˚ ₊ dua puluh satu˚ ₊

385 79 46
                                    

Chapter 21: "Proyek Pengembalian Siyeon"━━━━━━━━━━ × ━━━━━━━━━━

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Chapter 21: "Proyek Pengembalian Siyeon"
━━━━━━━━━━ × ━━━━━━━━━━

Pagi itu, Yeona terbangun dengan mata yang sembap. Sisa-sisa dari tangisan semalam masih membekas. Ia bangkit dari kasurnya lantas berjalan menuju kamar mandi.

Ia membasuh wajahnya di wastafel, berharap dapat meredakan sedikit kelelahan dan kesedihan yang dideranya. Begitu mendongak menatap kaca, hanya wajah lelahnya yang ada di sana.

Kemudian ia bersiap-siap ke sekolahnya. Pun masa diskorsnya sudah berakhir. Ia mandi, mengganti pakaian, lalu pergi ke dapur. Mencari makanan yang bisa dimakan.

Suasana rumahnya sering kali sepi. Biasanya jam segini papanya masih berkutat dengan dokumen pekerjaan atau masih tidur, sang mama menyiapkan sarapan pagi, dan Yeosang  yang bersiap-siap kuliah.

Akan tetapi, akhir-akhir ini semakin sepi. Terutama kakaknya yang bakal sibuk UAS.

Hari ini pun tidak ada makanan di dapurnya. Namun, Yeona melihat lembaran uang dan ada sticky notes berwarna kuning di atasnya. Isi sticky notes tersebut ialah; 'Kamu sarapan di luar aja sama kakakmu.Papa'

Yeona mengambil uang itu dan menyimpannya di saku almamater. Tak lama kemudian, Yeosang keluar kamar dan bersiap-siap pergi kuliah.

"Hari ini Mama nggak masak lagi?" tanya Yeosang.

"Nggak. Tapi Papa ada ngasih uang, katanya kita sarapan di luar aja," jawab Yeona.

"Oh, yaudah."

Yeosang memanaskan mesin mobil ayahnya, dan disusul Yeona yang duduk di sebelah bangku pengemudi. Lantas mereka mobil itu pun berangkat.

"Lo bisa 'kan sarapan di sekolah lo sendiri? UAS bisnis gue belom kelar. Mana kelompok gue beban semua."

Yeona berdeham malas. "Hm, iya terserah."

Kakak laki-lakinya itu fokus mengemudi. "Lo sama Mama masih saling marahan?"

"Pikir aja sendiri."

Yeosang menghela napasnya. "Gue bukannya sok ngatur hidup lo, tapi sebagai kakak, gue pengen lo stop keras kepala dan ngikutin kata Mama. Mama tau yang terbaik buat lo, Yeona."

"Mama cuma mikirin tentang dia sendiri, Kak. Bukan untuk gue."

"Tapi 'kan—"

"Gue udah besar, Kak. Gue juga punya otak buat mikir. Memangnya salah gue pengen jadi dokter hewan?"

"Nggak salah, tapi lo juga harus dengerin Mama."

Perfect 505 ✅Where stories live. Discover now