6. Prinsip yang berbeda

755 116 17
                                    

Happy Reading

Semua takdir adalah rancangan Tuhan sedari lama untuk para makhluk nya, takdir yang sudah di tentukan di saat manusia itu dalam rahim. Seperti hidup Keylara kali ini yang tengah di ombang-ambing layaknya ombak air laut, raganya yang di ambang antara hidup dan mati.

Seperti di tikam pisau berkali-kali Dinda terkejut setengah mati saat melihat temannya oleng dengan begitu saja di depan matanya sendiri. Dengan setengah mata yang melotot dan hatinya yang berpacu lebih cepat dari sebelumnya, dengan sigap Dinda menangkap satu tangan Keylara dengan kedua tangannya.

Yang baru menyadari lantas menoleh untuk barisan terdepan dan terkejut untuk barisan belakang, tidak akan terkejut bagaimana saat melihat seseorang tiba-tiba pingsan begitu saja di perjalanan yang medan nya se-ekstrim ini. "KEY!" Reflek Anei berteriak.

Dean yang memang berada di belakang Keylara sedari tadi langsung dengan cepat membantu Dinda memegangi satu tangan Keylara lagi. Dean benar-benar sama terkejutnya dengan yang lain, mengingat bahwa Keylara adalah teman seangkatannya Dean harus berjuang untuk menyelamatkan nyawa temannya ini.

"YANG DI BELAKANG BANTU! DARI DEPAN KE BELAKANG GAK BAKAL BISA, ARLAN! DIPTA! ARKHA!" Teriak Anta dari depan dengan ketakutannya yang sangat besar, dari semua orang di sini yang bertanggung jawab penuh atas nyawa seseorang adalah dirinya. Mengingat bahwa ini masih awal Anta tidak bisa tenang.

Dengan perasaan takut setengah mati Arlan maju ke depan untuk membantu Dean dan Dinda yang kesulitan menarik Keylara untuk bisa ketepian lagi, Keylara ini berat mereka berdua tidak akan bertahan lama. Dengan pikiran yang kalang kabut Arlan menarik Keylara sekuat tenaga di bantu dengan Dinda dan Dean yang masih bertahan.

Sebenernya Keylara masih bisa mendengar teriakan-teriakan yang saling bersahutan itu, masih bisa merasakan badannya yang tengah di pertahankan, masih bisa melihat dengan tatapan kabur perjuangan 3 temannya untuk tetap membantunya bertahan. Tapi di balik semua itu ia tidak bisa berbicara, seolah ada sesuatu yang membekap mulut nya. Keylara ingin sekali berbicara tapi tak bisa ia sudah terlalu lemah. Keylara hanya bisa bergumam untuk berdoa agar dirinya masih bisa di beri keselamatan.

"Tolong tetap bertahan semuanya, gue gak mau mati di sini." Batinnya yang menjerit.

Bebatuan yang berada di tebing pun mulai berjatuhan, sesekali menabrak sepatu Keylara sampai Keylara sendiri merasakan sakit di bagian kakinya.

Bian yang tidak bisa diam saja mencoba menerobos dari depan untuk ikut membantu, sepertinya 3 orang saja tidak cukup. Dinda itu perempuan, Bian tidak tega melihatnya. Bian tidak mau Dinda harus kelelahan sekarang di saat menuju puncak saja masih jauh.

"Key bertahan..." ucap Bian lirih, kemudian dengan seluruh tenaganya Bian ikut menarik tangan Keylara. Tidak lama Keylara berhasil di bawa ketepian dengan keadaan yang sudah tidak sadarkan diri.

"Key..." sudah tidak bisa di bendungi lagi Dinda menangis hebat dengan suara bergetar nya. Dinda memeluk tubuh temannya itu yang sudah terkulai lemas.

"Kita masih jauh kan bang buat sampai di pos 3? mau gak mau kita harus berhenti di tengah jalan kaya gini." seru Arkha dari belakang.

"Keadaan gak memungkinkan kita buat lanjut malam ini. Kita harus nyari tempat yang sekiranya datar dulu buat diriin tenda!" jawab Anta dari depan.

"Tapi Keylara harus ada yang gendong dulu." timpal Astrid dari belakang.

"Bian lo ke depan lagi, biar gue yang gendong Keylara." jawab impas Anta lalu dengan perlahan ia ke belakang. Tadinya Bian bersedia untuk menggendong. Tapi Bian bisa mengerti bagaimana perasaan Anta yang posisinya sebagai Leader di sini, Bian tau Anta ingin yang terbaik untuk masing-masing membernya. Tanpa berlama-lama Bian segera berpindah alih kembali ke depan, sedangkan Anta berpindah alih menjadi di tengah-tengah.

MAHASURA [END]Where stories live. Discover now