24. Ungkapan

77 8 20
                                    

❄️❄️❄️

"Oi bocah! Sini lo!" Suara bariton milik seorang pria paruh baya menghentikan langkah Zero saat menaiki tangga dengan gelas susu di genggamannya.

"Apasi paa," decak Zero sebal.

"Sini buru!"

Zero mendengus, meskipun begitu dia tetap menghampiri pria itu. Panggil saja namanya Andra. Si duda tampan nan kaya raya. Dia sering memanggil namanya begitu.

Ya duda, karena Andra dan istrinya sudah berpisah, Mikha, istrinya sudah lama berpulang sejak 5 tahun lalu karena sebuah penyakit.

Meskipun Mikha sudah tidak ada di sisi nya, Andra sama sekali tidak berniat mencari pengganti nya. Andra memilih hidup bersama putra dan mertua nya, baginya tidak ada yang bisa menggantikan posisi Mikha di hatinya.

"Kenapa sih papa panggil-panggil?" Sungut Zero saat tiba di hadapan Andra.

"Mikha lihat Mikha, anak mu durhaka, dia bentak-bentak aku," adu Andra sambil menatap ke sebuah figura foto yang terpampang di dinding ruang keluarga.

"Enggak loh mah, papa bohong jangan percaya." Zero balik mengadu pada figura foto mamanya dan di detik selanjutnya dia menatap Andra dengan sengit.

"Papa cepu!" Ketus nya.

"Hush bacot deh," balas Andra. "Btw lo tau ga abang tukang martabak yang sering jualan di taman Anggrek Putih? Sruuupp." Andra bertanya sambil mengesap kopinya.

Zero mengangguk malas, dia sudah tau maksud dari pertanyaan papanya itu. "Mau beli berapa?" Tanya Zero langsung.

Mendengar pertanyaan Zero, Andra tersenyum sumringah. "Anak gue emang pinter. Beli 2 ya, gue laper. Buru gapake lama!" Ujar Andra mantap.

Zero mengulurkan tangannya. "Uang nya mana?"

"Haissh minta uang nenek sana, gue gak ada uang cash," suruh Andra.

Zero mendelik tajam pada papanya. "Halah bilang aja papa gak mau ngeluarin duit papa, dasar pelit!"

"Katanya duda kaya raya, tapi ngeluarin duit 20rb aja susah," sindir Zero.

"Heh mulutnya. Gue ga pelit ya! Gue emang gak punya uang cash, nih gue cuma ada tu kartu!" Andra melemparkan 3 black card andalan nya.

"Dah mulai," gumam Zero lelah.

Tidak ingin berdebat, Zero memilih beranjak dari sana. Dia meletakkan gelas susu yang dari tadi di pegang nya di atas meja.

"NENEKK! PAPA KATANYA MAU BELI MARTABAK!! MINTA UANG DONG!" Teriak Zero memanggil neneknya.

"Woi! Jangan pake teriak juga! Malu sama tetangga!" Seru Andra panik.

"Tetangga kita budeg, papa lupa?" Zero menaikkan sebelah alisnya.

"Astaghfirullah lupa gue!"

Zero menggeleng kan kepala nya, mau heran tapi bapak gue.

"AMBIL UANG NENEK DI BALIK POT BUNGA KAKTUS DI BELAKANG SANA!
JANGAN LUPA LEBIHIN BUAT NENEK MARTABAKNYA!" teriak nenek Zero dari lantai atas. Zero dan Andra mendongak, ternyata nenek sedang nongki di pembatas tangga.

"ASIAPPP!" Zero bergegas menuju ke taman belakang rumahnya.

Sedangkan Andra berteriak panik saat melihat sang nenek meluncur santai di pembatas tangga dari atas sana hingga tiba di bawah.

"ADUH EMAK GUEE!! JATUH OI! MIKHA LIHAT MAMA DIA REWELLL!"

"Cepu uuuu!" Sorak nenek Zero.

❄️

My AngkasaWhere stories live. Discover now