13. Pembunuh?

132 88 128
                                    


Tidur adalah obat dari kesedihan dan menangis adalah obat dari rasa sakit.

❄️

❄️

❄️

Biasakan vote sebelum membaca yah bestie...
Jangan lupa share juga ke temen - temen nya kalau suka.

❄️

¡Ay! Esta imagen no sigue nuestras pautas de contenido. Para continuar la publicación, intente quitarla o subir otra.


❄️

Pagi ini, Anya berdiam diri di tepi tempat tidur nya. Kepala nya pusing dan tangan nya terasa sangat dingin, nafas nya pun ikut sesak.

Berulangkali dia mengambil nafas lalu menghembuskan nya kembali hingga rasa sesak di hatinya sudah mulai menghilang.

Ia menghela nafas lega saat rasa sakit itu sudah hilang sepenuhnya. Ia lalu melirik ke jam dinding yang sudah menunjukkan pukul 05.45.

Sambil mengeluh pelan dia berdiri dan berjalan gontai menuju kamar mandi.

Hari ini, ia sengaja tidak mandi air hangat karena ia ingin pikiran nya lebih fresh dan tenang.

Anya berendam di dalam bathtub, di bawah guyuran air dingin. Ia memejamkan mata nya, menikmati sensasi dingin nya air.

Ia berendam selama hampir setengah jam, tidak menghiraukan bibirnya yang pucat karena kedinginan.

Tiga puluh menit kemudian, Anya sudah siap dengan seragam yang sudah melekat di tubuhnya.

Dia menatap pantulan tubuhnya di depan cermin full body nya. Merasa ada yang kurang, dia mengambil liptint lalu di oleskan pada bibirnya yang kering dan pucat.

"Perfect." Anya meletakkan kembali liptint di atas meja rias nya.

Setelah puas memandangi dirinya di cermin, Anya memutuskan untuk turun kebawah.

Tujuan nya saat ini adalah dapur. Ia ingin menyiapkan bekal makanan untuk Angkasa, sang pujaan hatinya.

"Bibi."

Anya menyapa Bi Laras yang sedang memasak nasi goreng. Bi Laras menoleh lalu tersenyum lebar padanya.

"Non Anya udah selesai aja, tumben cepet non?" Tanya Bi Laras.

"Hehe iya Bi, Anya harus buru - buru ke kelas Angkasa Bi. Takutnya nanti bekal Anya keduluan sama yang lain."

Bi Laras ikut tertawa.

"Mohon bantuannya ya Bi," ucap Anya masih dengan cengiran khas nya.

"Iya non siap! Ini bentar lagi siap kok. Bibi yakin Den Angkasa bakalan suka sama masakan Bibi."

"Iya dong! Masakan bibi kan selalu enak dan yang paling enak." Anya mengacungkan jempol nya.

"Ah non Anya bisa aja, bibi kan jadi malu."

My AngkasaDonde viven las historias. Descúbrelo ahora