[2] 59

256 41 4
                                    

Haera terdiam setelah berteriak sembari menatap pamannya yang sedang berusaha naik dari got, wajah bahkan seluruh tubuhnya sudah berwarna hitam karena got samping rumah Renjun memang lagi keruh-keruhnya.

"Ngapain, De?" Haera menoleh kearah belakang, terdapat kakaknya serta kedua sahabat kakaknya. Dengan wajah lugu Haera menunjuk Haechan yang sedang berusaha naik tetapi tidak juga berhasil, itu dikarenakan pembatas semen yang licin serta tidak ada pegangan untuk dirinya naik dari got yang lumayan dalam.

Juna memejamkan matanya lalu menatap Haikal dengan wajah memerah akibat menahan tawa, Haikal hanya terdiam melihat ayahnya penuh dengan warna hitam dari kotoran air got tersebut.

"Kenapa sih teriak-teriak?" Heejin baru saja keluar dari rumah lalu mengusap kepala Haera, pandangan Heejin tertuju pada tiga remaja yang entah dari kapan ada di depan.

"Lah?! Ini si Haikal ada." Somi yang baru keluar sembari menuntun Ayumi langsung melirik Haikal, melihat itu Haikal langsung terkekeh sembari menggaruk kepalanya yang tiba-tiba terasa gatal.

"Ini ga ada niatan bantuin?" Semua langsung melihat kearah Haechan, melihat penampilan Haechan membuat Ayumi tanpa segan tertawa kencang.

"The real tikus berdasi." Ucap Ayumi di sela-sela tawanya.

"Anjing! Kagak ya, saya ini kerjanya jujur!" Setelah berkata seperti itu, Haechan mendapatkan lemparan sandal dari Heejin.

"Omongan lo minta di slepet ya! Ada anak gue!" Haechan hanya mampu meringis melihat ekspresi Heejin, sedangkan Haera hanya memperhatikan orang-orang sekelilingnya.

"Heh! Bantuin tuh bapak lo, malah diem aja." Juna menoyor kepala Haikal yang malah terdiam di motor sembari melihat ayahnya, mendengar itu Haechan langsung menatap Haikal dengan tatapan penuh rasa bersalah.

Haikal dengan malas turun dari motornya setelah, ia mengambil batang pohon yang ada di sebelahnya sebelum membantu ayahnya keluar dari got.

"Pegang!" Haechan menghela napas melihat batang pohon yang lumayan besar di hadapannya.

"Cuman air got padahal, ngapain pake perantara." Walaupun ia protes tetap saja Haechan memegang batang tersebut, butuh waktu agar Haechan dapat keluar karena semen pembatas got sangat licin dan tidak bertekstur, jadi begitu sulit untung Haechan keluar.

"Gimana kisah bisa nyebur dah." Gumam Naresh melihat Haechan masih memegang batang pohon sembari membuka sepatu yang penuh air got, Haikal juga masih memegang batang tersebut sembari memperhatikan Haechan.

"Sini gue mandiin." Haechan menoleh kearah Ayumi yang ada di taman rumah sembari memegang selang yang biasanya ia gunakan untuk menyiram tanaman, karena pagar samping rumahnya memiliki celah bergaris hal itu memudahkan Ayumi untuk menyirami Haechan.

Tanpa menunggu jawaban dari Haechan, Ayumi langsung menyirami Haechan membuat Haikal mundur dan melepas batang pohon tersebut. Juna dan Naresh tertawa diam-diam melihat wajah pasrah Haechan yang di sirami oleh Ayumi, tetapi setelah itu Haechan langsung menundukkan kepala agar kepalanya segera bersih.

Somi memilih untuk masuk rumah dan menyiapkan beberapa makanan untuk mereka, seperti biasa ya, yang tuan rumah siapa yang nyiapin makanan siapa.

"Kal, balik sana ambil baju buat bapak lo." Usul Juna, Haikal yang hanya jongkok di depan rumah Juna menghela napas tetapi anak itu langsung bangkit dan menjalankan motornya.

••°°••

Ruang tengah keluarga Huang terasa begitu mencekam terlebih lagi untuk Haechan yang kini di kelilingi anak julid, mereka menatap Haechan penuh selidik tanpa kecuali.

ᴇꜱ ʙᴀᴛᴜ | ʜʀᴊTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang