Part 42 (Kenangan terindah)

32 2 0
                                    

💙 Happy reading 🍀

Dimalam yang gelap, suara angin berhembus kesana-kemari, seorang pria yang tengah duduk diatas sajadah dengan tatapan kosong kebawah.

"Ya Allah, sesungguhnya engkau tidak menguji seorang hambamu melebihi batas kemampuannya," gumamnya.

Matanya kini sembap mengingat ucapan terakhir sang istri sebelum ia pergi.
"Ya Allah, hamba hanya ingin membantu Najwah, bukankah dia hanya memiliki waktu yang sedikit? Ya Allah apa hambamu ini salah melangkah? Sesungguhnya hamba mempercayakan takdir hamba kepadamu," lanjutnya.

Setelah bercengkrama dengan Tuhannya, Abimanyu langsung berdiri, ia menghempas tubuhnya ke atas springbed. Bayangan anak-anaknya dan juga istrinya terlintas jelas di ingatannya.

"Ayra, Ariz, Aras, Abi rindu." Abimanyu meringkuk memeluk lututnya, sudah dua hari istrinya pergi, dan besok ia harus memutuskan jawaban untuk Najwah.

"Hanya beberapa bulan saja Bi, kamu pasti bisa," monolognya.

Ia menutup matanya, berusaha menghempas rasa rindunya yang berkecamuk dalam hatinya.

Bulan kini mulai pergi, diganti dengan sinarnya mentari pagi. Setelah melaksanakan shalat subuh, Abimanyu langsung menemui Najwah seperti permintaannya kemarin.

"Mas," panggil Najwah yang kini tengah duduk sembari menunggu kedatangannya.

Abimanyu melangkahkan kakinya ke arah meja yang di tempati Najwah. "Bagaimana?"

Abimanyu menghela nafas, ia begitu takut menyampaikan penolakan Ami terhadapnya.
"Istri dan anak ku setuju," jawab Abimanyu berbohong.

Alasan utama Abimanyu tidak jujur karena ia takut jika penolakannya akan membuat Najwah drop, entah penyakit apa yang diderita gadis tersebut.

Mata Najwa berbinar mendengar ucapan Abimanyu, ia seolah berdiri diatas langit yang ia impikan.

"Alhamdulillah, terimakasih karena sudah menerimaku," sahut Najwah tersipu malu.

"Iya, jadi kapan ustadz Ilham akan datang?"

Najwah terdiam sesaat, ia terlihat bingung saat ia mendengar pertanyaan Abimanyu.
"Kita menikah memakai wali hakim saja, tidak perlu adanya Ilham, ana hanya ingin kita menikah yang di hadiri kita saja," ucap Najwah yang membuat Abimanyu kebingungan.

"Kenapa? Apa ustadz Ilham sakit?"

"T-tidak, hanya saja jembatan yang ada di desa sedang diperbaiki sehingga jalannya di tutup untuk sementara."

Abimanyu berpikir sesaat, "Kapan kita akan melangsungkan akad?"

"Jum'at depan, bagaimana?" tanya Najwah antusias.

"Baiklah kalau begitu." Abimanyu langsung berdiri dari duduknya. "Afwan, ana punya urusan yang mendesak," ucap Abimanyu melihat ke arah luar.

Ia lalu berpamitan, mobilnya melaju kearah rumah Rara. Setelah sampai, ia langsung di sambut dengan tatapan tajam dari Abizar yang tengah mengobrol dengan satpamnya tepat di depan rumah.

Pria itu mendekat, belum sempat Abimanyu memberi salam, ia langsung disuguhkan dengan pertanyaan dingin sang pemilik rumah.

"Ada apa?" tanya Abizar begitu dingin.

"Afwan, ana ingin menanyakan sesuatu dengan Rara."

"Istriku tidak ada dirumah, itu semua karena dirimu!" ucapnya begitu tajam.

"Afwan," ucap Abimanyu, tak ada kata selain minta maaf yang ada dalam pikirannya.

Abizar mendekat, menepuk pundak pria yang ada didepannya itu, ia lalu mencengkram erat pundak Abimanyu. "Jangan di butakan oleh rasa kasihan hingga engkau rela melepas benang putih yang selama ini mengikatmu dalam cinta dan kasih sayang," bisiknya begitu dingin disertai dengan aura yang pekat.

Istri Wibu Ustadz Abimanyu (Tamat + Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang