Part 51 Papa?

12 1 0
                                    

Happy reading 🥰

Langit malam yang gelap gulita, tak ada tanda-tanda adanya Bintang begitupun dengan sang Bulan yang tak terlihat karena awan hitam yang menyelimutinya. Disinilah Ami, berbaring di atas sofa sembari menunggu Abimanyu selesai mengerjakan pekerjaan nya.

"Sayang, bangun gih, kita pindah ke kamar," ucap Abimanyu membangunkan istrinya.

"Hmm," sahut Ami tanpa bergeming sedikit pun.

Abimanyu mengelus pipi istrinya. "Yang," panggilnya lagi.

"Hmm." Ami memegang tangan Abimanyu, lalu kembali memperbaiki posisi tidurnya.

Melihat reaksi istrinya membuat Abimanyu langsung menutup laptopnya, setelah itu ia menggendong istrinya ke kamar.

"Lain kali nggak usah nunggu Abi di ruang kerja," gumam Abimanyu saat ia menyelimuti istrinya.

"Ami nggak bisa tidur kalau nggak ada kakak," sahut Ami tanpa membuka matanya.

"Kenapa nggak bilang dari tadi? Kan kakak bisa nemenin kamu dulu."

"Nggak mau repotin Kakak," ucapnya begitu manja, ia sejujurnya kepala Ami pusing mengingat ucapan seseorang yang di temuinya tadi.

"Tadi kamu kemana hm? Kenapa lama sekali?"

"Ke klinik beli obat buat Ayra," jawab Ami.

"Obatnya habis? Kenapa nggak bilang? Kan bisa kakak antar."

"Kakak kan kerja masa iya Ami ganggu."

Abimanyu mengelus puncak kepala istrinya. "Abi lupa, ya sudah tidur besok pagi kita jemput anak-anak."

"Liburan?" tebak Ami.

"Mau kemana?"

"Hmm, kebun binatang."

"Baiklah kalau begitu, in sya Allah besok kita kesana."

'Aku hanya butuh waktu untuk melepaskannya secara perlahan dengan cara melukiskan kenangan terindah yang bisa membuat ku untuk berjuang di penghujung hari nanti,' batin Ami.

Deringan ponsel Ami membuat ia terbangun. Terlihat nomor baru tengah menelponnya.

'Apa dari dia?' batin Ami, ia terbangun lalu berjalan ke arah balkon kamarnya.

Terdengar suara istrinya yang tengah menelpon dari balkon membuat Abimanyu terbangun.

"Sayang banget," ucap Ami sembari tersenyum ia menatap lurus kedepan saat menyadari adanya sesosok Abimanyu ada di belakangnya.

Samar-samar Abimanyu mendengar kata sayang yang di ucapkan istrinya. Ami tersenyum dan ponselnya masih setia menempel di telinganya.

Abimanyu mendekat, ia memeluk Ami dari belakang. "Siapa?" tanya Abimanyu.

"Iya, in sya Allah kalau ada waktu," sahut Ami tanpa memperdulikan pertanyaan suaminya.

Ia menunduk, memegang tangan suaminya yang terlilit di perutnya sembari mengelusnya dengan pelan. Ia sama sekali tak menyadari adanya kecemburuan dari Abimanyu.

"Kalau begitu aku tutup telponnya."

Abimanyu memicingkan matanya, menatap istrinya dengan tajam saat suara seorang pria terdengar seperti percikan api yang ingin membakarnya.

"Udah punya suami," ucap Abimanyu membesarkan suaranya dengan sengaja.

"Siapa itu Mi?" tanya pria tersebut.

Ami terdiam sesaat, sepertinya ia sadar kalau sang suami tengah cemburu kepadanya.

"Cuman teman kok SAYANG," sahut Ami lalu terkekeh kecil.

Istri Wibu Ustadz Abimanyu (Tamat + Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang