[2] 52

262 29 6
                                    

Hari yang di nanti-nanti oleh Chenle pun tiba, dimana hari yang paling bahagia bagi dirinya dan juga anggota julid karena semua membernya sudah sold out. Hiasan gedung yang begitu mewah memanjakan mata para pengunjung, bahkan altar tempat nantinya Chenle mengucap janji suci juga begitu indah.

Tamu undangan bukan lagi banyak bahkan ada siaran langsung di acara ini, sebenarnya ia bisa saja menyewa pembawa acara dan juga pengurus gedung untuk acaranya nanti, tetapi ia memilih anggota julid yang menghendle semua acara pernikahannya. Bukan tanpa alasan, sebenarnya ia tidak mau merepotkan teman-temannya, tetapi mereka yang memaksa Chenle untuk melakukan semua itu.

"Demi apapun, ganteng banget lo." Puji Jisung ketika Chenle keluar dari ruangannya, bukan hanya Jisung yang takjub akan pesona Chenle saat ini ada Jeno, Renjun, Haechan, Hyunjin dan juga Mark. Mereka benar-benar tidak menyangka jika Chenle akan menikah, bahkan Renjun sempat berpikir Chenle akan sendirian sampai tua nanti.

"Deg-degkan asu." Ucap Chenle sembari mengepalkan tangannya, bahkan sarung tangan putih yang tadi ia kenakan ia lepas.

"Buset, dingin banget cuy." Ucap Jaemin yang baru datang dan langsung memegang tangan Chenle, yang lain hanya tertawa mendengar hal itu terlebih lagi melihat wajah Chenle yang bahagia bercampur panik.

"Rileks aja, pokoknya bawa enjoy." Ucap Mark sembari menuntun Chenle untuk menarik napas dan membuangnya secara perlahan.

Sedangkan diruangan Ning-ning, tidak banyak anak julid yang memasukinya hanya sebagian saja karena mereka menghormati teman-teman Ning-ning lainnya. Ayumi sedari tadi menggeleng kepalanya melihat calon istri Chenle, bahkan Ayumi sendiri tidak bisa menghitung berapa kali ia sudah memuji Ning-ning ketika gadis itu meminta ia untuk menenangkannya.

"Cakep banget buset." Ucap Hina yang baru datang sembari memberikan daftar tamu.

"Emang kan? dari tadi gue ga berenti nyebut." Ucap Ayumi dan Hina mengangguk karena menyetujui ucapan Ayumi.

"Ning, lima menit lagi kamu keluar ya." Ucap Herin kepada Ning-ning, gadis yang sebentar lagi tidak menjadi gadis itu semakin gugup. Bahkan tangannya gemetar merambat ke buket bunga yang ia genggam, temannya tertawa melihat itu.

"Santai dong, santai." Ucap Winter.

"Santai pala bapak kau."

"Bapak gue udah jadi abu."

"Anjing, gelap." Gumam Ayumi yang sedari tadi menyimak obrolan Ning-ning dan temannya.

"Ayo. Winter, kamu nanti nuntun Ning-ning sampe ke ayahnya, terus baru ayahnya Ning-ning nganterin ke Chenle. Ayo sekarang." Ayumi dan Winter membantu Ning-ning untuk menuju pintu yang mengarah ke altar, sebelum pintu terbuka musik dan juga beberapa ucapan pembuka sudah terdengar begitu jelas.

Winter selaku sahabat Ning-ning setia menggenggam salah satu tangan Ning-ning untuk menghilangkan rasa gugup sahabatnya, tak lama setelahnya pembawa acara yang tak lain adalah Somi memanggil Ning-ning sebagai pembelai wanita. Pintu besar pun terbuka, lampu mulai meredup dan hanya satu sorotan lampu yang menerangi Ning-ning dan Winter yang berjalan menuju tengah altar, Winter menarik napas sebelum benar-benar melepaskan tangannya dari lengan Ning-ning.

Ning-ning dan Winter sempat untuk berpelukan dan kini Ning-ning melangkah menuju sang ayah, Ning-ning membalas senyuman sang ayah yang sudah mengulurkan tangan untuk menggandeng putri semata wayangnya kepada calon suami.

Di belakang sana ada Ayumi dan Hina yang mulai menitikkan air mata, terlebih saat Winter mulai tertunduk ketika lampu sudah tidak menyoroti dirinya. Kini Ning-ning dan ayahnya sudah tiba di hadapan Chenle, ayah Ning-ning tersenyum pada Chenle dan mulai mengambil mic yang di berikan oleh Jeno.

Beberapa pesan ayah Ning-ning sampaikan sebelum melepaskan putrinya untuk menuju kehidupan yang lebih serius, Ning-ning menahan tangisnya ketika sang ayah mencium keningnya sebelum ia di berikan kepada Chenle. Bukan hanya Nin-ning yang menahan tangisannya, para tamu undangan pun kini menahan tangis mereka, bahkan ada beberapa diantara mereka yang sudah menangis.

Chenle tersenyum menerima Ningning dan mereka menuju altar untuk mengucapkan janji suci, begitu acara ucap janji suci selesai Chenle di persilakan untuk mencium Ningning. Sorakan para tamu begitu menggema ketika Chenle di persilakan mencium Ning-ning yang kini sudah menjadi istrinya, Ning-ning dan Chenle saling tatap beberapa saat membuat keduanya menahan tawa.

Chenle memilih untuk mencium kening Ning-ning lumayan lama, dan hal itu tentu saja dapat sorakan kecewa dari para penonton terutawa Haechan yang sudah heboh dari tadi.

••°°••

"Eits, udah nikah nich." Ledek Jaemin saat anak julid hendak bersalaman dengan pengantin, Chenle hanya mampu tertawa sembari memukul bahu Jaemin.

"Yah, udah ga bisa ngatain jomblo lahi nih." Celetuk Renjun.

"Tenang bang, nanti gue mau buat anak cewek biar bisa ledekin lo." Saut Chenle membuat Renjun yang tadinya berada di barisan keempat langsung jalan menjadi barisan pertama, Chenle langsung menarik Ning-ning dan menjadikan istrinya itu benteng dari amukan Huang Renjun.

"Ning, gue kalo jadi lo marah sih." Ucap Ayumi melihat Ning-ning yang di geser ke kanan dan kiri oleh Chenle, Ning-ning yan merasa sedikit pusing langsung memukul kepala Chenle yang bersembunyi dibelakangnya.

"Sepertinya akan ada Somi dan Haechan versi baru." Bisik Herin kepada Siyeon, Siyeon hanya terkekeh mendengar bisiskan Herin yang berada di belakangnya.

"LAMA NIH!" Protes Haikal yang berada di barisan paling belakang, semua hanya tertawa mendengar teriakan Haikal.

"Yaudah yang mau foto siapa dulu nih? Anak dream atau julid?" Tanya Hyunjin.

"Dream dulu aja gih." Ucap Heejin dan di setujui oleh mereka semua, akhirnya selain anak julid termasuk Hyunjin menyingkir dari altar untuk sementara. Setelah mendapati beberapa foto akhirnya anak julid kini berfoto bersama tanpa anak mereka, hal itu sukses membuat Haikal semakin jengkel karena dia takut kehabisan rendang.

"Tenang, Kal. Rendang ga akan abis." Ledek Naresh membuat Juna tertawa sembari melepas dasinya, Juna sebenarnya tidak di bolehkan melepas dasi oleh bundanya, tetapi lehernya sudah merasa gatal karena memakai kemeja di kancingi hingga atas.

"Heh! sini lo para bocil." Teriak Haechan memanggil anak-anak mereka yang nunggu di bawah, bahkan Jisa sampe jongkok karena orang tuanya sangat lama.

Akhirnya mereka memposisikan diri untuk ikut berfoto, setelah mendapati aba-aba dari sang fotografer mereka mulai bergaya semau mereka.

Dari jauh ada orang tua mereka yang menyaksikan moment di altar, mereka hanya mampu tersenyum ketika mendapati anak-anaknya sudah besar dan mempunyai keluarga mereka sendiri. Terlebih lagi Yuta dan Sakura yang menyaksikan bagaimana anak julid bertumbuh hingga mereka sudah berkeluarga, rasanya sulit sekali menerima jika ponakan serta anak mereka sudah tumbuh dewasa bahkan bisa jadi Yuta dan Sakura sebentar lagi mengantarkan anak mereka kepada pasangan mereka masing-masing.

"Sumpah, ini beneran mereka yang dulunya  buat onar terus di sekolah?" Ucap Baekhyun yang berdiri di sisi kanan altar.

Irene dan Tayeon terkekeh mendengarkan gumaman Baekhyun, mereka juga tidak menyangka jika anak-anak muridnya kini suda sebesar itu.

Selain kematian, tumbuh menjadi dewasa juga salah satu fakta yang tidak bisa di terima oleh semua orang tua.






END
























TAPI BOONG

Hahahaha, udah mentok nih mau di lanjutin kayak gimana. Ending sebenarnya sih emang saat nikahan Chenle, tapi kayaknya aku berubah pikiran karena moment Juna dan Rey gede itu sedikit banget.

Tantangan Ayumi dan Renjun jagain Juna dan Rey juga kayaknya sedikit banget, mari kita buat cerita ini menjadi realistis. Karena diriku menyadari jika cerita ini kelewatan halu, bahkan konfliknya enteng banget dibandingkan nikah muda pada umumnya.

Mari kita saksikan keluarga huang lebih lama lagi, jangan lupa dukungannya...

ᴇꜱ ʙᴀᴛᴜ | ʜʀᴊTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang