak melihat banyaknya jamaah yang hadir.

"Bentar lagi ada ceramah, jadi kita pulangnya setelah ceramahnya selesai." bisik Mamanya.

"Tapi ma, Ami gak bisa disini terus. Ami jadi sesak Ma!!!" rengek Ami dengan muka sok imut.

Melihat raut wajah putrinya membuat Wulan tersentuh. "Sini, dekat sama mama." ajak Wulan.

Ami menuruti kata mamanya, "Ini mama kasih Al-Qur'an, coba hafalin surah An-Naba nanti Mama beli'in komik deh untuk Ami." bisik Wulan.

Wulan sangat tahu betul sikap putrinya, jika ia mengajaknya keluar rumah. Maka sikapnya akan seperti anak kecil, bawaannya rewel ingin pulang kerumah. Tapi jika sudah di beri hafalan dengan imbalan komik, maka ia akan segera tenang dan memilih fokus untuk menghafal tanpa memerhatikan sekelilingnya.

Tepat jam sepuluh Pak ustadz menyudahi ceramahnya dan para jamaah juga mulai meninggalkan tempatnya. Ami yang masih menunduk memerhatikan sajadahnya sambil mengucapkan ayat-ayat suci Al-Qur'an tak tersadar dengan situasi yang ada di sekelilingnya.

Ada beberapa orang yang masih berada di dalam masjid, termasuk Ami, Wulan dan Sanjaya.

"Ami...!" ucap Wulan dengan lembut sambil memegang bahu Ami.

Ami yang merasakan sentuhan seseorang langsung terkejut, "Astaghfirullah." celetuk Ami sambil memegang dadanya.

Wulan terkekeh melihat reaksi Ami, "Mama ih, bikin Ami kaget saja."

"Iya, maaf, maaf. Mama cuman mau bilang, malam ini mama sangaaaaat senang karena putri mama akan menikah." ujar Wulan tersenyum manis.

"Oh, selamat ya mah." balas Ami yang tak tersadar dengan ucapan Mamanya barusan.

Di sisi lain, di barisan jamaah pria sedang menyiapkan akad nikah yang akan di berlangsung kan malam ini juga. Seorang ustadz muda yang tengah duduk bersilang lalu memutar bola tasbih ditangannya sambil melantunkan zikir di setiap lisannya, guna untuk menenangkan hatinya yang sedang berdegup kencang.

"Bi! Sudah waktunya." panggil Abi-nya.

Ustadz muda itu langsung menyudahi dzikir nya lalu berjalan ke samping Abi-nya.

"Nak Abi gugup?" tanya Sanjaya yang melihat raut wajah Abimayu begitu pucat dan tangannya yang gemetaran.

Abimanyu hanya bisa tersenyum, lalu kembali menunduk ke bawah. "Ya sudah, mari kita laksanakan ijab Qabul nya." ucap salah satu jamaah.

Sanjaya mengulurkan tangannya, begitupun dengan Abimanyu. "Bismillahirrahmanirrahim Saya nikahkan dan saya kawinkan engkau saudara/ananda Abimanyu Shafwan Arifuddin binti Arifuddin Khadir dengan anak saya yang bernama Ami Amalia sanjaya dengan mas kawin seperangkat alat sholat dibayar tunai." ucap Sanjaya.

Ami yang tengah duduk disebelah gorden pemisah hanya menyimak apa yang ia dengar tanpa meresapinya dengan baik.

"Saya terima nikahnya Ami Amalia sanjaya dengan mas kawin seperangkat alat sholat dibayar tunai!" ucap Abimanyu dalam satu tarikan napas.

"Sah?"

"Sah!" gumam Ami ditengah hafalannya.

"Sah!" ucap semua orang.

"Barakallahu laka wa baraka 'alaika wa jama'a bainakuma fiil Khair." Semua orang tersenyum mendengar kata sah.

Wulan kembali memegang bahu Ami, "Alhamdulillah akadnya sudah selesai. Sekarang Anak mama sudah menjadi seorang istri." ujar Wulan berlinang air mata.

Ami yang melihat bundanya meneteskan air mata bingung, kenapa mama nangis? Dan senyum itu? Senyum itu seolah bencana besar bagiku. Pikirnya.

Setelah akad nikah selesai, Sanjaya langsung mengajak Abimanyu berjalan menuju tempat Ami yang sedang duduk dibalik gorden pemisah antar jamaah laki-laki dan perempuan.

"Ami...!" panggil Sanjaya begitu lembut.

Ami yang masih fokus menghafal hanya berdehem saja tanpa menoleh ke arah Ayahnya. 'Ma sya Allah istri ku.' batin Abimayu saat melihat Ami yang tengah duduk memeluk Al-Qur'an.

Wulan mengambil Al-Qur'an yang di pegang Ami, "Waktunya sudah selesai."

Ami yang masih fokus menghafal langsung melihat ke arah mamanya, "Tapikan Ami belum hafal ma." rengeknya tanpa menyadari kehadiran Abimanyu yang sedari tadi berdiri di belakangnya, bersama dengan ayah mertuanya.

"Ini Abimanyu, suami kamu." ucap Sanjaya.

Ami yang tengah ngambek tidak bisa mencerna ucapan ayahnya, ia hanya menunduk sambil memonyongkan bibirnya.

"Ami, ayo salam dulu sama suami kamu." titah Wulan.

Begitulah Ami, jika ia sedang marah. Apapun yang kamu ucapkan kepadanya, ia tidak akan mencermati nya. Tapi jika kamu menyuruhnya maka ia akan tetap melaksanakannya tanpa berpikir panjang.

Abimanyu membaca do'a lalu mengulurkan tangannya kepada Istinya.
Dengan muka yang malas Ami menyalami tangan Abimanyu. 'Gemes banget sih, istri ku.' batin Abimayu.

"Jadi malam ini nak Abimanyu tinggal di rumah papa dulu yah." ucap Sanjaya.

Ami yang sedari tadi menyimak tiba-tiba membelalak kan matanya, ucapan, kejadian dan apa yang ia lakukan sedari tadi seolah berputar di pikirannya.

"Aaaa." teriak Ami yang membuat Sanjaya, Pak kiyai, Wulan dan beberapa orang lainnya langsung melihat ke arah Ami.

***

Di Cerita ini kalian akan melihat kekocakan Ami dan juga Perhatian Ustadz Abimanyu.

Yuk baca kelanjutannya, kira-kira bagaimana reaksi Ami Saat ia sudah sepenuhnya sadar🤔, hmmm bakalan heboh nih kayaknya.

Kalau suka jangan lupa komen yah, kalau nggak keberatan tambah Vote juga😁.

Istri Wibu Ustadz Abimanyu (Tamat + Revisi)Where stories live. Discover now