[1] 36

4K 357 39
                                    

Hari ini gue sengaja tidak masuk sekolah, gue tidak di antar bang Yuta tetapi di jemput oleh Jeno. Dia menemani gue untuk bolos hari ini, gue juga tidak paham kenapa manusia ini mau-mau aja di ajak seperti ini.

Gue dan Jeno membeli satu buket bunga serta bunga tabur sebelum ke tempat tujuan kita, setelah membayar gue dan Jeno tinggal jalan beberapa meter dari penjual bunga tadi.

Gue menghembuskan napas ketika berada di pintu masuk, suasana sunyi pagi hari membuat bulu kuduk gue berdiri. Sangat sunyi, hanya ada penjaga sekaligus tukang bersih-bersih yang menyapa gue dan Jeno.

Gue dan Jeno menyusuri makam demi makam, mencari nama seseorang yang sangat gue rindukan. Setelah tiba di makam dengan nisan bertuliskan 'Nakomoto Ayira' gue dan Jeno segera mendekat, gue membersihkan dedaunan kering yang menutupi nisannya.

Jeno membantu membersihkan makam dari rumput yang sudah tinggi serta daun-daun kering di sekitar tanah makam, gue menatap sangat lama nisan tersebut sampai tidak sadar jika air mata gue keluar tanpa permisi.

Jeno menepuk-nepuk pelan bahu gue ketika tangisan gue mulai menjadi-jadi, gue tak mampu menahan tangisan di depan makam kakak kembaran gue.

Tiga tahun sudah Ayira meninggalkan gue serta keluarga dengan kebohongannya. Gue marah, sangat marah mengetahui fakta di balik berpulangnya Ka Ayira.

Gue dan Jeno berdoa untuk Ka Ayira, setelah selesai berdoa gue menaburkan bunga yang tadi sempat kami beli. Jeno menyiram makam Ka Ayira dengan air yang gue bawa dari rumah, setelah menunggu Jeno selesai menyiram makam. Gue meletakan satu buket bunga mawar putih, bunga favorit Ka Ayira.

Gue juga tidak tau, kenapa Ayira lebih menyukai mawar putih di bandingkan mawar merah.

Gue lagi-lagi terdiam sembari mengusap nisan Ayira, pandangan gue mulai kabur dan gue yakin air mata sudah meronta-ronta ingin keluar. Gue tertunduk membuat air mata jatuh mengenai tanah makam Ayira, gue benar-benar merindukan sosoknya yang selalu ada di sisi gue kapan pun gue butuh.

"Ka ... Yumi kangen banget, Yumi. Ga kuat jalanin semuanya ka, kenapa harus, Yumi." Jeno berpindah posisi, ia segera menuju ke samping gue. Jeno memeluk gue saat suara gue benar-benar bergetar, gue mengepalkan tangan untuk menguatkan diri sendiri.

"Kak, hati aku udah harus operasi. Tapi, kita belum juga nemu pendonor yang cocok. Aku harus gimana kak, aku gamau nyusahin orang lagi.... " Usapan tangan Jeno begitu terasa di pundak gue, lelaki itu tidak banyak bicara. Ia hanya menemani, sesekali menguatkan dengan caranya sendiri.

"Kakak tau ga ... Bang Yuta sebentar lagi wisuda S2 loh, aku bisa liat bang Yuta pake toga nanti kak. Nanti, di foto keluarga wisuda bang Yuta ada aku."

"Tapi ... Kurang kakak ya, seharusnya waktu bang Yuta S1 aku sembuh. Eh, aku malah nambah parah. Sampe-sampe kalian ga dateng ke wisudaan dia, sekarang aku udah bisa hadir ... Malah kakak yang ga akan bisa hadir." Gue menghembuskan napas mencoba menceritakan semuanya pada Ayira, gue sudah sangat lama tidak mengunjunginya.

"Kakak, Ade pacaran tau ... Kakak jangan marahin ya, soalnya mamah sama papah aja setuju. Pasti kalo ada kakak, setiap malem aku ceritain deh."

"Oiya, aku juga punya temen yang baik banget kak di sekolah. Kalo kakak masih ada, kayaknya kita bertiga nih. Aku, Jeno sama kakak ahahah.... "

ᴇꜱ ʙᴀᴛᴜ | ʜʀᴊWhere stories live. Discover now