[2] 57

234 28 7
                                    

"BUNDAAAA, KAOS KAKI ABANG SATU LAGI KEMANAA?"

"BUNDAAAA, INI DASI ADE KEMANAA?"

"SAYANGG, KOK SABUNNYA DI TARO DI BOTOL SHAMPO?"

"BUNDAAA!"

"BUNDAAA!"

"SAYANGGG!"

Ayumi menghela napas sembari memijat pelipisnya, sebulan setelah berita kehamilannya semua kembali seperti semula.

Karena saat minggu-minggu pertama ia dinyatakan hamil, suami dan kedua anaknya tidak pernah melibatkan dirinya, bahkan sering sekali Ayumi hanya duduk di ruang televisi dan melihat anak serta suaminya yang bolak-balik menyiapkan semuanya sendiri.

Tetapi kini sudah kembali menjadi setelan pabrik, dimana setiap pagi selalu ada teriakan 'bunda' atau 'sayang'. Ayumi mengeluh? Jelas tidak, ia merasa senang bisa diandalkan walaupun sedikit menjengkelkan karena barang yang mereka cari sebenarnya dekat dengan mereka.

Salah satunya kaos kaki yang Juna cari, ternyata satu lagi ia duduki dan tersangkut di ikat pinggangnya.

Setelah itu Rey yang meletakan dasinya di leher, kalo sama anaknya yang satu ini Ayumi tidak heran. Karena, uang yang sedang di genggam saja anak itu bisa lupa dan menyalahkan seisi rumah.

Buat yang satu lagi, itu memang ulahnya karena ia salah membeli ukuran sabun isi ulang alhasil ia letakan lebihnya itu di botol shampo yang kosong.

Setelah menyelesaikan urusan anak-anak serta suami, Ayumi kembali ke dapur dan menyiapkan sarapan. Setelah sekian lama keluarganya tidak makan bersama, kini mereka kembali merasakan makan bersama lagi walaupun untuk makan malam masih susah.

Chup

Ayumi menoleh merasakan pipinya di cium, tetapi saat ia menoleh bibirnya yang kini di cium oleh oknum yang tidak lain adalah Huang Renjun.

Rey dan Juna langsung berbalik badan ketika ayahnya memeluk pinggang bundanya dan kembali mencium bibir bundanya, bukan hal yang asing bagi kedua anak itu tetapi mereka memaklumi kelakuan ayahnya yang sering tidak mengenal tempat jika di rumah.

"Ekhem, masih lama ga?" Renjun melepaskan ciumannya dan melihat kearah belakang, ia terkekeh melihat punggung kedua anaknya yang berjejer menunggu kegiatan dirinya dan Ayumi.

Ayumi memukul bahu Renjun dan mendorongnya, pipinya terasa begitu panas padahal ini bukan kali pertamanya Rey dan Juna seperti itu.

Mungkin bawaan bayi ya gais.

"Sini makan, udah kayak lagi di hukum aja." Rey dan Juna balik badan bersamaan, ia segera berlari agar menempati kursi dekat Ayumi.

Tetapi usaha mereka sia-sia karena Renjun dengan cepat menempati kursi tersebut, Renjun menjulurkan lidah kepada kedua anaknya yang tidak berhasil menduduki kursi sebelah Ayumi. Rey dan Juna hanya berdecak sebal lalu berebut kursi agar bisa duduk berhadapan dengan Ayumi, melihat itu Ayumi hanya menggeleng kepala sembari menuangkan nasi ke piring.

"Duduk dimana aja, bunda masih keliatan kok." Rey dan Juna masih tetap merebutkan kursi yang berada di hadapan Ayumi.

"Sana ish!"

"Apa sih, orang ade duluan yang megang!"

"Apaan?! Orang gue yang duluan narik, sana-sana!"

"Jadi abang tuh ngalah dong."

"Di sini siapa cepat dia dapat, bukan yang tua yang ngalah!"

"LAH?! KAN GUE DULUAN!" Ayumi dan Renjun saling lirik melihat perdebatan kedua anaknya, Renjun hanya terkekeh sembari memakan ayam sembari menunggu siapa yang akan mengalah untuk hari ini.

ᴇꜱ ʙᴀᴛᴜ | ʜʀᴊTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang