Part 43 (Butuh waktu)

31 2 0
                                    

🪴Happy reading 😋

Plak ... Aisyah langsung men4mpar pipi Abimanyu begitu keras hingga ia menoleh ke samping. "Apa pantas kamu menyakiti istri yang telah berjuang hidup dan mati demi melahirkan anak mu!!" teriak Aisyah yang kini tengah di selimuti marah.

Plak ... ia kembali men4mpar pipi adiknya.
"Sya! Kamu itu seorang Gus! Seorang pemimpin yang sering berdakwah! Seharusnya kamu tau mana yang benar dan mana yang salah! Kamu itu bukan anak kecil lagi Sya!!"

"Kemana didikan yang Umi dan Abah berikan kepada mu! Kemana janji yang kamu ucapkan kepada ayah dan juga ibu mertuamu!!"

Abimanyu terdiam, tamp4ran ia terima tanpa perlawanan. Aisyah mendorong tubuh sang adik, lalu menyeka air matanya.
"Kakak kecewa sama kamu Sya! Kakak benar-benar kecewa!! Kakak nggak habis pikir melihat kelakuan mu sekarang ini," lirih Aisyah.

"Hanya karena wanita lain kamu rela menelantarkan anak dan istri mu," lanjutnya.

"Kakak tidak tau apa yang Syafwan alami saat ini," sahut Abimanyu, bola matanya memerah menatap ke arah kakaknya.

Mantan pelatih pesilat wanita itu kembali menatap wajah adiknya, ia mencengkram kerah baju adiknya. "Apa!? Tentang Najwah yang meminta untuk dijadikan madu!? Dimana otak kamu Sya!" Lagi-lagi Aisyah mendorong tubuh adiknya.

"Kakak tau Najwah itu mirip sama Umi, tapi Syah, jangan melihatnya sebagai Umi," pekik Aisyah lagi.

Najwah memang mirip dengan almarhum Ibu Abimanyu, itulah mengapa ia tidak berpikir panjang ketika mendengar keadaan Najwa yang kritis, apa lagi kejadian mendiang sang Ibu masih membekas dalam ingatan Abimanyu.

"Najwah hanya ingin merusak pernikahan mu!" teriak Aisyah, ia lalu terduduk di sofa, berusaha menenangkan dirinya.

"Kamu tau kenapa Najwah ada disini? Karena ia datang bersama ustadz Ilham dan mereka tinggal bersama kami di pondok," jelas Aisyah saat ia mulai tenang.

Abimanyu yang tadinya menunduk langsung menatap kearah kakaknya.
"Kakak sudah bertanya kepada ustadz Ilham tentang Najwah. Pekan depan ia akan melakukan ta'aruf dengan Gus Habib. Karena Najwah tidak menginginkan perjodohan ini, ia malah berbohong kepadamu demi mewujudkan cintanya," lanjut Aisyah.

Heran bukan main, hati Abimanyu kini dirundung rasa kecewa ditambah rasa bersalah kepada istri dan juga anaknya.

'Apa yang aku lakukan ya Allah,' lirihnya membatin.

"Sadarlah Sya, sebelum semuanya di ketahui oleh Sanjaya, karena jika mereka mengetahuinya, jangankan menitipkan putri dan cucunya, mungkin beliau tidak akan sudi melihat mu lagi berada di dunia ini," lanjut Aisyah.

Abimanyu bukannya takut m47i tapi ia benar-benar merasa bod0h telah mempercayai wanita itu. Bayangan masalalu Ami, kekocakan istrinya, dan hal-hal yang romantis untuk mereka terlintas jelas dalam ingatnya.

Deraian air matanya mengalir membasahi pipinya, hatinya remuk mengingat semuanya. Beberapa menit ia menyerah hingga akhirnya ia bangkit kembali.

"Kak, dimana Ami sekarang? Sudah dua hari aku mencarinya tapi aku sama sekali tidak melihatnya," pinta Abimanyu.

"Ada di rumah Arum, aku tidak akan memberikan alamatnya untuk mu, karena itu permintaan dari istrimu."

'Arum? Dimana tempat tinggalnya?' batin Abimanyu, ia memang tidak terlalu mengenal Arum, tapi Ami seringkali membahasnya.

"Toko," celetuk Abimanyu, ia teringat dengan toko baju muslimah yang sering Ami datangi.

Buru-buru ia mengambil kunci, melajukan mobilnya ke arah toko Salsa. Sepuluh menit berlalu kini Abimanyu sudah ada di depan toko tersebut.

Istri Wibu Ustadz Abimanyu (Tamat + Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang