Part 44 Kembali

24 3 0
                                    

🍭 Happy reading 🍀

"Dok, kapan aku bisa pulang?" tanya Ami.

"Keadaan anda sudah mulai membaik, anda boleh pulang kapan saja, ini hasil pemeriksaannya, tolong ikuti jadwalnya," jawab dokter tersebut.

Setelah membahas segalanya dengan Ami,  Dokter tersebut langsung pergi, membuat Arum masuk ke dalam ruangan.

"Arum, hari ini aku sudah bisa pulang," ucap Ami.

Arum membulatkan matanya, "Bagaimana bisa kita pulang? Sedangkan kamu baru saja sadar Mi!" pekiknya.

"Aku tidak apa-apa, hanya saja kemarin aku terlalu kecapean. Rum, apa kamu bisa menghubungi Rara? Aku sangat merindukan anak-anak ku," pintanya.

"Tapi Mi, keadaan kamu bagaimana? Kenapa dokter mengizinkan kita pulang? Baru beberapa jam yang lalu kamu sadar." Arum menatap Ami dengan tajam. Ia tidak percaya pasien yang koma semalam langsung mendapat izin pulang? Yang benar saja.

"Rum, jangan terlalu pesimis begitu, aku jujur kok, sungguh," sahut Ami tersenyum.

Tatapan mata sayu itu memang terlihat baik-baik saja, namun perasaan Arum tidak tenang.

"Baiklah, aku akan menelpon Rara," ucapnya setelah itu ia keluar untuk menghubungi temannya itu.

Sebelum Arum kembali, tiba-tiba pintu terbuka, menampakkan seorang Pria yang tengah membawa batita mungil.

"Assalamualaikum," ucapnya.

"Aras," panggil Ami tanpa menatap Pria yang membawanya.

Ami langsung melepas infusnya, berjalan ke arah anaknya. "Fang nya Umi," gumamnya m3meluk Aras begitu erat, sedangkan yang dipeluk hanya tertawa bahagia melihat Uminya.

"Semalam Aras tidak bisa tidur karena selalu mencari mu," ucap Pria tersebut.

Pintu terbuka, terlihat Arum tersenyum dibalik Niqob-nya, namun sesaat kedua netranya menangkap pria yang berdiri didepan Ami membuat senyumnya kembali mendatar.

"Arum, apa Rara sudah sampai?" tanya Ami tanpa memperdulikan Pria yang ada di depannya.

"Iya, aku tidak sengaja bertemu dengannya di depan."

"Ya udah, ayo kita pulang."

"Biar kakak yang mengan--" sebelum ucapan Pria itu selesai, Ami langsung berlalu sembari membawa anaknya.

"Mi, nggak baik kamu mengabaikan suami mu begitu," nasehat Arum yang tidak tega melihat Abimanyu dicuekin.

"Rum, apa kamu tidak memikirkan perasaan ku sehingga engkau menanyakan itu kepada ku?" impal Ami yang membuat Arum terdiam.

Mereka langsung berjalan keluar, meski keadaan Ami masih lemas tapi ia tetap terlihat tegar saat melihat wajah putranya.

Sebelum Ami masuk kedalam mobil, Abimanyu menarik tangan Ami. "Mi, tolong dengerin penjelasan kakak," pinta Abimanyu.

Lagi-lagi Ami menghempas tangan Abimanyu. "Kakak mau nikah kan? Udah sana sama istri baru kakak!" pekiknya lalu masuk kedalam mobil.

"Mi dengerin aku dulu, kumohon," ucapnya berdiri didepan pintu mobil.

"Kakak pergi! Ami mau tutup pintunya!" pekik Ami.

Suara gertakan Ami membuat Aras terkejut, membuat ia meneteskan air matanya.

Arum langsung mengambil Aras, berusaha menenangkannya diluar bersama Rara, tinggallah Ami dan juga Abimanyu.

"Sekali saja, Kakak ingin jelasin semuanya, kumohon."

Istri Wibu Ustadz Abimanyu (Tamat + Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang