21. Anya Pingsan

120 27 33
                                    

Tak semua tawa berarti bahagia. Sering kali tawa adalah penutup hati yang terluka
~Zerobellvnno~

Biasakan vote sebelum membaca yah bestie dan usahakan komen di setiap part yah...
Terimakasih
Jangan lupa share juga ke temen - temen nya kalau suka.

️❄️

❄️

"Asa, tunggu!" Seru Anya.

Angkasa berhenti. Ia melirik Anya yang berlari kecil menghampiri nya.

"Lo marah ya?" Tanya Anya pelan.

Angkasa memalingkan wajahnya dan melanjutkan langkahnya, mengabaikan pertanyaan Anya.

Tapi Anya mencekal tangan nya. Membuat ia kembali menoleh pada Anya.

"Kenapa lo pergi gitu aja ninggalin gue di mobil sendirian? dan saat di panggung tadi, lo langsung pergi tanpa ngucapin apa-apa?" Tanya Anya.

"Lepas," ujar Angkasa pelan, dia menatap Anya dingin.

Anya menggeleng cepat. "Kalau iya lo marah sama gue gegara masalah tadi, gue minta maaf. Gue gak bermaksud bohongin lo, gue cuma ga pengen lo tau kalau mama benci sama gue. Gue_

"Anya. Lepas!" Angkasa menatap Anya tajam.

"Asa gue_

"Gue gak peduli! mau lo di benci mama lo, mau lo bohong ke gue,  gue gak peduli!"

Anya kaget mendengar bentakan Angkasa.

Angkasa membuang muka lalu menarik nafas dalam-dalam kemudian kembali menatap Anya.

"Karna apa? Karna lo bukan siapa-siapa nya gue!" Bentak Angkasa marah.

Angkasa menghempaskan tangan nya sehingga cekalan Anya terlepas dari tangan nya.

Angkasa tersenyum sinis. "Buat apa gue nungguin lo turun dari panggung? emang lo penting bagi gue ha?"

"Lo gak sepenting itu Freanya! Jadi stop bersikap seolah lo adalah prioritas hidup gue!" tekan Angkasa.

Anya terdiam.

"Bahkan mau lo mati, sedikitpun gue gak peduli!" maki Angkasa.

Sakit.

Ya, rasanya ada ribuan jarum menusuk seluruh tubuhnya. Setiap kata yang di ucapkan Angkasa membuat hatinya terasa sakit.

"A-apa?" Lirih Anya dengan raut tidak percaya.

Anya menahan air mata nya yang ingin keluar. Dia menatap dalam orang yang di cintai nya itu dengan mata memerah.

Berharap di balas dengan tatapan lembut? Itu mustahil. Angkasa menatap dirinya seolah dia benar-benar sangat membencinya.

Angkasa sendiri, walupun sadar dengan perkataan nya yang mungkin sudah menyakiti hati Anya, dia melenguh tidak peduli.

Angkasa mengangguk samar, dia menyugar rambut nya sambil mengigit bibirnya lalu kembali menatap Anya.

"Jadi gue minta sama lo, stop deketin gue, karna kehadiran lo menganggu ketenangan gue."

"Gue benci sama orang yang mengusik ketenangan gue dan gue. Benci. Lo," tekan Angkasa di setiap kata nya sambil menunjuk wajah Anya.

"Cinta?" Angkasa terkekeh sinis. "Bahkan rasa itu sama sekali gak gue rasain saat bersama lo dan gue pastiin perasaan itu gak akan pernah gue kasih ke lo."

My AngkasaWhere stories live. Discover now