Part 55 Terserah

12 1 0
                                    

Happy reading 🥰

Usai melaksanakan shalat, Ami menatap ponselnya yang sedari tadi berdering.
[Kamu ada dimana?] terlihat pesan dari sang suami membuat Ami tersenyum.

'Lupa izin, pasti kakak Abi khawatir,' batinnya.

"Rum, kakak Abi sepertinya sudah sadar kalau aku nggak ada dirumah," ucap Ami sembari memasukkan ponselnya kedalam tas.

"Memangnya kamu tidak minta izin?"

"Hehhe lupa."

"Aduh kamu ini, lain kali izin dulu baru pergi."

"Iya, iya ibu ustazah."

Ami langsung berpamitan. 'Alhamdulillah Arum sudah setuju, tinggal kakak Abi.' batin Ami tersenyum, namun matanya tak bisa berbohong.

Dua puluh menit berlalu kini Ami menatap pintu rumahnya. Ia menyeka air matanya yang menetes sedari tadi.
"Kamu bisa Mi, kamu bisa,' monolognya menyemangati dirinya sendiri.

Ia tersenyum, lalu perlahan membuka pintu rumahnya. "Assalamualaikum sayang," panggil Ami.

Tak ada sahutan sama sekali, padahal mentari pagi sudah terlihat. Tidak biasanya rumah mereka sesepi ini.

Ami berjalan masuk, indra penciumannya menghirup aroma masakan yang membuat siapa saja tergoda olehnya.

'Apa kakak Abi yang masak?' batin Ami lalu berjalan ke arah dapur.

Terlihat Abimanyu sedang sibuk bergelut dengan panci. Ami langsung berjalan kearahnya, memeluk Abi dari belakang.

"Assalamualaikum sayang," ucap Ami seraya mengeratkan pelukannya.

"Wa'alaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh," jawab Abimanyu sembari menoleh. Menatap wajah istrinya  langsung mengecup keningnya seraya kembali melanjutkan masakannya.

"Tadi Ami panggil kok nggak ada yang jawab?"

"Tadi nggak kedengaran," sahut Abimanyu.

"Padahal suara Ami keras banget, masa kakak nggak denger sih!" pekiknya kembali memeluk suaminya.

Abimanyu mengambil sendok, lalu menyicipi masakannya. "Kurang apa yah?" gumamnya tanpa memperdulikan omelan sang istri.

"Ih' kok Ami dicuekin sih!" Pekik Ami tidak suka.

Abimanyu kembali mengaduk supnya, lalu menaruhnya ke sendok. "Rasa dulu," ucap Abimanyu lalu menyuapi istrinya.

"Kurang garam," jawab Ami lalu kembali melanjutkan omelannya.

Usai menambahkan sedikit garam Abimanyu mematikan kompor. Lalu menatap istrinya yang sedari tadi cemberut.

"Maaf, kakak bukannya mengabaikan mu, tapi kakak nggak bisa fokus kalau harus ladenin kamu juga," ucap Abimanyu sembari memegang pipi istrinya.

"Iya, iya Ami paham. Kak, sikembar mana?" tanya Ami saat ia menyadari sikembar tak terlihat, padahal biasanya mereka selalu bergelut di pagi harinya.

"Ada di rumah Abah, tadi pagi aku mengantarnya kesana." Abimanyu kembali mengambil panci, memasak sesuatu lagi.

"Oh iya Kak, Ami pernah denger hukum menikahi janda itu pahalanya sama seperti orang jihad, itu gimana, Kak?"

Abimanyu berbalik menatap Ami. "Gimana apanya?"

"Ya gimana, itu bener nggak!?"

Abimanyu menghela nafas, lantas meraih Ami kedalam pelukannya.

"Menurut hadist riwayat muslim,  hukum menikahi janda itu sama dengan pahalanya orang jihad fisabilillah. Ditambah juga seperti orang yang sholat malam kata Nabi, plus puasa disiang hari." jelas Abimanyu.

Istri Wibu Ustadz Abimanyu (Tamat + Revisi)Opowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz