˚ ₊ satu ˚ ₊

921 113 90
                                    

Chapter 1: "Kang Yeona"━━━━━━━━━━ × ━━━━━━━━━━

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Chapter 1: "Kang Yeona"
━━━━━━━━━━ × ━━━━━━━━━━

Hari ini merupakan hari pertama masuknya murid-murid baru di Sekang High School.

Tes dan penerimaan murid baru telah dilaksanakan sebulan yang lalu. Sekitar 400 lebih siswa SMP terseleksi menjadi murid baru di SMA Sekang. Kang Yeona merupakan satu di antara ratusan murid yang beruntung bisa bersekolah di sini.

Yeona merapikan poninya dari kaca spion mobil kakaknya—Kang Yeosang. Bagi Yeona, Yeosang adalah kakak super menyebalkan yang gunanya hanya sebagai sopir antar-jemput.

Yeosang menginjak pedal gasnya dengan kecepatan laju. Sang adik berdecak malas melihat kelakuan kakaknya. Semoga saja dia tidak menabrak pembatas jalan, batinnya.

Yeona melangkah masuk ke dalam gerbang sekolah, melewati spanduk bertuliskan "Selamat Datang Murid Baru di SMA Sekang". Sekang High School dikenal dengan sekolah yang memiliki gedung besar dan fasilitas lengkap. Tidak mengherankan jika banyak orang yang berlomba-lomba untuk bisa memasuki sekolah ini.

Yeona terus berjalan sambil memandangi sekolah barunya dengan tatapan terkesima. Ia melewati halaman sekolah, lalu berjalan masuk ke aula tempat orientasi penerimaan siswa baru.

Kang Yeona. Gadis berperawakan semampai dengan rambut lurus sepunggung, berkulit cerah, dan wajah yang terkesan cuek. Ia dikenal genius. Bahkan masuk ke sekolah ini ia tak perlu melakukan tes, cukup dengan nilai rapot saja ia bisa langsung lolos.

Kegeniusannya ini didukung oleh sifatnya yang selalu menuntut hasil perfek. Sifat perfeksionisnya ini selalu menginginkan hasil yang terbaik. Jam tidur dikurangi, jarang menghabiskan waktu berjalan-jalan dengan teman, dan semuanya ia habiskan dengan menghadap buku.

Meski genius, ia selalu merasa insecure. Yeona benci diremehkan. Dengan meraih peringkat pertama, ia merasa mendapatkan validasi atas kepintarannya dan semakin dekat dengan impiannya, menjadi dokter hewan.

"Tes, tes, satu dua tiga." Suara pengeras suara menggema di seluruh aula.

Kepala sekolah naik ke atas mimbar. Lantas matanya menyapu seluruh murid baru di hadapannya. Senyum bangga tercetak jelas di bibirnya. Kepala sekolah sudah menyiapkan kata sambutan bagi murid-murid baru.

"Selamat pagi, semuanya!"

"Pagi." jawab murid-murid secara kompak.

"Hari ini kalian semua resmi menjadi murid kami—," seluruh orang kompak bertepuk tangan, "—kalian semua patut bersyukur karena menjadi anak terpilih yang akan mewakili sekolah. Saya harap kalian akan membanggakan dan membawa prestasi bagi sekolah demi masa sepan kita bersama."

Perfect 505 ✅Where stories live. Discover now